Akhirnya bel sekolah berdering. Tanda pelajaran hari ini berakhir. Aku bersiap menuju asrama, Vina pun begitu.
Kami keluar kelas tepat setelah Pak Gunawan keluar. Iseng, kami memang suka bertingkah aneh disaat yang tepat. Ya, setidaknya itu menurut kami.
Kelas kami tepat berada disamping X 10, X 9. Ruangan kelas di deretan ini detilnya hampir sama, kecuali kelas-kelas yang ada pada bangunan baru.
Kelas tua beralaskan ubin. Bukan lantai keramik. Dindingnya beberapa sudah cukup rapuh, dan warna cat baru yang diulang-ulang pengerjaannya setiap tahun ajaran baru. Sayang sekali tidak memperhatikan bagaimana proses pengecatan dinding yang seharusnya sehingga dinding dan catnya tidak dapat menyatu dengan paripurna.
Seberang kelas kami adalah ruang tata busana. Ruangan tersebut berisi beberapa mesin jahit dan benda-benda sejenisnya. Uniknya, bangunan tersebut dibuat berwarna hijau tosca. Kami para siswa biasa menyebutnya "gedung ijo".
Gedung tersebut sebenarnya berringkat-tingkat, namun karena pengerjaannya terhambat, jadi ruangan-ruangan di lantai 3 dan 4 belum diselesaikan. Sekolah memprioritaskan bangunan di sebelah aula terlebih dahulu. Kejar tayang dengan tahun ajaran baru, katanya.
Gedung hijau jarang digunakan kecuali ruang tata buasananya, karena itu aku bersama Vina dan beberapa teman dekat lainnya sering menggunakan tangga gedung hijau untuk duduk-duduk di jam istirahat, atau sekedar berdiskusi tentang apapun disana.
Tepat di depan kelas X 10 ada kantin dan UKS. Tempat yang jarang sekali sepi karena selalu saja ada murid-murid yang bolos dari pelajaran. Tempat itu juga, adalah tempat pertama aku melihat Raihan dengan jelas. Melihatnya secara keseluruhan dari ujung kepala hingga ujung kakinya.
Di sebelah kantin ada kolam dan taman kecil. Di depan taman ada laboratorium IPA, aku selalu penasaran melihat isi ruangannya. Hingga suatu waktu, saat pelajaran biologi, kami sekelas diperintah menuju ke laboratorium, rasanya senang sekali saat itu. Bagiku, pelajaran IPA selalu menyenangkan sekaligus bikin penasaran.
Aku dan Vina saling menatap satu sama lain ketika tepat di depan kami, ada laki-laki berringkah agak kikuk dan aneh, bertubuh tidak terlalu tinggi serta berkulit sawo matang, menyapa kami dengan akrab.
"Hai, Vanya. Hai, Vin. Apa kabar?"
"Nggg... baik." Sahutku singkat.
"Vina, gimana kuis kamu kemarin?" Tanyanya lebih spesifik ke arah Vina. Vina menjawab seadanya, lalu kami dengan segera menyudahi perbincangan tersebut. Meninggalkan laki-laki hitam manis tersebut di belakang kami.
Segerombolan murid-murid yang juga pulang sekolah membaur diantara kami. Aku tak melihat laki-laki itu lagi, begitu pun Vina. Hingga sepasang mata tak sengaja bertemu dengan mataku.
Raihan... Dia mengawasiku, kupikir, sejak tadi.
Vina menarik tanganku cepat-cepat, sebelum lelaki berperilaku aneh tadi menyusul kami.
Gerbang sekolah terbuka lebar, para siswa berhamburan, bersiap menuju tujuannya masing-masing.
Sunday, February 18, 2018
Dana Pensiun, Mempersiapkannya Harus Secepat Ini?
Maksudnya apa sih Dana Pensiun? Gampangnya gini, kita butuh dana seberapa banyak untuk jangka waktu tertentu ketika kita sudah tidak produktif lagi bekerja;
misalnya, saya mau pensiun di usia 55 tahun, anggaplah saya hidup sampai 75 tahun. Berarti saya butuh dana yang cukup untuk membiayai hidup saya (supaya tidak memberatkan anak-anak saya), mulai usia 55 tahun sampai 75 tahun. Jika saya masih tetap hidup setelah 75 tahun, maka saya sudah 100% menanggungkan hidup saya kepada anak-anak saya kelak, tetapi setidaknya saya bisa mandiri sejak awal usia pensiun hingga 20 tahun ke depan.
Apakah masih boleh bekerja di usia pensiun? Boleh. Namun harapannya pasti tidak untuk mencari sesuap nasi, karena sudah bukan idealnya.
Apakah boleh jika saya merencanakan pensiun dini? Boleh banget. Sejak sekarang sudah berinvestasi untuk financial freedom di usia 40 atau 45 tahun.
Maka, ada beberapa asumsi yang perlu kita perhatikan.
Usia Pensiun
Tentukan usia pensiun kita. Usia pensiun biasanya dimulai pada usia 55. Umumnya PNS dan karyawan swasta menetapkan angka tersebut untuk usia pensiun karyawannya. Namun, di beberapa instansi, usia pensiun PNS ada juga yang sudah naik menjadi 58 tahun.
Jadi memang kita sendiri yang harus menentukan berapa usia pensiun kita: 55 tahun, 58 tahun, 63 atau 68 tahun?
Jangka Waktu Harapan Hidup
Sekali lagi ini bukan kita berganti peran menjadi Tuhan atau mendahului takdir. Umur tetap rahasia Allah SWT, tetapi disini kita hanya berasumsi atau memperkirakan atau berharap kita dapat hidup sampai jangka waktu tertentu sehingga memudahkan kita menghitung dan menyusun rencana keuangan yang ingin dicapai.
Berapa asumsi jangka waktu kita pensiun dari usia 55 tahun? 20 tahun lagi, atau 30 tahun lagi? Bebas kita yang tentukan. Memperkirakan harapan hidup juga terkadang dipengaruhi dari kesehatan saat ini, gaya hidup, pola makan, melihat usia orang tua dan kakek nenek sebelum kita atau apakah ada penyakit turunan, seperti jantung dan diabetes.
Pengeluaran Biaya Hidup
Berapakah biaya hidup kita per bulan?
Setelah pensiun idealnya sudah tidak ada cicilan, biaya sekolah anak-anak. Tetapi ada kemungkinan biaya entertainment menjadi lebih meningkat atau biaya ibadah/infaq/shodaqoh jauh lebih meningkat? Well, hitung saja. Apakah kelak di usia pensiun nanti kita masih ingin dengan biaya atau gaya hidup saat ini, a0taukah menurun, atau malah meningkat karena menjadi donator tetap sebuah panti asuhan, umroh setiap tahun atau memanjakan diri dengan berkeliling dunia?
