Cerita/Dongeng malam ini tentang Kelinci, Tupai dan Gajah.
Kelinici dan Tupai kelaparan, padahal mereka sudah berusaha mencari makan, tetapi belum menemukannya. Hingga akhirnya mereka berdoa kepada Allah, agar Allah memberikan rizki yang cukup dan barokah kepada mereka.
Tiba-tiba Gajah datang, ia baru saja dari tepi sungai yang ada di dalam hutan. Gajah membawa 2 buah apel merah yang telah ranum. Gajah memberikan Apel tersebut kepada Kelinci dan Tupai. Mereka senang sekali, dan mengucapkan terimakasih pada Gajah, serta bersyukur kepada Allah, karena telah mengabulkan doa mereka dengan sangat cepat.
Saat berdongeng/bercerita dengan S, kita lebih sering berinteraksi (alias diinterupsi melulu, hahaha). S anak yang punya rasa penasaran cukup tinggi, bisa mengkomunikasikannya dengan baik dan punya standar tertentu atas beberapa hal, maka selain bertanya ia juga sering mengoreksi.
Sedikit warning bahwa "emaknya lagi mau cerita dulu, nih," beberapa kali dilakukan agar jalannya cerita runut sebagaimana bayangan ibunya.
Walaupun kadang gemes juga diinterupsi setiap cerita, but ya, saya bersyukur. Dia punya curiosity yang tinggi, sense of reality, imagination dan daya analisa yang Masyaa Allah, terbilang baik di usianya yang baru 2 tahun 11 bulan ini. Alhamdulillah...
#BundaSayang
#IbuProfesional
#GrabYourImagunation
#Level10
#KuliahBunSayIIP
#day2
Saturday, April 21, 2018
Cemilan #1: Teknik Berkisah dan Mendongeng
ππππππ
1. Membuka Cerita
Ice Breaking atau beri gambaran seputar cerita yang akan disampaikan.
2. Saat Bercerita
πKuasai teknik menguasai audiens
πSaat anak belum tenang , anak bisa diberikan pertanyaan atau pas lagi nyanyi ajak anak yang belum tenang untuk bernyanyi bersama.
πSaat anak bisa menebak cerita, bilang "wah bagus/betul" terus tanyakan apa lagi yang kamu tahu setelah itu?
πBila kita lupa teks dongeng, kita bisa improvisasi ceritanya, usahakan tetap tenang dan tidak panik.
πKuasai teknik olah vokal
π *Teknik Olah Vokal I*
Sumber : teknik Suara Kucing
Teknik olah vokal suara kucing bisa kita gunakan untuk suara beberapa binatang diantaranya gajah, kuda dan monyet. Selain itu bisa juga kita gunakan untuk suara ambulan, mengerem, kereta.
π *Teknik Olah Vokal II*
Sumber teknik suara bebek, bisa kita gunakan untuk suara tokoh suneo, kambing dan tokek.
π *Teknik Olah Vokal III*
Sumber teknik suara harimau bisa kita gunakan untuk tokoh penjahat atau suara binatang yang sedang berbicara saat cerita fabel, seperti : beruang, anjing, serigala, singa.
π *Teknik Olah Vokal IV*
Sumber teknik suara sapi bisa digunakan untuk suara ayah (jika yang mendongeng perempuan), tokoh kartun : Sopo, Raksasa. Selain itu bunyi suara sapi bisa digunakan untuk suara binatang yang sedang berbicara saat cerita fabel : buaya, gajah, kerbau, gorilla
π *Teknik Olah Vokal V*
Suara unik dan pengiring cerita kakek/nenek :lipat/tempelkan ujung lidah ke gusi bawah bagian dalam.
Teknik suara diatas bisa digunakan untuk suara alam : petir, hujan, ombak, angin.
Bisa juga suara kendaraan : mobil, motor, delman, helikopter.
πKuasai teknik merekayasa cerita (merubah cerita)
a. Pilih cerita pendek
b. Paham isi/alur cerita dan pahami hikmahnya
c. Hitung jumlah tokoh dan pelajari suaranya
d. Buatlah rekayasa di setiap adegan
3. Menutup Cerita
π Evaluasi cerita
π Sampaikan pesan yang bisa diambil dalam cerita tersebut
π *Teknik Olah Gerak*
π Tangan diatas pinggang
π Badan Merendah
π Wajah Ceria
π Gerak tubuh sesuai karakter si tokoh
4. Praktek Bercerita
Tanamkan sugesti positif
*_Saya Pasti Bisa_*
*_Saya Pasti Ceria_*
*_Saya Pasti Mempesona_*
Salam Ibu Profesional
Tim Fasilitator Bunda Sayang
π Sumber
*_Hasil Workshop Sehari Mendongeng Bersama Kak Mul_*
1. Membuka Cerita
Ice Breaking atau beri gambaran seputar cerita yang akan disampaikan.
2. Saat Bercerita
πKuasai teknik menguasai audiens
πSaat anak belum tenang , anak bisa diberikan pertanyaan atau pas lagi nyanyi ajak anak yang belum tenang untuk bernyanyi bersama.
πSaat anak bisa menebak cerita, bilang "wah bagus/betul" terus tanyakan apa lagi yang kamu tahu setelah itu?
πBila kita lupa teks dongeng, kita bisa improvisasi ceritanya, usahakan tetap tenang dan tidak panik.
πKuasai teknik olah vokal
π *Teknik Olah Vokal I*
Sumber : teknik Suara Kucing
Teknik olah vokal suara kucing bisa kita gunakan untuk suara beberapa binatang diantaranya gajah, kuda dan monyet. Selain itu bisa juga kita gunakan untuk suara ambulan, mengerem, kereta.
π *Teknik Olah Vokal II*
Sumber teknik suara bebek, bisa kita gunakan untuk suara tokoh suneo, kambing dan tokek.
π *Teknik Olah Vokal III*
Sumber teknik suara harimau bisa kita gunakan untuk tokoh penjahat atau suara binatang yang sedang berbicara saat cerita fabel, seperti : beruang, anjing, serigala, singa.
π *Teknik Olah Vokal IV*
Sumber teknik suara sapi bisa digunakan untuk suara ayah (jika yang mendongeng perempuan), tokoh kartun : Sopo, Raksasa. Selain itu bunyi suara sapi bisa digunakan untuk suara binatang yang sedang berbicara saat cerita fabel : buaya, gajah, kerbau, gorilla
π *Teknik Olah Vokal V*
Suara unik dan pengiring cerita kakek/nenek :lipat/tempelkan ujung lidah ke gusi bawah bagian dalam.
Teknik suara diatas bisa digunakan untuk suara alam : petir, hujan, ombak, angin.
Bisa juga suara kendaraan : mobil, motor, delman, helikopter.
πKuasai teknik merekayasa cerita (merubah cerita)
a. Pilih cerita pendek
b. Paham isi/alur cerita dan pahami hikmahnya
c. Hitung jumlah tokoh dan pelajari suaranya
d. Buatlah rekayasa di setiap adegan
3. Menutup Cerita
π Evaluasi cerita
π Sampaikan pesan yang bisa diambil dalam cerita tersebut
π *Teknik Olah Gerak*
π Tangan diatas pinggang
π Badan Merendah
π Wajah Ceria
π Gerak tubuh sesuai karakter si tokoh
4. Praktek Bercerita
Tanamkan sugesti positif
*_Saya Pasti Bisa_*
*_Saya Pasti Ceria_*
*_Saya Pasti Mempesona_*
Salam Ibu Profesional
Tim Fasilitator Bunda Sayang
π Sumber
*_Hasil Workshop Sehari Mendongeng Bersama Kak Mul_*
Thursday, April 19, 2018
Tugas #1: Membangun Karakter Anak melalui Dongeng (atau cerita/kisah-kisah)
Amih: S mau diceritain apa malam ini?
S: Mmm.. apa ya? Cerita tentang kumbang, Allah, tentang S, katak beracun, nabi, semuanya.
A: Wah, banyak amat? Cerita apa dulu, ya.
S: Allah aja, Allah.
A: Hmm.. Allah itu Maha Baik, ya?
S: Iya...
A: Allah sayang sama S
S: sama amih juga, sama abih juga.
A: iya, Allah sayang sama kita semua, ya?
S: iya...
A: Allah kasih S amih dan abih, untuk menyayangi S, merawat serta mendidik S.
S: Iyah...
A: Allah juga kasih S mata, hidung, mulut, tangan ...
S: Jidat, kuping, pipi, ketèk juga ya, Mih?
A: Hahaha iya, masyaa Allah hebat. Iya, Allah kasih seemuanya untuk S karena Allah sayang banget sama S, ya?
S: Iyaa.. Amih juga ya, Abih juga. Allah sayang.
A: Iya, Alhamdulillah... karena Allah udah sayang sama kita, makanya kita harus rajin beribadah, ya? Rajin so...?
S: ... lat.
A: Rajin nga?
