Nah, jadi kalau mau hidupnya "baik-baik" saja tanpa ujian dan musibah ya berarti kudu jadi mayat dulu. Etapi sebenernya udah jadi mayat juga masih ditanya-tanya yah sama malaikat, belom kelar juga dong berarti itu si ujian?
*nadya anaknya plinplan*
*abaikan*
Jadi, kalau kita ngeliat sesembak atau sesebabang yang sudah menikah kok hidupnya hepi terus, feed sosmednya keliatan lifegoals banget, bukan berarti hidupnya tanpa ujian, ya. Jomblo aja banyak ujiannya, *ahem* apalagi menikah? Kenapa menikah lebih banyak ujiannya? Karena dengan menikah juga lebih banyak pahalanya. Dengan menikah, hampir semua pengamalan dikalilipatkan oleh Allah, pahalanya. Nah, menurut kamyu aja nih, kalo pahalanya banyak, yakali jalannya mudah dan lempeng?
Nggak mungkiin.
Karena hadiahnya bukan gelas cantik, tapi syurga.

Trus yah, kenapa sih kita kalo taking picture hampir selalu berkali-kali (lu aja, nad) sampe nemu angel terbaik dan dipajang deh tuh hasil gambar yang paling baik menurut kita.
Banyak ya, alasannya.
Salah satunya ya, nggak pengin aja yang liat feeds kita jadi sakit mata. Syukur-syukur bisa menginspirasi dan jadi jariyah.
Nah, begitupun dengan konsep berumah tangga dalam Islam, suami istri itu saling menjaga, saling melengkapi, saling menutupi aib pasangan, karena suami istri adalah pakaian bagi satu sama lain.
Pasangan ada kekurangan?
Ya, jangan diumbar.
Punya masalah?
Apalagi.
Kecuali mentok nggak ada jalan keluar, sekiranya bisa dikonsultasikan ke pihak yang 'berwenang', itu jauh lebih baik.
Alhamdulillahnya saya juga bukan tipe yang suka nyindir-nyindir suami lewat status yang aku share dari sesembak psikolog, atau sesesiapapun lah. Kalau ada artikel yang kebetulan "pas" sama kejadian hidup, biasanya aku copast kirim ke watsap/email suami (jika sedang rajin). Jika sedang tidak rajin, minimal aku mensyen paksu di statusnya seseibu atau sesembak tersebut. Jadi, mudah-mudahan si, circle-ku nggak "ngeh" kalau kita sedang ada apa-apa. Ehee.
Ehya, ini syarat dan ketentuan berlaku, yah. Karena nggak semua suami bisa terima "dibeginiin" istrinya, jadi balik lagi sesuaikan dengan sikon masying-masying.
Lalu, biasanya juga buibu ni doyan curhat, ya (ups 🙈). Nah, kalau sudah menikah ini kudu hati-hati banget. Jangan sampai jadi pasangan yang suka umbar-umbar kekurangan partner hidupnya.
Biar apa coba curhat?
Biar tenang?
Mau tenang mah tilawati, dzikir, sujud, sabar. Kan udah dikasih tau sama Allah rumusnya....
(Ngomong mah gampang, prakteknya susah, nad..... iya, bener. Hiks)
Yakan udah dibilangin kalo mudah mah hadiahnya payung cantik, bukan surga. Deal with it.

Lagian kasian kan, pasangannya malu, kekurangannya diketahui orang lain. Masalahnya pun belum tentu juga selesai dengan kita cerita-cerita. Paling temennya juga cuma angguk-angguk sambil bilang sabar-sabar. Paling mentok ya kasih saran, tapi ya belum tentu juga cocok sarannya, karena yang paling tau masalahnya ya kita, dan Allah. Ujung-ujungnya kita juga yang malu karena akhirnya baikkan sama pasangan, dan ada pihak luar yang tau "aib" keluarga kita.
Curhatnya jadi sia-sia.

“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu –padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR. Bukhari Muslim)
Jadi pertama kali yang perlu kita lakukan sebelum bertemu masalah (kembali), adalah mencari sebuah prinsip hidup supaya ketika kita dihadapkan oleh sebuah masalah, kita siap menghadapi dan menyelesaikannya.
Kenapa sih prinsip-prinsip hidup ini menjadi penting? Soalnya kalo kita nggak punya prinsip, hidup kita jadi seperti terombang-ambing di lautan geloraa~~
*kemudian nyanyik*
*salah gaul*
Hidup kita jadi plinplan, bingung, galau, resah, gelisah, kemudian laper. Dan jarum timbangan makin geser ke kanan *ini mah gue* 🙈
Maka temukanlah prinsip-prinsip hidup tersebut dalam Alquran dan Alhadits. Karena, sudahlah pasti benar bahwa Islam adalah solusi hidup untuk siapapun di muka bumi ini. Apalagi kita yang muslim/muslimah, jungkir balik solat, ngaji, ibadah, jangan sampai lupa bahwa solusinya ada semua disini (Islam).
Nggak mau nikah beda kasta, yang satu turunan darah biru, pasangannya darah ungu (emang ada?).
Nnggak mau nikah beda lidah, yang satu doyan pedes, satunya doyan pedes banget pake micin dikit.
Nggak mau nikah beda suku, yang satu dari sunda, pasangannya jawa.
Terus, kenapa?
Hey, terus kenapaa?
Biar kata Hayam Wuruk nggak jadi nikah sama Dyah Pitaloka konon akibat perang yang tidak berimbang karena sebuah kesalahpahaman diantara mereka dan pasukannya yang kemudian sampai saat ini menjadi alasan segelintir masyarakat untuk melakukan "perang dingin" diantara kedua suku, kalau prinsipnya berkiblat pada Islam, maka hal itu menjadi mudah. Tak perlu lah ada dendam diantara kita, apalagi kita nggak tau persis kejadiannya seperti apa.
Sudah berumah tangga, prinsipnya ya jalan terus sesuai Alquran dan Sunnah. InsyaAlloh, Allah mudahkan kesempitan-kesempitan yang dirasa. Allah berikan ilham-ilham yang baik diluar logika kita.
Begitu pula yang masih single, sendiri itu bukan karena nggak laku, nggak ada yang ngajakkin maksiat, tapi karena sadar betul bahwa sebagai hamba Allah, harus menjaga diri dan hawa nafsu agar masuk surga, selamat dari neraka.
Ini prinsip.
Pegang yang teguh, jangan gampang belok.
Kudu setrong, shay.

Allah sudah berbaik hati mengirimkan surat cinta kepada hamba-hambaNya lewat utusanNya. Yang kalau dibaca menghasilkan pahala, yang jika dihapalkan kelak ia akan menjadi syafaat di hari kiamat.
Allah juga berbaik hati memberikan solusi diatas semua solusi dalam urusan kehidupan mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi melewati Alquran dan perilaku keseharian Nabi Muhammad SAW.
Terus mau apalagi? Kamu kok ya dikasih kunci jawaban kehidupan sak pol-pol ne, yo ora diwoco? Arepe opo, toh?
Ayok berubah, sebelum dirimu punah!
Bismillah.
Mudah-mudahan Allah paring istiqomah, yah!
Nadya,
Wif ❤
----
*notetoself