Contoh soal:
Kak Fredi dan Kak Lala biaya hidupnya 5 juta per bulan. Mereka beranggapan kelak, ketika pensiun biaya hidup/gaya hidup tersebut tidak berubah. Asumsi atau harapan hidup mereka sampai usia 75 tahun, saat ini mereka berusia 28 tahun. Mereka juga bukan PNS yang bisa berharap mendapatkan pensiunan dari pemerintah.
Maka kalau kita hitung dana pensiun yang mereka butuhkan berdasarkan data-data di atas, asumsi inflasi dan lainnya adalah sebesar:
65juta++ perbulan
Biaya hidup kini: 5 juta per bulan
Biaya hidup nanti (usia 55, pensiun) 65juta++ per bulan
Total biaya hidup dalam jangka waktu yang mereka asumsikan selama 20 tahun (55-75 tahun):
12,9 Milyar
Siapkah menghadapi masa tua yang ketergantungan pada anak, atau secara sadar dan mandiri mulai menpersiapkan dananya dari sekarang?
Friday, February 16, 2018
(My) Lovely Teacher
Bu Lani menjelaskan pelajaran logika matematika. Aku berusaha fokus memperhatikannya tapi otakku saat ini tak dapat diajak kerjasama. Tiba-tiba pikiranku melayang menuju Raihan tanpa rencana dan aku sulit menghentikannya.
Aku mencatat semua yang Bu Lani jelaskan. Setelah selesai menerangkan Bu Lani memberikan kami latihan soal. Aku mencoba memahami catatanku. Sepertinya aku mengerti, pikirku.
“Yak, latihan soal dikumpulkan.” Seru Bu Lani. Jam pelajaran Bu Lani telah habis, aku menyerahkan buku latihan soalku kepada Bu Lani. Pikiranku mulai menerawang kembali.
“Bu, saya mau tanya, boleh?”
“Tentu saja, Van. Ada yang kurang jelas atas penjelasan ibu tadi?” Dengan ramah Bu Lani menyambut pertanyaanku.
“Ngg.. tidak, jelas semua, Bu. Alhamdulillah. Di kelas sepuluh, ada yang lebih pintar dari Raihan?” Tanyaku tanpa basa-basi. Tersadar dengan pertanyaanku yang aneh, aku jadi bingung dan salah tingkah diperhatikan Bu Lani.
Matanya membulat terlihat keheranan, tetapi dia menjawab dengan ramah, “ada, tentu saja. Ada apa memangnya?” Matanya mengerling, ia menggodaku.
“Ah, nggak Bu. Saya penasaran saja, soalnya Ibu kayaknya sering sekali sebut nama Raihan…” jawabku ragu dan kikuk.
“Masak, sih? Kamu penasaran sama Ibu atau penasaran sama Raihannya? Hayoo?” Lagi-lagi Bu Lani meledekku. Aku tahu ia tidak berkompromi dengan aturan-aturan agama, tetapi masalah humor dan pengertiannya sebagai seorang manusia yang pernah melewati masa muda, tentu dia mengerti sinyal-sinyal yang terpancar dari dalam perilaku anehku saat ini.
“Serius, Buuu… Saya penasaran kenapa Ibu terlihat excited kalau cerita tentang Raihan. Saya bahkan nggak pernah tahu orangnya yang mana.” Jawabku jujur, aku benar-benar penasaran mengapa seorang guru yang kukagumi di depanku, begitu tertarik dengan seorang siswa pintar bernama Raihan tersebut.
“Hahaha, baiklah, Ibu beri tahu. Raihan nggak hanya pintar, Van. Dia lebih dari itu, bagi saya sih, ya. Tapi biasanya penilaian saya jarang salah. Hahaha.”
“Oh, ya? Lebih bagaimana, Bu?”
“Tu, kaaan… Kamu penasaran sama Raihan, bukan sama Ibu.” Ibu menanggapiku sambil terkekeh geli. “Sudah, jangan penasaran. Itu berat, nanti kamu jatuh cinta kalau kenal dia.”
“Ih, si Ibu… Ya, nggaklaah… Ibu ngeledek terus, nih.” Aku menahan senyumku karena geli mendengar pernyataan tersebut sekaligus malu.
“Hayo, ngobrolin apa? Raihan, ya?” Sambar Vina di belakangku.
“Nggak… nggak, Vin.” Seruku cepat-cepat, sebelum Bu Lani mengiyakan pertanyaan Vina.
“Lho, benar toh! Ada apa ini Vanya? Kamu jangan ngapa-ngapain, ya? Tidak boleh.” Bu Lani menasihati dengan sigap melihat ada sesuatu yang tidak sesuai prinsipnya.
“Nggak, Bu. Saya nggak ngapa-ngapain, kok.” Jawabku lemas, khawatir Bu Lani kecewa dengan pertanyaan-pertanyaan anehku hari ini.
“Bukan Vanya, Bu. Raihan yang kirim salam.” Sambar Vina lagi sambil terkekeh geli.
Bu Lani melongo, tampak keheranan.
“Vinaaaa…” Aku menariknya pergi menjauh dari Bu Lani. Menuju tempat duduk kami sambil mengerlingkan mata kepada Bu Lani.
Air muka guru matematiku itu terlihat semakin bingung.
Dana Liburan
Dana Liburaaan~ Yeay!
Karena perencanaan keuangan nggak tentang yang mumet-mumet ajaa; dana pendidikan, dana pensiun, dana darurat. Kita tetep boleh kok senang-senang. Contohnya menabung dana liburan. 🎉
Kerja keras dalam setahun masa nggak boleh liburan? Boleeeh. Boleh banget lah! Diagendakan dengan seksama, demi tercapainya refreshing diri dan keluarga.
Dana Liburan artinya siap biaya transportasi, akomodasi, rekreasi dan biasanya yang sering bikin bocor alus nih; shopping!
Jadi kalo memang mau asik-asik pergi liburan, yoklah dibikin asik beneran! Duitnya ada. Pas berangkat senang, pulang tetap tenang.
Yang nggak asik itu kalo liburannya ngutang! Yah, berangkat pusing, pulang pening. Jangan sampai ada mindset "demi membahagiakan keluarga", big noo. Kadang niatnya baik tapi prakteknya malah membahayakan keluarga. Yang pasti-pasti aja lah.
Jadi bisa nabung dana liburan dari manaa?
Sesuai prinsip-prinsip finplan, jika jangka pendek berarti nabungnya nggak usah yang aneh-aneh; cari yang minim resiko. Jangan beli tanah buat dana liburan, ya. Pas pengen liburan, tanahnya belom kejual kan revot. Bisa ditaro di deposito BMT (tim syar'i akunya, yaa), dapet bagi hasil plus SHU akhir tahun (kalo udah jadi anggota), ih mayan banget!