S: ... ji.
A: Rajin apalagi? Rajin sodakoh, ya? Sodakoh itu yang masukin uang ke dalam kotak di mesjid. Inget nggak S?
S: Ohh.. kotak yang ada rodanya itu, mih?
A: Iyaa.. kotak yang itu, sodakoh ke mesjid, ya?
S: Iyaa...
A: Kalo kita rajin beribadah, nanti Allah tambah sayang sama kita, ya?
S: Iyaa...
Cerita sebelum tidur ini, Alhamdulillah sudah lama saya praktekkan untuk S. Kalau para orang tua biasanya membacakan buku, untuk saya pribadi bercerita dengan mengarang bebas seperti ini lebih fleksible dan nggak harus ribet dengan perintilan buku-buku juga lampu yang harus terus menyala padahal sudah injury time menuju tidurnya S. S terbiasa tidur dalam keadaan gelap, sehingga lampu yang menyala terang membuat ia sulit terlelap.
Bercerita bebas sesuai keperluan orang tua seperti ini sedikit banyak membantu saya untuk menanamkan beragam hal yang ingin saya tanamkan pada diri anak, yang bahkan efeknya bisa sangat maksimal karena dilakukan sesaat sebelum anak terlelap. Alhamdulillah, Masyaa Allah.
Saya terbiasa menceritakan 3 versi cerita, malam ini cerita pertama tentang Allah, cerita kedua tentang S, cerita ke tiga tentang Amih, Abih dan S, yang semua tema tersebut adalah pilihan S sendiri. Bagian saya adalah mengarahkan cerita kedua tentang baiknya membantu orang tua, dan cerita ke tiga tentang jalan-jalan kami ke kebun binatang.
Alhamdulillah, Masyaa Allah.
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#GrabYourImagination
#IbuProfesional
#BundaSayang
S: Mmm.. apa ya? Cerita tentang kumbang, Allah, tentang S, katak beracun, nabi, semuanya.
A: Wah, banyak amat? Cerita apa dulu, ya.
S: Allah aja, Allah.
A: Hmm.. Allah itu Maha Baik, ya?
S: Iya...
A: Allah sayang sama S
S: sama amih juga, sama abih juga.
A: iya, Allah sayang sama kita semua, ya?
S: iya...
A: Allah kasih S amih dan abih, untuk menyayangi S, merawat serta mendidik S.
S: Iyah...
A: Allah juga kasih S mata, hidung, mulut, tangan ...
S: Jidat, kuping, pipi, ketèk juga ya, Mih?
A: Hahaha iya, masyaa Allah hebat. Iya, Allah kasih seemuanya untuk S karena Allah sayang banget sama S, ya?
S: Iyaa.. Amih juga ya, Abih juga. Allah sayang.
A: Iya, Alhamdulillah... karena Allah udah sayang sama kita, makanya kita harus rajin beribadah, ya? Rajin so...?
S: ... lat.
A: Rajin nga?
S: ... ji.
A: Rajin apalagi? Rajin sodakoh, ya? Sodakoh itu yang masukin uang ke dalam kotak di mesjid. Inget nggak S?
S: Ohh.. kotak yang ada rodanya itu, mih?
A: Iyaa.. kotak yang itu, sodakoh ke mesjid, ya?
S: Iyaa...
A: Kalo kita rajin beribadah, nanti Allah tambah sayang sama kita, ya?
S: Iyaa...
Cerita sebelum tidur ini, Alhamdulillah sudah lama saya praktekkan untuk S. Kalau para orang tua biasanya membacakan buku, untuk saya pribadi bercerita dengan mengarang bebas seperti ini lebih fleksible dan nggak harus ribet dengan perintilan buku-buku juga lampu yang harus terus menyala padahal sudah injury time menuju tidurnya S. S terbiasa tidur dalam keadaan gelap, sehingga lampu yang menyala terang membuat ia sulit terlelap.
Bercerita bebas sesuai keperluan orang tua seperti ini sedikit banyak membantu saya untuk menanamkan beragam hal yang ingin saya tanamkan pada diri anak, yang bahkan efeknya bisa sangat maksimal karena dilakukan sesaat sebelum anak terlelap. Alhamdulillah, Masyaa Allah.
Saya terbiasa menceritakan 3 versi cerita, malam ini cerita pertama tentang Allah, cerita kedua tentang S, cerita ke tiga tentang Amih, Abih dan S, yang semua tema tersebut adalah pilihan S sendiri. Bagian saya adalah mengarahkan cerita kedua tentang baiknya membantu orang tua, dan cerita ke tiga tentang jalan-jalan kami ke kebun binatang.
Alhamdulillah, Masyaa Allah.
#KuliahBunsayIIP
#Level10
#GrabYourImagination
#IbuProfesional
#BundaSayang
Saturday, April 14, 2018
Cemilan Materi #9: Think Creative
Memacu Kreatifitas Anak Sejak Dini
Kita semua mendambakan anak yang kreatif, bahkan mungkin menuntut anak untuk kreatif. Berbagai cara sudah kita lakukan untuk menstimulasi anak supaya kreatif. Namun tanpa kita sadari, terkadang cara kita sendirilah yang malah menjadi penghalang kreatifitas anak.
Kebanyakan kita menganalogikan kreatif sebagai banyak ide, banyak bergerak, coba ini-itu, banyak bertanya, dll. Tapi coba kita lihat, ketika anak banyak bertanya, apa yang kita bilang?
Ketika anak banyak bergerak kesana kemari, apa yang kita bilang?
Ketika anak mencoba belajar ini itu, apa yang kita bilang?
Apakah kita banyak melarangnya, atau justru mengizinkan dan mendampinginya?
Kebanyakan mindset kita dalam memandang tingkah laku anak yang “ingin tahu” seringkali diartikan sebagai “anak pengganggu” dan menjadi penghalang bagi kita untuk menstimulasi kreatifitas anak. Akhirnya kita banyak melarang, lebih senang anak bermain dengan tenang, menstimulasi kreatifitasnya dengan memberikan banyak buku, gadget, dan hal-hal lain yang bisa dilakukan sambil duduk tenang.
Padahal, sejatinya manusia adalah makhluk pembelajar. Hal ini sudah tersirat dalam Al-Qur’an ketika Nabi Adam AS diajarkan nama-nama benda (taxonomy). Inilah potensi Fitrah Belajar dan Bernalar yang Allah berikan kepada manusia. Itulah mengapa manusia adalah pembelajar tangguh, bahkan sejak bayi. Tidak ada bayi yang memutuskan untuk merangkak seumur hidupnya. Walau belajar berjalan itu harus jatuh berkali-kali, nyatanya tidak menghalangi semangat bayi untuk terus belajar. Seiring dengan bertambahnya usia, semangat eksplorasi bayi juga semakin tinggi. Hampir seluruh bagian rumah, bahkan ke bagian tersempit dari rumah pun pernah dieksplorasi olehnya. Imajinasipun muncul ketika dia menggunakan barang apa saja yang ada di rumah sebagai mainannya, dari piring hingga pintu lemari. Tugas kita hanyalah memberi kesempatan, ruang yang aman, dan semangat belajar.
Fitrah Belajar dan Bernalar meliputi (tapi tidak terbatas pada) kreasi, penciptaan, inovasi, dan eksplorasi. Fitrah belajar ini mengalami Golden Age pada usia sekitar 7 – 12 Tahun dimana otak kanan dan otak kirinya sudah seimbang, egosentris sudah mulai bergeser ke sosiosentris sehingga mulai terbuka pada eksplorasi di dunia luar, indra sensomotorisnya sudah tumbuh sempurna, sudah bisa berpikir sebab-akibat, dan sudah mulai masuk fase pengenalan sholat di mana membutuhkan gairah belajar yang besar.
Fitrah belajar dan gairahnya untuk belajar bisa hancur karena 4 hal, yaitu:
1⃣ Orang tua atau pendidik terlalu menyetir proses belajar anak, sehingga kesempatan anak belajar sesuatu yang baru semakin kecil.
2⃣ Orang tua atau pendidik terlalu banyak memberikan materi, sehingga anak tidak sempat memaknai dan menemukan asosiasi dari setiap kejadian, daya pikirnya tidak terlatih.
3⃣ Buku teks terlalu kering (sekedar menyajikan data) dan tidak menggugah rasa ingin tahu anak.
4⃣ Dipakainya Kompetisi dan Rasa Takut sebagai pelecut belajar, sehingga anak belajar di bawah tekanan untuk tidak dimarahi atau takut dicap gagal dan bukan belajar karena rasa ingin tahunya.
Coba kita cek kembali bagaimana kita memfasilitasi kebutuhan anak untuk belajar?
Anak-anak hanya memerlukan kesempatan belajar dan keterbukaan hati orang tua bagi imajinasi kreatifnya, bagi intelectual curiousity-nya, bagi eksplorasi belajarnya, bagi kesempatan untuk semakin menjadi dirinya sendiri.
