Membaca sebuah nama komunitas ibu-ibu itu terpampang di timeline media sosial saya saja sudah membuat saya bergidik.
Ibu?
Profesional?
Benarkah ada seorang Ibu yang Profesional?
Tidak mungkin.
Pasti mereka pernah melakukan kesalahan. Kenapa pasti? Karena simply, kullu bani Adam khoto'un, setiap anak turun Adam pasti melakukan kesalahan.
Lalu apa yang dimaksud Ibu Profesional? Bagaimana mungkin seorang Ibu bisa profesional? Seperti apa yang dipelajari Ibu-ibu itu hingga bisa menjadi profesional?
Betul, dengan membaca nama komunitasnya saja sudah cukup membuat saya penasaran dengan siapa pendirinya, apa agendanya dan seluk beluk di dalamnya.
Hingga sampailah saya pada kesempatan mengenal lebih jauh tentang IIP melalui kelas Matrikulasinya.
Excited? Tentuu.
Bercampur dengan rasa khawatir dan takut akan semua kekurangan-kekurangan saya sebagai seorang ibu dan istri.
Kelas Matrikulasi kembali membawa saya berada di titik 0 hidup saya. Mengingatkan kembali tentang kodrat dan fungsi yang sebenar-benarnya sebagai perempuan. Bukan, kodratnya bukan hanya sebagai tempat dilahirkannya keturunan saja, melainkan juga sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Mengapa ini penting, karena tanggung jawab membawa anak kurang lebih 9 bulan dan rasa sakit melahirkan belum seberapa dibanding tanggung jawab akan adab, akhlak, aqidah, cara berpikir si anak yang merupakan titipan Allah langsung kepada sang baby sitterNya di dunia yakni orang tua, khususnya ibu. Dan rasa sakit melihat kegagalan anak tentang pemahaman dan amalannya sesuai Alquran dan Alhadits jauh lebih mengerikan dibanding peristiwa melahirkan. Fungsi wanita, bukan hanya tentang masak dan bersolek, jauh dari itu, kita sedang berproses membangun sebuah peradaban lewat tangan kita sendiri.
Dalam banyak sisi kehidupan, tentu kita seringkali mendapat nasihat, petuah, petunjuk yang terbaik untuk menjadi seorang hamba, anak, istri maupun ibu. Maka, bersama kelas matrikulasi IIP, kita dimantapkan kembali tentang ilmu-ilmu yang sudah kita peroleh. Disadarkan tentang mengolah informasi, fokus, ikhlas, mengenal dan bisa mengukur potensi diri serta didukung untuk mencapai mimpinya yang bermanfaat untuk banyak orang. Merekonstruksi cara berpikir agar mudah dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Menambah jam terbang supaya ahli dibidangnya, yakni menjadi seorang istri dan ibu. Serta kita dirangkul untuk membersamai teman-teman yang lain sebagai Ibu yang akan membangun sebuah peradaban yang lebih baik.
Luar biasa. Alhamdulillah. Alhamdulillahi robbil 'alamiin.
Kita akan menemukan teman-teman dengan satu tujuan. Perkumpulan sehat yang memiliki support system dan pondasi yang baik. Dan yang paling penting, berjuang bersama-sama berharap akan ridhoNya. Masyaa Allah.
Saat kita tahu dan sadar apa misi spesifik hidup kita, kita menjadi lebih tangguh, lebih efektif dan mantap saat melangkah. Tidak mudah diombang-ambingkan tren atau informasi yang terlalu banyak hilir mudik di kehidupan. Niat kita menjadi tegak, lurus, lillahi ta'ala. Lebih kuat dari yang sebelumnya, insyaAlloh.
Menjadi seorang Ibu adalah menjadi pembelajar sejati. Ibu yang tangguh adalah ibu yang memiliki kecerdasan adversity. Kecerdasan untuk selalu berikhtiar dalam mengatasi kesulitan hidup, ketahanan dalam menjalani masalah dan mencari solusinya dengan tenang dan sabar.
Menjadi seorang manusia berarti siap untuk berjihad, siap bermanfaat untuk banyak orang. Karena tentu saja, kita butuh benih yang ditanam untuk kemudian bisa dipanen. Kita yang butuh untuk menjadi bermanfaat, walaupun orang lain tidak merasakannya. Kita yang butuh berdakwah, bukan agama yang butuh kita. Menjalani misi kehidupan yang tidak bertentangan dengan mimpi pribadi. Menginspirasi dan berbahagia atas pencapaian dan kebermanfaatannya sebagai manusia dengan mukhlis lillahi ta'ala.
Kelas matrikulasi ini menyajikan materi, tugas, tenggat waktu, pembahasan serta tanya jawab yang dipandu oleh teman-teman seperjuangan yang memulai lebih dulu dengan segudang ilmu yang mereka dapatkan dari ibu Septi dan tim-nya. Dibimbing untuk menjadi versi terbaik dari diri kita.
Menjadi Ibu profesional bukan berarti menjadi ibu yang tidak pernah salah. Melainkan, menjadi ibu yang mau terus belajar dan berproses untuk memantaskan diri menapaki universitas kehidupan dengan kecerdasan adversity yang baik, ilmu yang mumpuni, mimpi yang direalisasikan serta kerendahan hati dan niat yang tulus demi mendapatkan apresiasi dari Allah semata.
Dalam prosesnya tentu tidak mudah, selalu ada khilaf dan salah bahkan mungkin berdarah-darah. Tapi jangan sampai semua itu menjadi alasan untuk menyerah. Kita tidak boleh kalah!
Salam Ibu Profesional.
**
Terimakasih tak terhingga untuk Ibu Septi, Pak Dodik dan para fasilitator IIP kelas matrikulasi. Kalian luar biasa, mudah-mudahan Allah selalu beri hidayahNya kepada kita.
Alhamdulillahi jazaa kumullohu khoiroo untuk suami tercinta dan anak laki-laki tersayang amih atas support dan kerjasamanya. Kita bisa! ❤
No comments:
Post a Comment