Cara lainnya;
1. Bonus tahunan atau THR
2. buat tabungan khusus dana liburan (cicil tiap bulan)
3. investasi di RD/saham
Percayalah kalo liburan nggak ngutang atau "mepet" duitnya rasanya insyaAllah lebih nikmat, deh. Its worth the wait. Pas kerja jadi makin semangat karena ada tujuan mau liburan kemana.
Bonus atau THR yang setahun sekali itu cocok banget buat dijadiin Dana Liburan. Yang penting tetep bisa tahan dan sadar diri kalo bonus atau THR itu perlu disisihkan juga buat biaya-biaya tahunan; pajak kendaraan, PBB, plus bagi-bagi duit ke ponakan dan atau biaya-biaya tahunan lainnya.
Tapi, kok kayaknya Bonus/THR gak cukup buat liburan, nih Nad?
Bikin Dana Liburan khusus dalam bentuk tabungan, itu tadi. Diisi rutin, kayak dana darurat. Kapan aja mau liburan, cus berangkat!
Nggak cukuup, mau liburan seharga 7 x gaji. Kalo duitnya ada mah ayok aja kita usahakan; investasi!
Taro di investasi yang high risk high return tapi jangka pendek, misal 3-4tahun, gapapa. Soalnya cuma liburan, misal batal (rugi) pun uangnya masih bisa stay di kantong investasi itu sampe jangka waktu tak terntu atau sampe menguntungkan lagi.
Tapi jangan sampe dana pendidikan mepet jangka waktu, taro di investasi high risk, ya. Bahaya. Karena ini cuma dana liburan, maka bolehlah; karena santai masih bisa diundur liburannya kalo nggak achieve.
Jadi liburan itu perlu juga buat recharge diri. Tapi jangan lupa dana darurat tetep dicicil rutin, kewajiban nggak ada yang bolong, kantong-kantong (rencana) investasi lainnya nggak terkuras/terlepas untuk tetap diisi.
Selamat menyiapkan Dana Liburan! ❤
Wednesday, February 14, 2018
Siapa Dia?
"Vanya, ya?" Tiba-tiba ada seorang laki-laki memanggilku saat aku dan Vina sedang berjalan menuju kelas.
"Eh, iya?"
"Dapet salam..."
"Hah?"
"Dapet salam, dari Raihan," ia menyampaikan informasi itu dengan ramah.
"Raihan siapa?" Tanyaku
"Raihan X 10" Jelasnya.
Sepersekian detik aku berpikir, memoriku mencari nama tersebut dalam otakku. Sayang, tak kutemukan filenya. "Raihan siapa, ya? Maaf saya sepertinya nggak kenal.."
Oh! Pekikku dalam hati. Tiba-tiba aku teringat seseorang bernama Raihan; anak OSIS yang sedang eksis. Raihan si tukang tebar pesona. Raihan yang menurutku, yah, cukup norak. Sepertinya, sebelum ini aku sudah pernah mendapatkan "salam"-nya. Tapi, seingatku dia anak X 1.
"Raihan anak OSIS?" Tanyaku lagi, mengkonfirmasi.
"Bukan, bukan. Raihan, ngg..." dia juga bingung menjelaskannya.
Apa orang tersebut nggak punya ciri-ciri fisik tertentu, sampai kawannya sendiri bingung menjelaskan bagaimana dia, pikirku sinis.
Wait, Raihan... Sepertinya nama itu nggak asing. Ah, Raihan yang sering dipuji-puji bu Lani!
"Raihan yang pinter? Raihan yang pernah ikut olimpiade matematikaa?" Aku berseru. Aku sadar suaraku terdengar terlalu excited, dan aku bingung mengapa.
"Ah, ya! Iya betul! Raihan yang itu." Laki-laki itu kembali tersenyum ramah.
"Ngg, oke. Terimakasih sudah menyampaikan." Jawabku canggung, bingung harus menjawab apa.
***
Bel berbunyi nyaring, tanda waktu istirahat telah selesai. Aku dan Vina segera masuk ke dalam kelas.
Kulihat Vina sibuk mengeluarkan LKS pelajaran selanjutnya, lalu mulai membaca beberapa lembar halamannya.
Aku termenung. Memikirkan Raihan yang entah bagaimana wujudnya, dan... untuk apa dia memberikan salam kepadaku? Mengapa aku jadi merasa malu, tapi jujur ada sedikit rasa senang. Apakah hal ini diperbolehkan dalam agamaku? Ah, lupakan, Van. Fokus ke pelajaran!
Bu Lani, guru matematika kami memasuki kelas dengan lincah seperti biasanya. Ada aura menyenangkan sekaligus wibawa dalam dirinya. Ia bertubuh kecil dan ramping, menggunakan jilbab sederhana dan selalu bersemangat. Kupikir "baterei"nya tidak pernah habis. Kami memulai kelas matematika. Namun, sebelum itu, Bu Lani mengumumkan nilai kuis kemarin lusa.
Lagi-lagi nama itu disebutnya. Raihan, peraih nilai tertinggi dari seluruh kelas.
"Siapa dia?" Gumamku. Sering sekali kudengar namamu di kelas ini, dan selalu beliau yang menyebutkannya. Murid kesayangannyakah? Seberapa mengagumkannya dirimu sampai bisa mengambil hati seorang Bu Lani?
#30dwcjilid11 #day24 #murid
"Eh, iya?"
"Dapet salam..."
"Hah?"
"Dapet salam, dari Raihan," ia menyampaikan informasi itu dengan ramah.
"Raihan siapa?" Tanyaku
"Raihan X 10" Jelasnya.
Sepersekian detik aku berpikir, memoriku mencari nama tersebut dalam otakku. Sayang, tak kutemukan filenya. "Raihan siapa, ya? Maaf saya sepertinya nggak kenal.."
Oh! Pekikku dalam hati. Tiba-tiba aku teringat seseorang bernama Raihan; anak OSIS yang sedang eksis. Raihan si tukang tebar pesona. Raihan yang menurutku, yah, cukup norak. Sepertinya, sebelum ini aku sudah pernah mendapatkan "salam"-nya. Tapi, seingatku dia anak X 1.
"Raihan anak OSIS?" Tanyaku lagi, mengkonfirmasi.
"Bukan, bukan. Raihan, ngg..." dia juga bingung menjelaskannya.
Apa orang tersebut nggak punya ciri-ciri fisik tertentu, sampai kawannya sendiri bingung menjelaskan bagaimana dia, pikirku sinis.
Wait, Raihan... Sepertinya nama itu nggak asing. Ah, Raihan yang sering dipuji-puji bu Lani!
"Raihan yang pinter? Raihan yang pernah ikut olimpiade matematikaa?" Aku berseru. Aku sadar suaraku terdengar terlalu excited, dan aku bingung mengapa.