Tidak perlu ruangan atau bangunan khusus, seluruh sudut muka bumi adalah taman belajar yang indah. Alam dan budaya masyarakat Indonesia sangatlah kaya, banyak hal yang bisa menjadi tempat belajarnya. Tidak perlu waktu khusus, karena setiap kejadian yang berseliweran setiap hari bisa dimaknai sebagai pembelajaran. Tidak perlu guru formal khusus karena setiap makhluk adalah guru bagi anak-anak kita.
Salam Ibu Profesional
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
π Sumber Inspirasi :
Harry Santosa. _Fitrah Based Education_. Yayasan Cahaya Mutiara Timur. 2015.
Materi #8: Mendidik Anak Cerdas Finansial Sejak Dini
Apa itu Cerdas Finansial?
Menurut para ahli, cerdas finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mengelola keuangan.
Apabila disesuaikan dengan konsep di Ibu Profesional bahwa uang adalah bagian kecil dari rezeki, dengan belajar mengelola uang artinya kita belajar bertanggung jawab terhadap bagian rezeki yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini.
Apa pentingnya cerdas finansial ini bagi anak-anak?
Di dalam Ibu Profesional kita memahami satu prinsip dasar dalam hal rezeki yaitu,
Rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari
Ketika anak sudah paham konsep dirinya, maka kita perlu menstimulus kecerdasan finansialnya agar:
Kemuliaan Anak Meningkat
dengan cara:
a. Anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan memanfaatkannya sesuai dengan kewajiban agama atas harta tersebut.
b. Anak bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sendiri.
c. Anak terbiasa merencanakan (membuat budget) berdasarkan skala prioritas.
d. Anak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
e. Anak memiliki rasa percaya diri dengan pilihan “gaya hidup” sesuai dengan fitrahnya, tidak terpengaruh dengan gaya hidup orang lain.
f. Anak paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self employee, bussiness owner, atau investor.
Bagaimana Cara Menstimulus Cerdas Finansial pada Anak?
1. Anak-anak perlu dipahamkan terlebih dahulu bahwa rezeki itu datang dari Sang Maha Pemberi Rezeki, sangat luas dan banyak, uang/gaji orangtua itu hanya sebagian kecil dari rezeki.
Sehingga jangan batasi mimpi anak dengan kadar rezeki orangtuanya saat ini.
Karena sejatinya anak-anak adalah milik Dia Yang Maha Kaya, bukan milik kita
Sehingga kalau akan minta sesuatu yang diperlukan anak, mimpi sesuatu, mintalah ke Dia Yang Maha Kaya, bukan ke manusia, meski itu orang tuanya.
2. Ajak anak berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN
Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda
Keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda.
Bantu anak-anak membuat skala prioritas kebutuhan hidupnya berdasarkan dua hal tersebut di atas.
3. Setelah paham dengan prioritas kebutuhan hidupnya, maka latih anak untuk membuat “mini budget“, sebagai bentuk latihan merencanakan berdasarkan skala prioritas.
Mini budget ini bisa dibuat 3 harian, 1 mingguan, atau 1 bulan bergantung pada kemampuan dan usia anak.
Dengan adanya mini budget ini anak akan berkomitmen untuk mematuhi apa yang sudah disepakati, kemudian bertanggung jawab menerima konsekuensi apa pun atas kesepakatan yang sudah dibuatnya
4. Anak dilatih mengelola pendapatan berdasarkan ketentuan yang diyakini oleh keluarga kita.
Contoh: Apabila mini budget sudah disetujui oleh orangtua, dana sudah keluar, anak-anak akan belajar memakai ketentuan yang sudah disepakati keluarga misal kita ambil contoh sbb:
Hak Allah : 2,5 – 10% pendapatan
Hak orang lain : max 30% pendapatan
Hak masa depan : min 20% pendapatan
Hak diri sendiri : 40-60% pendapatan.
5. Lakukan apresiasi setiap anak menceritakan bagaimana dia menjalankan mini budget sesuai kesepakatan.
Latih lagi anak-anak untuk membuat mini budget berikutnya dengan lebih baik.
Prinsipnya adalah : Latih – percayai-jalani-supervisi-latih lagi.
Ingat sekali lagi prinsip di Ibu Profesional
for things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST
Apabila kita menginginkan perubahan maka mulailah dari diri kita terlebih dahulu.
Maka sejatinya materi ini adalah proses kita sebagai orangtua agar cerdas finansial dengan cara learning by teaching, belajar mengajar bersama anak-anak. Jadi yang utama harus belajar tentang cerdas finansial ini adalah kita, orangtuanya, kemudian pandu kecerdasan finansial anak-anak kita sesuai tahapan umurnya.
Salam Ibu Profesional,
Tim Fasilitator Bunda Sayang
πSumber bacaan
Ahmad Gozali, Cashflow for Muslim, 2016
Septi Peni Wulandani, Mendidik Anak Cerdas Finansial, bunda sayang, 2015
Eko P Pratomo, Cerdas Finansial, artikel Kontan, 2015
Menurut para ahli, cerdas finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mengelola keuangan.
Apabila disesuaikan dengan konsep di Ibu Profesional bahwa uang adalah bagian kecil dari rezeki, dengan belajar mengelola uang artinya kita belajar bertanggung jawab terhadap bagian rezeki yang kita dapatkan di dalam kehidupan ini.
Apa pentingnya cerdas finansial ini bagi anak-anak?
Di dalam Ibu Profesional kita memahami satu prinsip dasar dalam hal rezeki yaitu,
Rezeki itu pasti, kemuliaanlah yang harus dicari
Ketika anak sudah paham konsep dirinya, maka kita perlu menstimulus kecerdasan finansialnya agar:
Kemuliaan Anak Meningkat
dengan cara:
a. Anak paham konsep harta, bagaimana memperolehnya dan memanfaatkannya sesuai dengan kewajiban agama atas harta tersebut.
b. Anak bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sendiri.
c. Anak terbiasa merencanakan (membuat budget) berdasarkan skala prioritas.
d. Anak bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
e. Anak memiliki rasa percaya diri dengan pilihan “gaya hidup” sesuai dengan fitrahnya, tidak terpengaruh dengan gaya hidup orang lain.
f. Anak paham dan punya pilihan hidup untuk menjadi employee, self employee, bussiness owner, atau investor.
Bagaimana Cara Menstimulus Cerdas Finansial pada Anak?
1. Anak-anak perlu dipahamkan terlebih dahulu bahwa rezeki itu datang dari Sang Maha Pemberi Rezeki, sangat luas dan banyak, uang/gaji orangtua itu hanya sebagian kecil dari rezeki.
Sehingga jangan batasi mimpi anak dengan kadar rezeki orangtuanya saat ini.
Karena sejatinya anak-anak adalah milik Dia Yang Maha Kaya, bukan milik kita
Sehingga kalau akan minta sesuatu yang diperlukan anak, mimpi sesuatu, mintalah ke Dia Yang Maha Kaya, bukan ke manusia, meski itu orang tuanya.
2. Ajak anak berdialog tentang arti KEBUTUHAN dan KEINGINAN
Kebutuhan adalah sesuatu yang tidak bisa ditunda
Keinginan adalah sesuatu yang bisa ditunda.
Bantu anak-anak membuat skala prioritas kebutuhan hidupnya berdasarkan dua hal tersebut di atas.
3. Setelah paham dengan prioritas kebutuhan hidupnya, maka latih anak untuk membuat “mini budget“, sebagai bentuk latihan merencanakan berdasarkan skala prioritas.
Mini budget ini bisa dibuat 3 harian, 1 mingguan, atau 1 bulan bergantung pada kemampuan dan usia anak.
Dengan adanya mini budget ini anak akan berkomitmen untuk mematuhi apa yang sudah disepakati, kemudian bertanggung jawab menerima konsekuensi apa pun atas kesepakatan yang sudah dibuatnya
4. Anak dilatih mengelola pendapatan berdasarkan ketentuan yang diyakini oleh keluarga kita.
Contoh: Apabila mini budget sudah disetujui oleh orangtua, dana sudah keluar, anak-anak akan belajar memakai ketentuan yang sudah disepakati keluarga misal kita ambil contoh sbb:
Hak Allah : 2,5 – 10% pendapatan
Hak orang lain : max 30% pendapatan
Hak masa depan : min 20% pendapatan
Hak diri sendiri : 40-60% pendapatan.
5. Lakukan apresiasi setiap anak menceritakan bagaimana dia menjalankan mini budget sesuai kesepakatan.
Latih lagi anak-anak untuk membuat mini budget berikutnya dengan lebih baik.
Prinsipnya adalah : Latih – percayai-jalani-supervisi-latih lagi.
Ingat sekali lagi prinsip di Ibu Profesional
for things to CHANGE, I MUST CHANGE FIRST
Apabila kita menginginkan perubahan maka mulailah dari diri kita terlebih dahulu.