"Ah, ya! Iya betul! Raihan yang itu." Laki-laki itu kembali tersenyum ramah.
"Ngg, oke. Terimakasih sudah menyampaikan." Jawabku canggung, bingung harus menjawab apa.
***
Bel berbunyi nyaring, tanda waktu istirahat telah selesai. Aku dan Vina segera masuk ke dalam kelas.
Kulihat Vina sibuk mengeluarkan LKS pelajaran selanjutnya, lalu mulai membaca beberapa lembar halamannya.
Aku termenung. Memikirkan Raihan yang entah bagaimana wujudnya, dan... untuk apa dia memberikan salam kepadaku? Mengapa aku jadi merasa malu, tapi jujur ada sedikit rasa senang. Apakah hal ini diperbolehkan dalam agamaku? Ah, lupakan, Van. Fokus ke pelajaran!
Bu Lani, guru matematika kami memasuki kelas dengan lincah seperti biasanya. Ada aura menyenangkan sekaligus wibawa dalam dirinya. Ia bertubuh kecil dan ramping, menggunakan jilbab sederhana dan selalu bersemangat. Kupikir "baterei"nya tidak pernah habis. Kami memulai kelas matematika. Namun, sebelum itu, Bu Lani mengumumkan nilai kuis kemarin lusa.
Lagi-lagi nama itu disebutnya. Raihan, peraih nilai tertinggi dari seluruh kelas.
"Siapa dia?" Gumamku. Sering sekali kudengar namamu di kelas ini, dan selalu beliau yang menyebutkannya. Murid kesayangannyakah? Seberapa mengagumkannya dirimu sampai bisa mengambil hati seorang Bu Lani?
#30dwcjilid11 #day24 #murid
Saturday, February 10, 2018
Hidup Selalu Memberikan Pilihan
Hidup memang tidak selalu menyajikan apa yang kita inginkan, tetapi ia selalu memberikan pilihan. Untuk menyerah, atau melanjutkan. Untuk berhenti, atau tetap meniti.
Wati melirik jam tangannya, pukul 11 siang. Sebentar lagi, batinnya.
Sebuah mobil mewah memasuki parkiran salah satu mall besar di Jakarta. Pengemudi tak sabar bertemu dengan pujaan hati 'sesaat'nya.
"Sudah lama?" Sapa laki-laki separuh baya, bertubuh tegap tersebut.
"Tidak, sayang." Wati menjawab dengan lemah lembut tanpa meninggalkan kharisma dan wibawa dalam suaranya. Show must perfect, as always. Perannya kini menjadi wanita dewasa, cerdas dan menyenangkan, tentunya. Tak terlalu sulit, karena Wati memang seseorang yang seperti itu, tapi tidak selalu begitu dengan semua pelanggannya.
***
Hidup memang penuh dengan lika-liku. Setiap manusia selalu memiliki tantangannya masing-masing. Tetapi hidup selalu memberikan pilihan. Untuk memilih jalan pintas atau tetap yakin dalam keimanan. Untuk memilih yang haram dan bathil atau sekuat tenaga memperjuangkan yang halal dan thayib.
Zia melirik jam tangannya, pukul 11 siang. Sebentar lagi, pikirnya.
Manusia dengan segala atribut berjuta-juta di tubuhnya lalu lalang di hadapannya. Saat agak kosong, ia membuka satu-satu pintu toilet yang ada. Mengelap dan mengepel cairan-cairan yang tercecer di dalam.
"Zia, sudah jam 12." Temannya datang, mengajak Zia makan siang.
"Kau duluan saja, ini ada salah satu toilet yang 'berantakan' sekali." Jawabnya lesu, Zia sedih mengapa harus mepet di waktu makan siang, tetapi ini lebih baik daripada tidak memiliki kerjaan sama sekali, Zia bersyukur.
Wednesday, February 7, 2018
Keluarga
Keluarga yang baik dimulai dengan cinta, dibangun dengan kasih sayang, dan dipelihara dengan kesetiaan.
-anonimKeluarga inti biasanya terdiri dari suami, istri, dan anak. Istri atau ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang perannya dapat mengubah peradaban dunia menjadi lebih baik, jika fungsinya dilakukan dengan kekuatan segenap pikiran serta kasih sayang yang sepenuh hati.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ibu itu memiliki beberapa makna;
1. Perempuan yang telah melahirkan seseorang;
2. Sebutan untuk perempuan yang sudah bersuami;
3. Panggilan yang takzim kepada perempuan baik yang sudah bersuami maupun yang belum;
4. Bagian yang pokok (besar, asal, dan sebagainya): — jari;
5. Yang utama di antara beberapa hal lain; yang terpenting: — negeri; — kota.
Peran ibu dalam sebuah keluarga, nyatanya tidak semudah maknanya dalam KBBI. Sebagai pilar keluarga, ia perlu banyak belajar agar bisa memaksimalkan potensinya di ranah domestik, maupun ranah publik.
Menjadi seorang ibu, ternyata tidak cukup hanya dengan mengandalkan persepsi diri sendiri. Namun, penting pula mengetahui indikator-indikator ibu yang ideal, baik itu dilihat dari sudut pandang agama, budaya, serta beberapa prinsip ilmu yang mendukung. Tak kalah penting, tentu saja pendapat serta harapan baik dari orang-orang terdekat, yakni suami dan anak-anak.
Maka perkara mencari ilmu dan mengetahui gambaran, tingkat kepuasan serta kadar perasaan senang anggota keluarga lainnya adalah sebuah keniscayaan. Sehingga keluarga yang merupakan unit terkecil dalam masyarakat ini, dapat diberdayakan fungsinya, juga dapat mensejahterakan umat manusia secara keseluruhan, atau paling tidak, lingkungan sekitarnya.
Dalam Islam, salah satu fungsi keluarga adalah sebagai penerus misi umat. Bagaimana sebuah keluarga dapat tangguh dan kuat dalam menghadapi berbagai tantangan dan kesenangan semu dunia yang mereka jalani sesuai dengan aturan Al Quran dan Al Hadits. Tanpa 2 kitab tersebut, sebuah keluarga akan berat untuk menjalankan fungsi ini.
Sebuah keluarga membutuhkan seorang laki-laki dan wanita yang kompeten dibidangnya. Ibu, sebagai eksekutor visi misi keluarga, serta Ayah sebagai seorang pemimpin, yang tidak hanya bertanggung atas nafkah lahir, tetapi juga sebagai perencana sekaligus penyokong visi misi keluarga Islami, nafkah batin masing-masing anggota keluarga.
Seperti Sabda Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam berikut:
“Ketahuilah setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang di pimpin, penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, setiap kepala keluarga adalah pemimpin anggota keluarganya dan dia dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, dan isteri pemimpin terhadap keluarga rumah suaminya dan juga anak-anaknya, dan dia akan dimintai pertanggungjawabannya terhadap mereka, dan budak seseorang juga pemimpin terhadap harta tuannya dan akan dimintai pertanggungjawaban terhadapnya, ketahuilah, setiap kalian adalah bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.”
Cinta itu Fitrah
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Ar-rum ayat 21
Cinta itu fitrah. Cinta tidak pernah salah, namun sering dijadikan alasan untuk berbuat salah. Cinta adalah anugerah, tidak ada yang salah dari manusia yang memiliki cinta. Justru karena cintalah manusia menjadi manusia seutuhnya, menumbuhkan harapan hidup, mengimani Tuhan, Rasul dan kitan-kitabnya serta mewarnai perjalanan takdirnya.
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ali Imran: 14
Seperti ayat di bawah ini, cinta adalah salah satu tanda bahwa kita beriman. Allah menurunkan rasa cinta dan kasih sayang kepada hamba-hambaNya, sebagai tanda bagi orang yang beriman.
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَٰنُ وُدًّا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. Maryam: 96
Ketika kita merasakan sesuatu yang berbeda terhadap lawan jenis saat melihatnya, sesuatu yang membuat jantung berdegup kencang, perut seperti dipenuhi kupu-kupu atau perasaan membuncah luar biasa tak terlukiskan, maka jangan panik! Itu bukanlah penyakit. Dan ia juga bukan sebuah dosa, atau setidaknya belum tentu menjadi sebuah dosa.
Sangat wajar bila tumbuh perasaan tertarik atau suka diantara laki-laki dan wanita dewasa juga yang sedang bertumbuh dewasa. Tetapi, bukan berarti ketika Allah mengaruniakan Cinta sebagai fitrah manusia, lantas manusia bebas mengekspresikannya, tidak.
Ada waktu, cara dan aturannya. Oleh sebab itu Allah menurunkan Islam agar kita menjadi manusia yang berakal, bermoral serta beriman. Tidak seperti hewan yang bebas berekspresi sesuai keinginan mereka tanpa malu dan berpikir.
Perjuangan Cinta
Minggu kedua setelah kelahirannya, Sabiq terserang pilek. Ini kali pertama dalam hidupnya dan nafasnya berbunyi grok-grok saat tidur. Ditambah matanya yang terus-terusan mengeluarkan kotoran. Aneh. Di rumah tidak ada yang sedang flu, setelah dari RS saya juga hanya memberinya ASI saja tanpa susu formula. Saya sangat khawatir, selayaknya para ibu baru yang merasa khatam ilmu tapi gagap pada prakteknya.
Kemudian saya memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter anak. Setelah saya menjelaskan kronologinya, dokter meresepkan beberapa obat sebagai terapinya. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa seringkali pilek yang menyerang anak di bawah usia 2-3 bulan disebabkan oleh alergi.
Selain itu, dokter juga bertanya, “Apakah kedua orang tua atau salah satunya memiliki riwayat alergi? Atau kakek neneknya?” Tentu saja dengan cepat saya menjawab, "Iya, Dok. Ayahnya alergi seafood. Neneknya pun ada alergi debu.”
Kemudian dokter memberi saya rincian beragam makanan yang sebaiknya saya hindari. Sesaat setelah sampai di rumah, saya pun mengingat-ingat apa yang telah saya makan beberapa minggu belakangan ini. "Cheesecake? Ya, dua minggu yang lalu," saya bergumam. Kacang tanah juga, sehari yang lalu. Benar saja diagnosa dokter tadi. Lagi-lagi saya membatin.
Sabiq menangis, membuyarkan lamunan saya. Ia haus. Saya memandangnya, ia masih sedikit kesulitan untuk bernafas akibat lendir pada hidungnya. Ruam-ruam merah di sekitar kepala dan lehernya pun tak lepas dari perhatian saya. Ya, Allah ... saya berbicara dalam hati tak karuan. Karena saya, mungkin Sabiq harus melewati hari-hari yang sulit. Pilek dan ruam kemerahan yang gatal di usia sedini ini. Tak terasa saya meneteskan airmata. Disergap perasaan bersalah, saya hanya bisa menciumi dahinya dan terus meminta maaf.
Sambil menyusui, saya juga merutuki diri yang kurang ilmu ini. Bagaimana mungkin saya tidak menyadari hal ini. Saya merasa belum bisa menerima kalau saya sebagai ibunya tidak mempersiapkan diri, bahwa bayi saya besar kemungkinan memiliki resiko alergi seperti riwayat dari keluarga terdekatnya. Haruskah saya beralih ke susu formula? Agar ia tidak mengalami hal-hal seperti ini lagi?
Menerawang pikiran saya, semua ilmu tentang ASI yang saya pelajari sebelum melahirkan rasanya sia-sia. Saya terlanjur patah hati melihat makhluk mungil itu tak sesehat dan seceria sebelumnya. Saya paham ASI yang terbaik untuknya. Namun, saya tak tahu apakah ia akan mengalami hal yang sama seperti ini lagi atau bahkan lebih parah? Sampai kapan saya bisa konsisten menjaga diet makan saya? Saya ingin menyusuinya hingga tuntas, sebagaimana Allah menurunkan firman-Nya tentang cinta. Tetapi saya juga takut menyakitinya karena kealpaan saya. Dilema.
#Squad7 #30dwcjilid11 #cerpen #nonfiksi
Kemudian saya memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter anak. Setelah saya menjelaskan kronologinya, dokter meresepkan beberapa obat sebagai terapinya. Selanjutnya ia menjelaskan bahwa seringkali pilek yang menyerang anak di bawah usia 2-3 bulan disebabkan oleh alergi.
Selain itu, dokter juga bertanya, “Apakah kedua orang tua atau salah satunya memiliki riwayat alergi? Atau kakek neneknya?” Tentu saja dengan cepat saya menjawab, "Iya, Dok. Ayahnya alergi seafood. Neneknya pun ada alergi debu.”
Kemudian dokter memberi saya rincian beragam makanan yang sebaiknya saya hindari. Sesaat setelah sampai di rumah, saya pun mengingat-ingat apa yang telah saya makan beberapa minggu belakangan ini. "Cheesecake? Ya, dua minggu yang lalu," saya bergumam. Kacang tanah juga, sehari yang lalu. Benar saja diagnosa dokter tadi. Lagi-lagi saya membatin.
Sabiq menangis, membuyarkan lamunan saya. Ia haus. Saya memandangnya, ia masih sedikit kesulitan untuk bernafas akibat lendir pada hidungnya. Ruam-ruam merah di sekitar kepala dan lehernya pun tak lepas dari perhatian saya. Ya, Allah ... saya berbicara dalam hati tak karuan. Karena saya, mungkin Sabiq harus melewati hari-hari yang sulit. Pilek dan ruam kemerahan yang gatal di usia sedini ini. Tak terasa saya meneteskan airmata. Disergap perasaan bersalah, saya hanya bisa menciumi dahinya dan terus meminta maaf.