Maka sejatinya materi ini adalah proses kita sebagai orangtua agar cerdas finansial dengan cara learning by teaching, belajar mengajar bersama anak-anak. Jadi yang utama harus belajar tentang cerdas finansial ini adalah kita, orangtuanya, kemudian pandu kecerdasan finansial anak-anak kita sesuai tahapan umurnya.
Salam Ibu Profesional,
Tim Fasilitator Bunda Sayang
πSumber bacaan
Ahmad Gozali, Cashflow for Muslim, 2016
Septi Peni Wulandani, Mendidik Anak Cerdas Finansial, bunda sayang, 2015
Eko P Pratomo, Cerdas Finansial, artikel Kontan, 2015
Materi #7: Semua Anak Adalah Bintang
Anak-anak yang terlahir ke dunia merupakan anak-anak pilihan, para juara yang membawa bintangnya masing-masing sejak lahir. Namun setelah mereka lahir, kita, orang dewasa yang diamanahi menjaganya, justru lebih sering “membanding-bandingkan” pribadi anak ini dengan pribadi anak yang lain.
BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
✅ “ *Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?*”
bukan dengan kalimat
❌ “Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?”
❌ ”Mengapa kamu tidak seperti adikmu?”
Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan “ mental jawara” anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH
Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang dan berharap terbangnya sepintar burung.
Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.
Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang.
Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “discovering ability” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.
Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar (enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy)dan menjadi hebat di bidangnya (excellent).
Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).
ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Sumber bacaan:
Septi Peni Wulandani, Semua Anak adalah Bintang, artikel IIP, 2016
Abah Rama, Talents Mapping, Jakarta, 2016
Dodik Mariyanto, Belajar Cara Belajar, paparan seminar, 2016
BANDINGKANLAH ANAK-ANAK KITA DENGAN DIRINYA SENDIRI, BUKAN DENGAN ANAK ORANG LAIN
Jadi kalimat yang harus sering anda keluarkan adalah,
✅ “ *Apa bedanya kakak 1 tahun yang lalu dengan kakak yang sekarang?*”
bukan dengan kalimat
❌ “Mengapa kamu tidak seperti si A, yang nilai raportnya selalu bagus?”
❌ ”Mengapa kamu tidak seperti adikmu?”
Kita, orang dewasa yang dipercaya untuk melejitkan “ mental jawara” anak, justru lebih sering memperlakukan mereka menjadi anak rata-rata, yang harus sama dengan yang lainnya.
MEMBUAT GUNUNG, BUKAN MERATAKAN LEMBAH
Ikan itu jago berenang, jangan habiskan hari-harinya dengan belajar terbang dan berharap terbangnya sepintar burung.
Seringkali kalau ada anak-anak yang tidak menyukai matematika, kita paksakan anak untuk ikut pelajaran tambahan matematika agar nilainya sama dengan anak-anak yang sangat menyukai matematika. Ini namanya meratakan lembah. Anak akan menjadi anak yang rata-rata.
Burung itu jago terbang, apabila sebagian besar waktunya habis untuk belajar terbang, maka dalam beberapa waktu ia akan menjadi maestro terbang.
Anak yang terlihat berbinar-binar mempelajari sesuatu, kemudian orangtuanya mengijinkan anak tersebut menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mempelajari hal tersebut, maka kita sedang mengijinkan lahirnya maestro baru. Ini namanya membuat gunung. Anak akan memahami misi spesifiknya untuk hidup di muka bumi ini.
ENJOY, EASY, EXCELLENT, EARN
Kita sebagai orangtua harus sering melakukan “discovering ability” agar anak menemukan dirinya, dengan cara mengajak anak kaya akan wawasan, kaya akan gagasan, dan kaya akan aktivitas.
Sehingga anak dengan cepat menemukan aktivitas yang membuat matanya berbinar-binar (enjoy) tak pernah berhenti untuk mengejar kesempurnaan ilmu seberapapun beratnya (easy)dan menjadi hebat di bidangnya (excellent).
Setelah ketiga hal tersebut di atas tercapai pasti akan muncul produktivitas dan apreasiasi karya di bidangnya (earn).
ALLAH TIDAK PERNAH MEMBUAT PRODUK GAGAL
Tidak ada anak yang bodoh di muka bumi ini, yang ada hanya anak yang tidak mendapatkan kesempatan belajar dari orangtua/guru yang baik, yang senantiasa tak pernah berhenti menuntut ilmu demi anak-anaknya, dan memahami metode yang tepat sesuai dengan gaya belajar anaknya.
ANAK-ANAK TERLAHIR HEBAT, KITALAH YANG HARUS SELALU MEMANTASKAN DIRI AGAR SELALU LAYAK DI MATA ALLAH, MEMEGANG AMANAH ANAK-ANAK YANG LUAR BIASA
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Sumber bacaan:
Septi Peni Wulandani, Semua Anak adalah Bintang, artikel IIP, 2016
Abah Rama, Talents Mapping, Jakarta, 2016
Dodik Mariyanto, Belajar Cara Belajar, paparan seminar, 2016
Materi #6: Menstimulus Matematika Logis Pada Anak
Semua anak lahir cerdas, masing-masing diberikan potensi dan keunikan yang menjadi jalan mereka untuk cerdas di bidangnya masing-masing. Dua macam kecerdasan dasar yang memicu munculnya kecerdasan yang lain adalah kecerdasan bahasa dan kecerdasan matematis logis. Dimana di dua kecerdasan ini banyak orangtua yang salah menstimulus, tidak paham tujuannya untuk apa, ingin anak-anaknya segera cepat menguasai dua hal tersebut, sehingga banyak diantara anak-anak BISA menguasai dua kecerdasan tersebut tetapi mereka TIDAK SUKA. Sebagaimana kita ketahui di materi sebelumnya bahwa
" Membuat anak BISA itu mudah, membuatnya SUKA baru tantangan "
MATEMATIKA LOGIS
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan.
Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya
Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematika logis dan kecerdasan bahasa. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan bahasa diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
CIRI-CIRI ANAK DENGAN KECERDASAN MATEMATIKA LOGIS
a. Anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut
b. Mengamati benda-benda yang unik baginya
c. Hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba
d. Sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan.
e. Suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung
Yang sering salah kaprah di dunia pendidikan dan keluarga saat ini adalah buru-buru menstimulus matematika logis anak dengan cara memberikan pelajaran berhitung sejak dini. Padahal berhitung adalah bagian kecil dari sekian banyak stimulus yang harus kita berikan ke anak untuk merangsang kecerdasan matematika logisnya.Dan harus diawali dengan berbagai macam tahapan pijakan sebelumnya.
Yang perlu kita pelajari di Ibu Profesional adalah Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagaimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? bukan buru-buru mengajarkan kemampuan berhitung ke anak.
STIMULASI MATEMATIKA LOGIS DI SEKITAR KITA
Bermain Pasir
Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Bermain di Dapur
a.Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna.
b. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa.
c. Membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran.
d. Membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu.
Belajar di Meja Makan
Saat dimeja makan pun kita bisa mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekeluarga kebagian semua, roti ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila roti sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Belajar Memahami Kuantitas
a. ketika melihat akuarium, tanyakan berapa jumlah ikan hias di akuarium tersebut?
b.Ketika duduk di depan ruma atau sedang jalan-jalan, tanyakan berapa jumlah sepeda motor yang lewat dalam jangka waktu 1 menit?
Belajar mengenalkan konsep perbandingan, kecepatan, konsep panjang dan berat
a. Menanyakan pada anak roti mana yang ukurannya lebih besar, roti bolu atau donat?
b. Mengenalkan dan menanyakan pada anak, mana yang lebih cepat, mobil atau motor?
c. Mengenalkan dan menanyakan ke anak mana yang lebih tinggi pohon kelapa atau pohon jambu?
d. Menanyakan ke anak mana yang lebih berat, tas kakak atau tas adik?
Kegiatan di Luar Rumah
a.Mengajak anak berbelanja
ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan.
b. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya.
c. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya.
d. Permainan Tradisional
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung, permainan patil lele, permainan lompat tali, permainan engklek dll.
e.Belajar Memecahkan Masalah ( problem solving) melalui mainan
Menyusun lego atau bermain puzzle adalah cara agar anak berlatih menghadapi masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas.
Dengan memberikan stimulus-stimulus tersebut diharapkan anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Dengan model stimulus ini anak-anak akan paham makna kabataku (kali, bagi, tambah, kurang) sebagai sebuah proses alamiah sehari-hari, bukan deretan angka yang bikin pusing. Mereka jadi paham bahwa :
Menambah ➡ proses menggabungkan
Mengurangi ➡ proses memisahkan
Mengalikan ➡ proses menambah/menjumlahkan secara berulang.
Membagi ➡ proses mengurangi secara berulang.
Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di rumah dan di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman anak dan problem solving (pemecahan masalah).
Kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik.