Sambil menyusui, saya juga merutuki diri yang kurang ilmu ini. Bagaimana mungkin saya tidak menyadari hal ini. Saya merasa belum bisa menerima kalau saya sebagai ibunya tidak mempersiapkan diri, bahwa bayi saya besar kemungkinan memiliki resiko alergi seperti riwayat dari keluarga terdekatnya. Haruskah saya beralih ke susu formula? Agar ia tidak mengalami hal-hal seperti ini lagi?
Menerawang pikiran saya, semua ilmu tentang ASI yang saya pelajari sebelum melahirkan rasanya sia-sia. Saya terlanjur patah hati melihat makhluk mungil itu tak sesehat dan seceria sebelumnya. Saya paham ASI yang terbaik untuknya. Namun, saya tak tahu apakah ia akan mengalami hal yang sama seperti ini lagi atau bahkan lebih parah? Sampai kapan saya bisa konsisten menjaga diet makan saya? Saya ingin menyusuinya hingga tuntas, sebagaimana Allah menurunkan firman-Nya tentang cinta. Tetapi saya juga takut menyakitinya karena kealpaan saya. Dilema.
#Squad7 #30dwcjilid11 #cerpen #nonfiksi
Sunday, February 4, 2018
Masih Membacakan Cerita dan Menanamkan Allah Sang Pemberi Rizki
S masih suka buku cerita kemarin, so kami masih terus membacakannya, lagi dan lagi. Alhamdulillah. Mudah-mudahan ceritanya mendarah daging sehingga dia bisa menerapkannya dengan baik.
Malam ini kami ke pengajian, ia belajar lagi tentang shodakoh di dalam masjid. Alhamdulillah. Yas, every little thing is matter. Every little thing. Semoga menjadi ingatan yang baik dalam otaknya.
Tak lupa saya menanamkan kembali bahwa Allah Maha Kaya. Dia-lah Sang Pemberi Rizki. Saya juga memberitahunya bahwa Allah bisa memberikannya apapun yang dia mau, jika Allah menyayanginya. Allah adalah pemilik dunia seisinya. Allah bisa memberikan apapun kepada siapapun. Kemudian dia berdoa, meminta salah satu mobil kecil di Alfamidi. Saya senang sekaligus tersentuh. Masyaa Allah. Semoga kelak selalu seperti itu. Saya juga menambahkan Allah akan memberikan apapun kepada orang-orang yang disayangiNya. Maka jadilah orang yang disayangiNya, dengan cara rajin shalat dan berdoa. Ia hanya mengangguk mengiyakan. Dia mendengarkan dan mengiyakan. Alhamdulillah. Semoga setiap kata-kata baik yang terucap bisa menancap dalam hatinya. Menjadi pondasi dalam jiwa kecil yang tanpa dosa. Aamiiin..
#Tantangan10Hari
#day4
#KuliahBundaSayang
#CerdasFinansial
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
Malam ini kami ke pengajian, ia belajar lagi tentang shodakoh di dalam masjid. Alhamdulillah. Yas, every little thing is matter. Every little thing. Semoga menjadi ingatan yang baik dalam otaknya.
Tak lupa saya menanamkan kembali bahwa Allah Maha Kaya. Dia-lah Sang Pemberi Rizki. Saya juga memberitahunya bahwa Allah bisa memberikannya apapun yang dia mau, jika Allah menyayanginya. Allah adalah pemilik dunia seisinya. Allah bisa memberikan apapun kepada siapapun. Kemudian dia berdoa, meminta salah satu mobil kecil di Alfamidi. Saya senang sekaligus tersentuh. Masyaa Allah. Semoga kelak selalu seperti itu. Saya juga menambahkan Allah akan memberikan apapun kepada orang-orang yang disayangiNya. Maka jadilah orang yang disayangiNya, dengan cara rajin shalat dan berdoa. Ia hanya mengangguk mengiyakan. Dia mendengarkan dan mengiyakan. Alhamdulillah. Semoga setiap kata-kata baik yang terucap bisa menancap dalam hatinya. Menjadi pondasi dalam jiwa kecil yang tanpa dosa. Aamiiin..
#Tantangan10Hari
#day4
#KuliahBundaSayang
#CerdasFinansial
#RejekiItuPastiKemuliaanYangDicari
Membacakan Buku Cerita Tentang Menabung (Part 3, Cerdas Finansial Usia Dini)
Ya, because we love books dan saya sangat terbantu sekali dengan cerita-cerita membangun akhlak dan karakter yang ada dalam buku anak.
Jadi, karena kemarin sudah masuk ke praktik oembiasaan menabung, saya jadi inget kalau kita punya buku dengan tema sama; Aku Suka Menabung-nya Halo Balita. Alhamdulillah.
Bukunya menceeitakan Saliha, anak perempuan tokoh utama dalam buku tersebut, sedang ke toko buku bersama ibunya. Saat di sana, ia melihat sebuah buku yang menarik perhatiannya, sehingga ia menginginkan sang ibu membelikannya. Tetapi sayang, sang ibu saat ini tidak memiliki uang, karena buku tersebut sangat mahal. Lalu ibunya mengusulkan supaya Saliha menabung, agar uangnya terkumpul dan bisa membeli buku tersebut. Saliha setuju, kemudian mereka membeli sebuah celengan kodok. Hari-hari pertama Saliha sangat excited menabung, namun hari-hari selanjutnya ia lebih banyak jajan dan menghabiskan uangnya. Kemudian ibu mengecek celengan kodok Saliha, ternyata beratnya ringan. Ibu pun mempertanyakan kemana uang yang ia berikan untuk ditabung, Saliha mengakui uangnya ia pakai untuk jajan. Ibu memberitahukan bahwa jika ia tidak menabung, nanti dia tidak akan bisa membeli bukunya. Akhirnya Saliha pun menurut, ia kembali bersemangat menabung. Hingga suatu hari celengannya sudah penuh dan berat, kemudian ia pecahkan celengan tersebut dengan diawali kata Bismillah. Setelah itu Saliha bisa membeli buku dengan uang tabungannya. Ia sangat senang sekali.
Value yang bisa diambil: Untuk mendapatkan sesuatu terkadang tidak bisa instan, anak-anak perlu dilatih dengan keteguhan dan kesabaran dalam melewati tantangan yang ada demi mencapai cita-cita jangka pendek/jangka panjangnya.
Cerita diatas sangat menarik bagi S, karena ia sedang diajari menabung dan celengannya adalah kodok, salah satu hewan favoritnya.