Dengan demikian matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
Salam Ibu Profesional
/ Tim Fasilitator Bunda Sayang/
πSumber bacaan:
Hernowo, Menjadi Guru yang Mampu dan Mau Mengajar dengan Menyenangkan, MLC, 2005
Howard Gardner, Multiple Intelligence, Gramedia, 2000
Septi Peni Wulandani, Jarimatika, Mudah dan Mneyenangkan, Kawan Pustaka, Agromedia, 2009
https://youtu.be/souDTP9_5Rg
https://youtu.be/uo8TH7OmnQs
DONGENG JARIMATIKA
Awalnya enes sangat suka dengan angka dan bilangan,. Ini pertanda bagi orangtuanya untuk memperdalam ilmu ttg "matematika".
Kami ajak enes mengenal berbagai cara memperkuat angka dan bilangan.
Mulai dari berbagai alat pendukung dicoba. Ternyata enes paling suka berhitung dengan jarinya.
Maka ini "pertanda" lagi bagi saya dan pak dodik unt mempelajari jari.
Kami tetapkan laboratorium di rumah yaitu menempel kertas flipchart memenuhi dinding.
Kami meneliti selama 3 th dr tah 2000-2003.
Setiap kali punya ide baru, ditulis di flipchart, kemudian praktek ke enes.
Akhirnya setelah enes bahagia, saya ajarkan ke anak2 tetangga, mereka senang.
Kemudian uji coba ke anak2 tukang sayur dan buruh cuci, ternyata bekerja.
Sejak itulah saya, pak dodik dan anak-anak mulai mengkampayekan jarimatika.
Sosialisasi ini berjalan selama 3 th.
Dan th 2006 jarimatika booming, sampai diundang kick andy di tahun 2007, berikutnya media lainpun tanpa henti meliput jarimatika.
" Membuat anak BISA itu mudah, membuatnya SUKA baru tantangan "
MATEMATIKA LOGIS
Pada dasarnya setiap anak dianugerahi kecerdasan matematika logis. Gardner mendefinisikan kecerdasan matematis logis sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara matematis, berpikir logis, penalaran induktif/deduktif, dan ketajaman pola-pola abstrak serta hubungan-hubungan.
Dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya
Menurut Gardner ada kaitan antara kecerdasan matematika logis dan kecerdasan bahasa. Pada kemampuan matematika, anak menganalisa atau menjabarkan alasan logis, serta kemampuan mengkonstruksi solusi dari persoalan yang timbul. Kecerdasan bahasa diperlukan untuk merunutkan dan menjabarkannya dalam bentuk bahasa.
CIRI-CIRI ANAK DENGAN KECERDASAN MATEMATIKA LOGIS
a. Anak gemar bereksplorasi untuk memenuhi rasa ingin tahunya seperti menjelajah setiap sudut
b. Mengamati benda-benda yang unik baginya
c. Hobi mengutak-atik benda serta melakukan uji coba
d. Sering bertanya tentang berbagai fenomena dan menuntut penjelasan logis dari tiap pertanyaan yang diajukan.
e. Suka mengklasifikasikan berbagai benda berdasarkan warna, ukuran, jenis dan lain-lain serta gemar berhitung
Yang sering salah kaprah di dunia pendidikan dan keluarga saat ini adalah buru-buru menstimulus matematika logis anak dengan cara memberikan pelajaran berhitung sejak dini. Padahal berhitung adalah bagian kecil dari sekian banyak stimulus yang harus kita berikan ke anak untuk merangsang kecerdasan matematika logisnya.Dan harus diawali dengan berbagai macam tahapan pijakan sebelumnya.
Yang perlu kita pelajari di Ibu Profesional adalah Bagaimana kita merangsang kecerdasan matematis logis anak sejak usia dini? Bagaimana kita menanamkan konsep matematis logis sejak dini? bukan buru-buru mengajarkan kemampuan berhitung ke anak.
STIMULASI MATEMATIKA LOGIS DI SEKITAR KITA
Bermain Pasir
Dengan bermain pasir anak sesungguhnya belajar estimasi dengan menuang atau menakar yang kelak semua itu ada dalam matematika.
Bermain di Dapur
a.Saat berada di dapur, kita bisa mengenalkan konsep klasifikasi dan pengelompokan yang berkaitan dengan konsep logika matematika, misalnya dengan cara anak diminta mengelompokkan sayuran berdasarkan warna.
b. Mengasah kemampuan berhitung dalam pengoperasian bilangan sederhana, misalnya ketika tiga buah apel dimakan satu buah maka sisanya berapa.
c. Membuat bentuk-bentuk geometri melalui potongan sayuran.
d. Membuat kue bersama, selain dapat menambah keakraban dan kehangatan keluarga, anak-anak juga dapat belajar matematika melalui kegiatan menimbang, menakar, menghitung waktu.
Belajar di Meja Makan
Saat dimeja makan pun kita bisa mengajarkan pembagian dengan bertanya pada anak, misalnya supaya kita sekeluarga kebagian semua, roti ini kita potong jadi berapa ya? Lalu bila roti sudah dipotong-potong, angkat satu bagian dan tanyakan seberapa bagiankah itu? Hal ini terkait dengan konsep pecahan.
Belajar Memahami Kuantitas
a. ketika melihat akuarium, tanyakan berapa jumlah ikan hias di akuarium tersebut?
b.Ketika duduk di depan ruma atau sedang jalan-jalan, tanyakan berapa jumlah sepeda motor yang lewat dalam jangka waktu 1 menit?
Belajar mengenalkan konsep perbandingan, kecepatan, konsep panjang dan berat
a. Menanyakan pada anak roti mana yang ukurannya lebih besar, roti bolu atau donat?
b. Mengenalkan dan menanyakan pada anak, mana yang lebih cepat, mobil atau motor?
c. Mengenalkan dan menanyakan ke anak mana yang lebih tinggi pohon kelapa atau pohon jambu?
d. Menanyakan ke anak mana yang lebih berat, tas kakak atau tas adik?
Kegiatan di Luar Rumah
a.Mengajak anak berbelanja
ketika kita mengajak anak berbelanja, libatkan ia dalam transaksi sehingga semakin melatih keterampilan pengoperasian seperti penjumlahan dan pengurangan.
b. Bisa juga dengan permainan toko-tokoan atau pasar-pasaran dengan teman-temannya.
c. Kita juga dapat memberikan anak mainan-mainan yang edukatif seperti balok-balok, tiruan bentuk-bentuk geometri dengan dihubungkan dengan benda-benda disekitar mereka Ada bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segiempat, lingkaran, persegi panjang dan lain-lain. Pengenalan bentuk geometri yang baik, akan membuat anak lebih memahami lingkungannya dengan baik. Saat melihat roda mobil misalnya anak akan tahu kalau bentuknya lingkaran, meja bentuknya segiempat, atap rumah segitiga dan sebagainya.
d. Permainan Tradisional
Permainan-permainan tradisional pun dapat merangsang dan meningkatkan kecerdasan matematis logis anak seperti permainan congklak atau dakon sebagai sarana belajar berhitung, permainan patil lele, permainan lompat tali, permainan engklek dll.
e.Belajar Memecahkan Masalah ( problem solving) melalui mainan
Menyusun lego atau bermain puzzle adalah cara agar anak berlatih menghadapi masalah, tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak keluar dari masalah. Misalnya ketika sedang menalikan sepatu, anak akan berusaha menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan hingga tuntas.
Dengan memberikan stimulus-stimulus tersebut diharapkan anak akan menyukai pelajaran matematika karena matematika ternyata ada disekitar mereka dan mereka mengetahui tujuan belajar matematika. Dengan model stimulus ini anak-anak akan paham makna kabataku (kali, bagi, tambah, kurang) sebagai sebuah proses alamiah sehari-hari, bukan deretan angka yang bikin pusing. Mereka jadi paham bahwa :
Menambah ➡ proses menggabungkan
Mengurangi ➡ proses memisahkan
Mengalikan ➡ proses menambah/menjumlahkan secara berulang.
Membagi ➡ proses mengurangi secara berulang.
Tentu hal ini harus didukung dengan pola pengajaran matematika di rumah dan di sekolah yang menyenangkan, kreatif, kontekstual, realistik, menekankan pada proses dan pemahaman anak dan problem solving (pemecahan masalah).
Kreatif dalam mengenalkan dan mengajarkan konsep matematika serta dengan berbagai macam permainan dan alat peraga yang menarik.
Dengan demikian matematika akan menjadi pelajaran yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.
Salam Ibu Profesional
/ Tim Fasilitator Bunda Sayang/
πSumber bacaan:
Hernowo, Menjadi Guru yang Mampu dan Mau Mengajar dengan Menyenangkan, MLC, 2005
Howard Gardner, Multiple Intelligence, Gramedia, 2000
Septi Peni Wulandani, Jarimatika, Mudah dan Mneyenangkan, Kawan Pustaka, Agromedia, 2009
https://youtu.be/souDTP9_5Rg
https://youtu.be/uo8TH7OmnQs
DONGENG JARIMATIKA
Awalnya enes sangat suka dengan angka dan bilangan,. Ini pertanda bagi orangtuanya untuk memperdalam ilmu ttg "matematika".
Kami ajak enes mengenal berbagai cara memperkuat angka dan bilangan.
Mulai dari berbagai alat pendukung dicoba. Ternyata enes paling suka berhitung dengan jarinya.
Maka ini "pertanda" lagi bagi saya dan pak dodik unt mempelajari jari.
Kami tetapkan laboratorium di rumah yaitu menempel kertas flipchart memenuhi dinding.
Kami meneliti selama 3 th dr tah 2000-2003.
Setiap kali punya ide baru, ditulis di flipchart, kemudian praktek ke enes.
Akhirnya setelah enes bahagia, saya ajarkan ke anak2 tetangga, mereka senang.
Kemudian uji coba ke anak2 tukang sayur dan buruh cuci, ternyata bekerja.
Sejak itulah saya, pak dodik dan anak-anak mulai mengkampayekan jarimatika.
Sosialisasi ini berjalan selama 3 th.
Dan th 2006 jarimatika booming, sampai diundang kick andy di tahun 2007, berikutnya media lainpun tanpa henti meliput jarimatika.
Materi #5: Menstimulasi Anak Suka Membaca
πΈπΉπΈπΉπΈπΉπΈπΉ
Mari kita mulai dengan bermain peran terlebih dahulu. Bayangkan kita adalah seorang dewasa dengan bahasa yang kita gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia, belum pernah mengetahui bahasa mandarin kemudian tiba-tiba kita diberi Koran berbahasa mandarin dengan tulisan mandarin semua. Apa yang kebayang di benak kita semua?
Pusing? Tidak tahu maksudnya? Lalu kita hanya melihat-lihat gambarnya saja?
Hal tersebut akan sama halnya dengan anak-anak`yang belum dibiasakan mendengarkan berbagai dialog bahasa ibunya, belum belajar berbicara bahasa ibunya dengan baik, tiba-tiba dihadapkan dengan berbagai cara belajar membaca bahasa ibunya tersebut yang berisi dengan deretan-deretan huruf yang masih asing di benak anak, diminta untuk mengulang-ngulangnya terus menerus dengan harapan anak bisa cepat membaca.
π KETRAMPILAN BERBAHASA
Sebelum lebih jauh membahas tentang teknik menstimulasi anak membaca kita perlu memahami terlebih dahulu tahapan-tahapan yang perlu dilalui anak-anak dalam meningkatkan ketrampilan berbahasanya.
π Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Keterampilan mendengarkan ( listening skills)
b. Ketrampilan Berbicara ( speaking skills)
c. Ketrampilan Membaca ( reading skills)
d. Ketrampilan Menulis ( writing skills)
Keempat tahapan tersebut di atas harus dilalui terlebih dahulu secara matang oleh anak. Sehingga anak yang BISA MENDENGARKAN ( Menyimak) komunikasi orang dewasa di sekitarnya dengan baik, pasti BISA BERBICARA dengan baik, selama organ pendengaran dan organ pengecapnya berfungsi dengan baik.
Mendengarkan dan berbicara adalah tahap yang sering dilewatkan orangtua dalam menstimulasi anak-anaknya agar suka membaca. Sehingga hal ini mengakibatkan anak yang BISA MEMBACA, belum tentu terampil mendengarkan dan berbicara dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Padahal dua hal ketrampilan di atas sangatlah penting.
Banyak orang dewasa yang menggegas anaknya untuk bisa cepat-cepat membaca, padahal Anak yang BISA BERBICARA dengan baik, pasti akan BISA MEMBACA dengan baik, tetapi banyak yang mengesampingkan 2 tahap sebelumnya.
Pertanyaan selanjutnya mengapa banyak anak bisa membaca tetapi sangat sedikit yang menghasilkan karya dalam bentuk tulisan, bahkan diantara kita orang dewasapun sangat susah menuangkan gagasan-gagasan kita, apa yang kita baca, kita pelajari dalam bentuk tulisan?
Padahal kalau melihat tahapan di atas anak yang BISA MEMBACA dengan baik pasti akan BISA MENULIS dengan baik.
Mengapa? Karena selama ini anak-anak kita hanya distimulus untuk BISA membaca tidak SUKA MEMBACA. Sehingga banyak diantara kita BISA MENULIS huruf (melek huruf) tetapi tidak bisa menghasilkan karya dalam bentuk tulisan (
MENULIS KARYA)
Terbukti berdasarkan survey UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya dalam seribu masayarakat hanya ada satu masayarakat yang memiliki minat baca. Berdasarkan studi “Most Littered Nation In the World” yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca.
Padahal program membaca ini tidak hanya digencarkan oleh pemerintah dalam program literasinya, melainkan juga sudah diperintahkan di dalam salah satu kitab suci agama yang sebagaian besar dianut oleh bangsa Indonesia. Disana tertulis IQRA’( bacalah), perintah membaca adalah perintah pertama sebelum perintah yang lain turun.
Mengapa kita perlu membaca? Biasanya jawabannya klise yang muncul adalah agar kita bisa menambah wawasan kita, bisa membuka cakrawala dunia dll.
Jawaban di atas baik, tapi ada yang kita lupakan tentang tujuan membaca ini yang jauh lebih penting, yaitu agar anak-anak kita lebih mengenal pencipta nya, karena membaca akan lebih membuat anak-anak mengenal “siapakah dirinya”, maka disitulah dia mengenal siapa Tuhannya.
MENSTIMULASI ANAK SUKA MEMBACA
Sekarang kita akan belajar bagaimana tahapan-tahapan agar anak-anak kita SUKA MEMBACA tidak hanya sekedar BISA. Agar ke depannya mereka SUKA MENULIS.
πΌπΈπΌπΈπΌπΈ
Kita akan memulai dengan berbagai tahap ketrampilan Berbahasa.
π TAHAP MENDENGARKAN
a. Sering-seringlah berkomunikasi dengan anak, baik saat mereka di dalam kandungan, saat mereka belum bisa berbicara dan saat mereka sudah mulai mengeluarkan kata-kata dari mulut kecilnya.
b. Buatlah berbagai forum keluarga untuk memperbanyak kesempatan anak mendengarkan berbagai ragam komunikasi orang dewasa di sekitarnya.
c. Setelkan berbagai lagu anak, cerita anak yang bisa melatih ketrampilan mendengar mereka.
d. Bacakan buku-buku anak dengan suara yang keras agar anak – anak bisa melihat gambar dan telinganya bekerja untuk mendengarkan maksud gambar tersebut.
e. Sering-seringlah mendongeng/membacakan buku sebelum anak-anak tidur. Jangan pernah capek, meski anak meminta kita mendongeng/membaca buku yang sama sampai puluhan kali. Begitulah cara menyimak,
πTAHAP BERBICARA
a. Di tahap ini anak belajar berbicara, kita sebagai orang dewasa belajar mendengarkan. Investasikan waktu kita sebanyak mungkin untuk mendengarkan SUARA ANAK
b. Jadilah pendengar yang baik, disaat anak-anak ingin membacakan buku untuk kita, dengan cara mengarang cerita berdasarkan gambar, apresiasi mereka.
c. Jadilah murid yang baik, disaat anak-anak kita ingin menjadi guru bagi kita, dengan cara membuat simulasi kelas, dan dia menjadi guru kecil di depan.
d. Ajaklah anak-anak bersilaturahim sesering mungkin, bertemu teman sebayanya dan orang lain yang di atas usianya bahkan di bawah usianya untuk mengasah ketrampilan mendengar dan berbicaranya.
πTAHAP MEMBACA
a. Tempelkan tulisan-tulisan dan gambar-gambar yang jelas dan besar di sekitar rumah, terutama tempat-tempat yang sering di singgahi anak-anak
b. Tempelkan tulisan/kata pada benda-benda yang ada, misalnya, tempelkan kata- “televisi” pada pesawat televisi.
c. Buatlah acara membaca bersama yang seru, misalnya perpustakaan di bawah meja makan
d. Sekali waktu, ajaklah anak-anak ke pangkalan buku-buku bekas, pameran buku dan toko buku
e. Siapkan alat perekam dan rekamlah suara anak kita yang sedang membaca buku
f. Biasakanlah surat-menyurat dengan anak di rumah. Misalnya , dengan menempelkan pesan-pesan di kulkas atau buatlah parsi (papan ekspresi) di rumah
g. Dorong dan ajak anak kita untuk membaca apapun label-label pada kemasan makanan, papan reklame dan masih banyak lagi
h. Berikan buku-buku berilustrasi tanpa teks. Warna mencolok dan menarik akan merangsang minat untuk membaca, sekaligus membangkitkan rasa ingiin tahunya. Selanjutnya berikan buku full teks dengan ukuran huruf yang besar-besar.
i. Komik juga menarik sebagai pemancing rasa ingin tahu dan gairah membaca anak (tentunya perlu selektif dalam memilih komik yang tepat).
j. Ajaklah anak bertemu dengan pengarang buku, ilustrator, komikus, penjual buku, bahkan penerbit buku.
k. Dukung hobi anak kita dan sangkut pautkan dengan buku.