Progres hari ini, ia tetap menabung (dan bahkan minta uang terus buat ditabung), sudah sedikit demi sedikit diberikan pengetahuan mengapa perlu menabung, juga memberikan rizki yang kita miliki kepada makhluk/manusia lainnya yang membutuhkan.
Alhamdulillah, Barokallah.
#tantangan10hari
#level8
#kuliahbundasayangiip
#rejekiitupastikemuliaanyangdicari
#cerdasfinansialusiadini
#day3
#30dwcjilid11
#day13
#squad7
Jadi, karena kemarin sudah masuk ke praktik oembiasaan menabung, saya jadi inget kalau kita punya buku dengan tema sama; Aku Suka Menabung-nya Halo Balita. Alhamdulillah.
Bukunya menceeitakan Saliha, anak perempuan tokoh utama dalam buku tersebut, sedang ke toko buku bersama ibunya. Saat di sana, ia melihat sebuah buku yang menarik perhatiannya, sehingga ia menginginkan sang ibu membelikannya. Tetapi sayang, sang ibu saat ini tidak memiliki uang, karena buku tersebut sangat mahal. Lalu ibunya mengusulkan supaya Saliha menabung, agar uangnya terkumpul dan bisa membeli buku tersebut. Saliha setuju, kemudian mereka membeli sebuah celengan kodok. Hari-hari pertama Saliha sangat excited menabung, namun hari-hari selanjutnya ia lebih banyak jajan dan menghabiskan uangnya. Kemudian ibu mengecek celengan kodok Saliha, ternyata beratnya ringan. Ibu pun mempertanyakan kemana uang yang ia berikan untuk ditabung, Saliha mengakui uangnya ia pakai untuk jajan. Ibu memberitahukan bahwa jika ia tidak menabung, nanti dia tidak akan bisa membeli bukunya. Akhirnya Saliha pun menurut, ia kembali bersemangat menabung. Hingga suatu hari celengannya sudah penuh dan berat, kemudian ia pecahkan celengan tersebut dengan diawali kata Bismillah. Setelah itu Saliha bisa membeli buku dengan uang tabungannya. Ia sangat senang sekali.
Value yang bisa diambil: Untuk mendapatkan sesuatu terkadang tidak bisa instan, anak-anak perlu dilatih dengan keteguhan dan kesabaran dalam melewati tantangan yang ada demi mencapai cita-cita jangka pendek/jangka panjangnya.
Cerita diatas sangat menarik bagi S, karena ia sedang diajari menabung dan celengannya adalah kodok, salah satu hewan favoritnya.
Progres hari ini, ia tetap menabung (dan bahkan minta uang terus buat ditabung), sudah sedikit demi sedikit diberikan pengetahuan mengapa perlu menabung, juga memberikan rizki yang kita miliki kepada makhluk/manusia lainnya yang membutuhkan.
Alhamdulillah, Barokallah.
#tantangan10hari
#level8
#kuliahbundasayangiip
#rejekiitupastikemuliaanyangdicari
#cerdasfinansialusiadini
#day3
#30dwcjilid11
#day13
#squad7
Friday, February 2, 2018
Menabung dan Rejeki (Part 2, Cerdas Finansial Usia Dini)
Assalamualaikuum. Hola, agaaain!
Masyaa Allah ya, amih sekarang jadi rajin ngeblog, (giggles). Mudah-mudahan istiqomaah...
Kenapa sekarang ngerjain tugasnya di blog? Karena tugas #30dwcjilid11 minimal 200 kata. Dan di instagram 200 kata tuh, mefet syekalee~ Nggak bisa nulis hestek, kzl.
Jadi, marilah kita aktifkan lagi blog lama yang sudah usang ini. *halah*
Yap, masih berkesinambungan dengan tema kemarin, kali ini S saya ajarkan tentang menabung. Saya ngerti banget sih, anaknya belum paham makna dari menabung. Tapi paling nggak, saya mulai mengenalkan dia tentang perilaku dan kebiasaan baik ini.
Sebelumnya, tentu saya jelaskan mengapa kita harus menabung. Apa yang bisa kita dapatkan jika rajin menabung. Awalnya kami memang berencana ingin membelikan S sebuah celengan, tapi kemudian kami berubah pikiran, bagaimana kalau kita buat saja sendiri celengannya, yay!
Celengan kami terbuat dari kaleng permen m*ntz, lalu abih menggunakan pisau untuk melubangi tempat memasukkan uang serta merekatkan tutup kaleng dengan lem korea. Hasilnya not bad, lah. S senang sekali.
Berhubung saya memang senang mengumpulkan receh dalam satu wadah, maka receh tersebut pun akhirnya masuk ke dalam celengan baru S. S senang sekali memasukkan uang ke dalam celengan. Ya, mungkin yang ada dipikirannya saat itu adalah bermain, dia belum benar-benar mengerti esensi dari menabung. Tapi kebiasaan ini nyatanya bikin dia ketagihan. Setiap liat uang "nganggur" rasanya ingin dia masukkan dalam celengan. Alhamdulillah, dia punya kebiasaan baik, yakni meminta ijin terlebih dahulu ketika ingin melakukan sesuatu, dalam kasus ini, memasukkan uangnya. Kalau tidak, uang kami bisa habis ia masukkan ke dalam celengan semua. Lol.
Memperkuat pengertian uang sebagian kecil dari rejeki. Rejeki itu harus dibagi-bagi.
Saya juga menjelaskan bahwa uang hanyalah senagian kecil dari rejeki yang Allah berikan kepada kami. Setelahnya, saya membangun kebiasaan berbagi, yang tidak hanya dengan manusia tetapi kepada makhluk hidup lainnya, salah satunya ayam tetangga.
Habit membagikan beras atau makanan-makanan yang tidak dihabiskan S kepada ayam, sedikit banyak berpengaruh pada karakternya yang tidak sulit untuk berbagi rejeki, makanan khususnya.
Alhamdulillah, Masyaa Allah. Hanya Allah yang berikan serta mudahkan proses ini dan itu, sehingga S bersemangat menjalani tahap demi tahap pembelajaran yang dilakukan orang tuanya.
Mudah-mudahan Allah paring kebarokahan dalam setip inci ikhtiar kita kepada anak-anak dan keluarga. Aamiin.
#tantangan10hari
#level8
#kuliahbundasayangiip
#rejekiitupastikemuliaanyangdicari
#cerdasfinansialusiadini
#day2
#30dwcjilid11
#day12
#squad7
Masyaa Allah ya, amih sekarang jadi rajin ngeblog, (giggles). Mudah-mudahan istiqomaah...
Kenapa sekarang ngerjain tugasnya di blog? Karena tugas #30dwcjilid11 minimal 200 kata. Dan di instagram 200 kata tuh, mefet syekalee~ Nggak bisa nulis hestek, kzl.