Misalnya, buku tentang perangko untuk anak yang hobi mengkoleksi perangko, buku cerita tentang boneka untuk anak yang suka boneka dan sebagainya
l. Budaya baca bisa ditumbuhkan dari ruang keluarga yang serba ada. Ada buku-buku yang mudah diambil anak, ada mainan anak, ada karya-karya anak dalam satu ruangan tersebut.
m. Ajaklah anak untuk memilih bukunya sendiri, tapi tentunya dibawah bimbingan kita agar tidak salah pilih
n. Contohkan kebiasaan membaca dan mengkoleksi buku dengan sungguh-sungguh dan konsisten
o. Buatlah pohon literasi keluarga, caranya:
πMasing-masing anggota keluarga memiliki pohon dengan gambar batang dan ranting, tempelkan di dinding.
πSiapkanlah daun-daunan dari kertas sebanyak mungkin, setiap kali anak-anak selesai membaca, tuliskan judul buku dan pengarangnya di daun tersebut.
πkemudian tempelkan di pohon dengan nama anak tersebut.
Cara ini bisa untuk melihat seberapa besar minat baca masing-masing anggota keluarga kita, hanya dengan melihat seberapa rimbun daun-daunan di pohon masing-masing.
πTAHAP MENULIS
a. Siapkan satu bidang tembok di rumah kita, tempelkan kertas flipchart besar disana dan ijinkan anak-anak untuk menuangkan gagasannya dalam bentuk tulisan atau coretan.
b. Berilah kesempatan dan dorong anak kita untuk menulis apapun yang dia lihat, dengar, pegang dan lain-lain
c. Siapkan buku diary keluarga, masing-masing anggota keluarga boleh menuliskan perasaaannya di buku diary tersebut, sehingga akan membentuk rangkaian cerita keluarga yang kadang nggak nyambung tapi seru untuk dibaca bersama.
d. Buat buku jurnal/ buku rasa ingin tahu anak dari kertas bekas, ijinkan setiap hari anak menuliskan apa yang dia alami apa yang memunculkan rasa ingin tahunya di dalam buku tersebut.
e. Hiraukanlah tanda baca, huruf besar, huruf kecil dll, saat anak-anak mulai belajar menulis. Biarkanlah anak merdeka menuangkan isi pikirannya, hasil bacaannya, tanpa terhenti berbagai kaedah –kaedah menulis yang harus mereka pahami. Setelah anak-anak lancar menulis baru setahap demi setahap ajarkanlah berbagai macam kaedah ini.
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang /
Sumber Bacaan :
Kontributor Anatalogi Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, Gaza Press, 2014
Pengalaman Bunda Septi dalam mengembangkan ketrampilan berbahasa di keluarganya, Wawancara, Kelas Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, 2017
Andi Yudha Asfandiyar. Creative Parenting Today : Cara praktis memicu dan memacu kreatifitas anak melalui pola asuh kreatif. Bandung : Kaifa. 2012
http://www.supernanny.co.uk/Advice/-/Learning-and-Education/-/4-to-13-years/Help.-My-child-doesn’t-like-reading.aspx
Materi #4: Memahami Gaya Belajar Anak
MENDAMPINGI DENGAN BENAR
Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.
Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar.
Sehingga anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”.
Jaman berubah, dan terus akan berubah.
*Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan.
Dari sisi orangtua/pendidik :*
Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar
mengajar dengan cara mereka BISA belajar
Dari sisi anak/siswa:
Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA
yang BERBEDA.
Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak Learning Styles) dan
memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik (Teaching Styles) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak (Working Styles).
Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20,
yang didefinisikan Alvin Toffler sbb :
_Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembalibelajar._
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar.
*Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :*
a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak (Intellectual Curiosity)
b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya (Creative Imagination)
c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of
Discovery and Invention)
d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak (Noble Attitude)
*Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar.* Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah?
Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita/selama di sekolah?
Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar Aha! (Moment teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar?
Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?
Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami
berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik.
Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra yang kita miliki.
*Tiga macam modalitas belajar anak:*
☘Auditory : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita,
dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.
☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik,
serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.
☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan
hal-hal lain yang terkait.
Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.
πΈGAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual,
mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan
belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
*Ciri-ciri gaya belajar visual :*
πΉBicara agak cepat
πΉMementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
πΉTidak mudah terganggu oleh keributan
πΉMengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
πΉLebih suka membaca dari pada dibacakan
πΉPembaca cepat dan tekun
πΉSeringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
πΉLebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
πΉLebih suka musik
πΉMempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta
bantuan orang untuk mengulanginya.
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :*
πΉGunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
πΉGunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
πΉAjak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
πΉAjak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
πΈGAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan
kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.
Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan
keras dan mendengarkan kaset.
*Ciri-ciri gaya belajar auditori :*
πΉSaat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
πΉPenampilan rapi.
πΉMudah terganggu oleh keributan
πΉBelajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
πΉSenang membaca dengan keras dan mendengarkan
πΉMenggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
πΉBiasanya ia pembicara yang fasih
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
πΉLebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
πΉMempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
πΉBerbicara dalam irama yang terpola
πΉDapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :*
πΉAjak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
πΉDorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
πΉGunakan musik untuk mengajarkan anak.
πΉDiskusikan ide dengan anak secara verbal.
πΉBiarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
πΈGAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
*Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :*
πΉBerbicara perlahan
πΉPenampilan rapi
πΉTidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
πΉBelajar melalui memanipulasi dan praktek
πΉMenghafal dengan cara berjalan dan melihat
πΉMenggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
πΉMerasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
πΉMenyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
πΉMenyukai permainan yang menyibukkan
πΉTidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
πΉMenyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
πΉMenggunakan kata-kata yang
mengandung aksi.
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:*
πΉJangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
πΉAjak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca
sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
πΉIzinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
πΉGunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
πΉIzinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri.
Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati
perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita.
Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar
juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.
Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak
akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini.
Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses
belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja.
_Don’t Teach me , I Love to Learn_
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Sumber Bacaan:
Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016
.
Dulu kita adalah anak/murid yang selalu menerima apa saja yang diberikan orangtua/guru kita, apabila ada hal-hal yang belum kita pahami, lebih cenderung diam, tidak berani untuk menanyakan kembali. Karena paradigma yang muncul saat itu, banyak bertanya dianggap bodoh atau mengganggu proses pembelajaran.
Itu baru tingkat pemahaman, guru/orangtua kita sangat sedikit yang mau memahami bagaimana cara kita bisa belajar dengan baik, yang ada kita harus menerima gaya orangtua/guru kita mengajar.
Sehingga anak yang gaya belajarnya tidak sesuai dengan gaya mengajar guru/orangtuanya, akan masuk kategori “siswa dengan tingkat pemahaman rendah” dan kadang mendapat label “bodoh”.
Jaman berubah, dan terus akan berubah.
*Sudah saatnya kita harus mengubah paradigma baru di dunia pendidikan.
Dari sisi orangtua/pendidik :*
Apabila anak tidak bisa belajar dengan cara/gaya kita mengajar, maka kita harus belajar
mengajar dengan cara mereka BISA belajar
Dari sisi anak/siswa:
Setiap anak/siswa PASTI BISA belajar dengan baik, setiap anak akan belajar dengan CARA
yang BERBEDA.
Sudah saatnya kita belajar memahami gaya belajar anak-anak Learning Styles) dan
memahami gaya mengajar kita sebagai pendidik (Teaching Styles) karena kedua hal tersebut di atas akan berpengaruh pada gaya bekerja kita dan anak-anak (Working Styles).
Karena kalau tidak, kita dan anak-anak akan masuk kategori masyarakat buta huruf abad 20,
yang didefinisikan Alvin Toffler sbb :
_Mereka yang dikategorikan buta huruf di abad 20 bukanlah individu yang tidak bisa membaca dan menulis, melainkan orang yang tidak mampu belajar, tidak mau belajar dan tidak kembalibelajar._
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang gaya belajar ada baiknya kita memahami terlebih dahulu untuk apa anak-anak ini harus belajar.
*Ada 4 hal penting yang menjadi tujuan anak-anak belajar yaitu :*
a.Meningkatkan Rasa Ingin Tahu anak (Intellectual Curiosity)
b. Meningkatkan Daya Kreasi dan Imajinasinya (Creative Imagination)
c. Mengasah seni / cara anak agar selalu bergairah untuk menemukan sesuatu ( Art of
Discovery and Invention)
d.Meningkatkan akhlak mulia anak-anak (Noble Attitude)
*Fokuslah kepada 4 hal tersebut selama mendampingi anak-anak belajar.* Buatlah pengamatan secara periodik, apakah rasa ingin tahunya naik bersama kita/selama di sekolah?