Jadi, marilah kita aktifkan lagi blog lama yang sudah usang ini. *halah*
Yap, masih berkesinambungan dengan tema kemarin, kali ini S saya ajarkan tentang menabung. Saya ngerti banget sih, anaknya belum paham makna dari menabung. Tapi paling nggak, saya mulai mengenalkan dia tentang perilaku dan kebiasaan baik ini.
Sebelumnya, tentu saya jelaskan mengapa kita harus menabung. Apa yang bisa kita dapatkan jika rajin menabung. Awalnya kami memang berencana ingin membelikan S sebuah celengan, tapi kemudian kami berubah pikiran, bagaimana kalau kita buat saja sendiri celengannya, yay!
Celengan kami terbuat dari kaleng permen m*ntz, lalu abih menggunakan pisau untuk melubangi tempat memasukkan uang serta merekatkan tutup kaleng dengan lem korea. Hasilnya not bad, lah. S senang sekali.
Berhubung saya memang senang mengumpulkan receh dalam satu wadah, maka receh tersebut pun akhirnya masuk ke dalam celengan baru S. S senang sekali memasukkan uang ke dalam celengan. Ya, mungkin yang ada dipikirannya saat itu adalah bermain, dia belum benar-benar mengerti esensi dari menabung. Tapi kebiasaan ini nyatanya bikin dia ketagihan. Setiap liat uang "nganggur" rasanya ingin dia masukkan dalam celengan. Alhamdulillah, dia punya kebiasaan baik, yakni meminta ijin terlebih dahulu ketika ingin melakukan sesuatu, dalam kasus ini, memasukkan uangnya. Kalau tidak, uang kami bisa habis ia masukkan ke dalam celengan semua. Lol.
Memperkuat pengertian uang sebagian kecil dari rejeki. Rejeki itu harus dibagi-bagi.
Saya juga menjelaskan bahwa uang hanyalah senagian kecil dari rejeki yang Allah berikan kepada kami. Setelahnya, saya membangun kebiasaan berbagi, yang tidak hanya dengan manusia tetapi kepada makhluk hidup lainnya, salah satunya ayam tetangga.
Habit membagikan beras atau makanan-makanan yang tidak dihabiskan S kepada ayam, sedikit banyak berpengaruh pada karakternya yang tidak sulit untuk berbagi rejeki, makanan khususnya.
Alhamdulillah, Masyaa Allah. Hanya Allah yang berikan serta mudahkan proses ini dan itu, sehingga S bersemangat menjalani tahap demi tahap pembelajaran yang dilakukan orang tuanya.
Mudah-mudahan Allah paring kebarokahan dalam setip inci ikhtiar kita kepada anak-anak dan keluarga. Aamiin.
#tantangan10hari
#level8
#kuliahbundasayangiip
#rejekiitupastikemuliaanyangdicari
#cerdasfinansialusiadini
#day2
#30dwcjilid11
#day12
#squad7
Thursday, February 1, 2018
MENDIDIK ANAK CERDAS FINANSIAL SEJAK DINI (Part 1)
Assalamualaikuum, Hola. Tantangan 10 Hari, level ke 8, Kuliah Online Bunda Sayang IIP kali ini tentang mendidik anak cerdas finansial sejak dini.
Periode tugas dimulai dari 1 Februari 2018 sampai 17 Februari 2018, dengan syarat minimal kelulusan mengumpulkan 10 tugas.
Tema kali ini cukup greget, yhaaa. Secara emaknya S hobi dengan tema ini, tapi (kayaknya) belum serius mencoba mendidik S tentang masalah rizki atau perduitan ini.
Ternyata (sesuai materi yang diberikan) mendidik finansial anak sejak usia dini itu bisa dimulai dari memahamkan anak-anak bahwa uang adalah bagian kecil dari rejeki. Kemudian bisa dilanjutkan dengan pengelolaan uang, membaginya kepada yang berhak, membedakan keinginan serta kebutuhan. Yap, semuanya dimulai dari ibu yang mau belajar untuk melek finansial dan teguh dengan prinsipnya. Semoga, dimulai dari tigas ini, saya, abihnya S dan S bisa bertumbuh bersama sehingga kami dapat mengelola uang dan bertanggungjawab terhadap bagian rejeki yang didapatkan dari Allah SWT.
Tugasnya apa saja kali ini?
🎎 Bagi yang sudah menikah dan memiliki anak:
👶 Anak usia dini (<7th)
Buatlah proyek pengenalan menabung, proses menabung dan membelanjakan tabungan. Perkuat bahwa semua rejeki berasal dari Allah. Ceritakan pengalaman bunda dalam mengenalkan konsep rejeki pada si kecil melalui tulisan dan atau foto.
Nah, karena S masih 2 tahun 8 bulan (kurang lebih, ya. Saya malas menghitung 😂), sebisa mungkin saya akan sharing tentang proses serta pengenalan rejeki/menabung tersebut. Namun, jika tidak ada bahan tulisan atau bingung mau menulis apalagi tentang menabung vs anak, mungkin saya akan sharing tentang tugas lain yang diberikan kepada yang belum menikah atau belum memiliki anak.
Seperti tugas di bawah ini.
👩 Bagi yang sudah menikah belum memiliki anak serta bagi yang belum menikah:
Ceritakan pengalaman anda dalam mengelola keuangan. Catatlah proses belajar membuat pencatatan keuangan dan membaginya ke dalam kantong belanja, infaq, dan tabungan. Identifikasi catatan keuangan Anda apakah sudah baik, perlu review ulang ataupun ada bocor halus dalam pengelolaannya.
***
Hari ini sebenarnya saya dan suami sudah berniat akan membeli celengan. Namun, kami lupa karena sibuk dengan belanjaan lainnya. Sayang sekali, padahal saya berharap hari ini sudah ada progres tentang celengan.
Walau begitu, saya mau sharing tentang tabungan S yang diberikan oleh Abahnya (baca: kakek). Abah memberikan S tabungan 1000 IDR per hari, tabungan ini sudah berjalan kurang lebih sejak 2 tahun yang lalu. Alhamdulillah, walaupun proses mendidik belum dimulai, tetapi progres menabungnya sudah dimulai sejak S masih bayi.
Disamping itu, kami sebagai orang tua yang basic pendidikannya berkecimpung di dunia keuangan, cukup melek finansial sehingga sudah merencanakan dan membeli reksadana syariah untuk dana pendidikan S, ke depan.
Mudah-mudahan apapun ikhtiar yang kami lakukan bisa bermanfaat untuk S dan insyaAllah adik-adiknya, kelak.
#KuliahBunsayIIP
#Tantangan10Hari
#Level8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#CerdasFinansial
#Day1
Subscribe to:
Posts (Atom)