Apakah kreasi dan imajinasinya berkembang dengan bagus selama bersama kita/selama di sekolah?
Apakah anak-anak suka menemukan hal baru, dan keluar Aha! (Moment teriakan “Aha! Aku tahu sekarang” atau ekspresi lain yang menunjukkan kebinaran matanya) selama belajar?
Apakah dengan semakin banyaknya ilmu yang anak-anak dapatkan di rumah/di sekolah semakin meningkatkan akhlak mulianya?
Setelah memahami tujuan anak-anak belajar baru kita memasuki tahapan-tahapan memahami
berbagai gaya belajar anak-anak.Gaya belajar dapat menentukan prestasi belajar anak. Jika diberikan strategi yang sesuai dengan gaya belajarnya, anak dapat berkembang dengan lebih baik.
Gaya belajar otomatis tergantung dari orang yang belajar. Artinya, setiap orang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda.
Modalitas belajar adalah cara informasi masuk ke dalam otak melalui indra yang kita miliki.
*Tiga macam modalitas belajar anak:*
☘Auditory : modalitas ini mengakses segala macam bunyi, suara, musik, nada, irama, cerita,
dialog, dan pemahaman materi pelajaran dengan menjawab atau mendengarkan lagu, syair, dan hal-hal lain yang terkait.
☘ Visual : modalitas ini mengakses citra visual, warna, gambar, catatan, tabel diagram, grafik,
serta peta pikiran, dan hal-hal lain yang terkait.
☘ Kinestetik: modalitas ini mengakses segala jenis gerak, aktifitas tubuh, emosi, koordinasi, dan
hal-hal lain yang terkait.
Mari kita pahami gaya belajar tersebut secara detil, kita pahami ciri-cirinya dan bagaimana strategi kita untuk mendampingi anak-anak dengan gaya belajarnya masing-masing.
πΈGAYA BELAJAR VISUAL ( Belajar dengan cara melihat)
Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi anak yang bergaya belajar visual,
mata / penglihatan (visual) memegang peranan penting dalam belajar, dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan ibu/guru sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan tulis.
Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya/ibunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan gambar-gambar di otak mereka dan
belajar lebih cepat dengan menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
*Ciri-ciri gaya belajar visual :*
πΉBicara agak cepat
πΉMementingkan penampilan dalam berpakaian/presentasi
πΉTidak mudah terganggu oleh keributan
πΉMengingat yang dilihat, dari pada yang didengar
πΉLebih suka membaca dari pada dibacakan
πΉPembaca cepat dan tekun
πΉSeringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tapi tidak pandai memilih kata-kata
πΉLebih suka melakukan demonstrasi dari pada pidato
πΉLebih suka musik
πΉMempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis, dan seringkali minta
bantuan orang untuk mengulanginya.
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak visual :*
πΉGunakan materi visual seperti, gambar-gambar, diagram dan peta.
πΉGunakan warna untuk menghilite hal-hal penting.
πΉAjak anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
Gunakan multi-media (contohnya: komputer dan video).
πΉAjak anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam gambar.
πΈGAYA BELAJAR AUDITORI (belajar dengan cara mendengar)
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara. Anak yang bertipe auditori mengandalkan
kesuksesan belajarnya melalui telinga ( alat pendengarannya ), untuk itu maka ibu/ guru sebaiknya harus memperhatikan siswa/anaknya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru/ibu katakan.
Anak auditori dapat mencerna makna yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi
rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori dibandngkan dengan mendengarkannya.
Anak-anak seperi ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan
keras dan mendengarkan kaset.
*Ciri-ciri gaya belajar auditori :*
πΉSaat bekerja suka bicara kepada diri sendiri
πΉPenampilan rapi.
πΉMudah terganggu oleh keributan
πΉBelajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat
πΉSenang membaca dengan keras dan mendengarkan
πΉMenggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca
πΉBiasanya ia pembicara yang fasih
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya
πΉLebih suka gurauan lisan daripada membaca komik
πΉMempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan Visual
πΉBerbicara dalam irama yang terpola
πΉDapat mengulangi kembali dan menirukan nada, berirama dan warna suara
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak auditori :*
πΉAjak anak untuk ikut berpartisipasi dalam diskusi baik di dalam kelas maupun di dalam
keluarga.
πΉDorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
πΉGunakan musik untuk mengajarkan anak.
πΉDiskusikan ide dengan anak secara verbal.
πΉBiarkan anak merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan dorong dia untuk
mendengarkannya sebelum tidur.
πΈGAYA BELAJAR KINESTETIK (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)
Lirikan kebawah bila berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar
kinestetik belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat. Anak yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.
*Ciri-ciri gaya belajar kinestetik :*
πΉBerbicara perlahan
πΉPenampilan rapi
πΉTidak terlalu mudah terganggu dengan situasi keributan
πΉBelajar melalui memanipulasi dan praktek
πΉMenghafal dengan cara berjalan dan melihat
πΉMenggunakan jari sebagai petunjuk ketika membaca
πΉMerasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita
πΉMenyukai buku-buku dan mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
πΉMenyukai permainan yang menyibukkan
πΉTidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang pernah berada di tempat itu
πΉMenyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka.
πΉMenggunakan kata-kata yang
mengandung aksi.
*Strategi untuk mempermudah proses belajar anak kinestetik:*
πΉJangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
πΉAjak anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya (contohnya: ajak dia baca
sambil bersepeda, gunakan obyek sesungguhnya untuk belajar konsep baru).
πΉIzinkan anak untuk mengunyah permen karet pada saat belajar.
πΉGunakan warna terang untuk menghilite hal-hal penting dalam bacaan.
πΉIzinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik.
Ketika belajar memahami anak-anak, sejatinya kita sedang belajar memahami diri kita sendiri.
Apabila bunda semuanya bisa melihat gaya belajar anak-anak karena sering mengamati
perkembangan mereka, maka kitapun akan dengan mudah mengamati gaya belajar kita, gaya mengajar kita dan gaya bekerja kita.
Hal ini akan lebih membuat kita bahagia menjalankan proses belajar. Dijamin proses belajar
juga tidak akan pernah berhenti dari buaian sampai ke liang lahat.
Anak-anak sangat menyukai bermain, karena energi yang dimunculkan ketika bermain tidak
akan pernah habis. Apabila kita bisa memaknai belajar dan bekerja selayaknya anak-anak bermain, sudah dapat dibayangkan betapa asyiknya belajar dan bekerja dalam kehidupan ini.
Karena setiap saat anak-anak akan menemukan energi yang terbarukan dalam proses
belajarnya dan kita akan mendapatkan energi yang terbarukan dalam proses bekerja.
_Don’t Teach me , I Love to Learn_
Salam Ibu Profesional,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Sumber Bacaan:
Gordon Dryden and JeanetteVos, The Learning Revolution, ISBN-13: 978-1929284009
Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Kaifa, 2014
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Memahami Gaya Belajar Anak, GazaMedia, 2016
.
Materi #3: Family Project
“FAMILY PROJECT”
Family Project adalah aktivitas yang secara sadar dibicarakan bersama, dikerjakan bersama oleh seluruh atau sebagian anggota keluarga dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara bersama pula. Sehingga rumusnya adalah :
*ACTIVITY + MANAGEMENT AND ORGANIZATION = PROJECT* MANFAAT FAMILY PROJECT
Family Project merupakan salah satu sarana pendidikan bagi seluruh anggota keluarga. Saat ini semakin sedikit keluarga yang menerapkan konsep pendidikan di dalam rumahnya, banyak diantara mereka menjadikan rumah sebagai sarana berkumpulnya anggota keluarga saja tanpa adanya aktivitas pendidikan. Sehingga makna berkumpulpun menjadi hambar, kadang berlalu begitu saja tanpa arti.
Family Project juga menjadi salah satu sarana untuk membangun “bonding” di dalam keluarga. Tercipta ikatan batin antar anggota keluarga, sehingga hubungan menjadi semakin indah dan harmonis.
Family Project bisa juga digunakan sebagaisarana “Check Temperature” keluarga kita. Apakah dalam kondisi suhu normal atau sedang memanas. Family Project sarana menguatkan core values keluarga. Core Values tidak bisa hanya dituliskan besarbesar di kertas dan di tempel di dinding rumah. Core Values harus diujikan untuk mendapatkan sebuah keyakinan bahwa hal tersebut layak diperjuangkan. Ujian itu lewat family project.
Family Project apabila dijalankan denga sungguh-sungguh maka akan menjadi pijakan kita dan keluarga ke surga. Apabila keluarga kita memang sedang berjalan menuju surga, maka tidak perlu menunggu sampai di akherat untuk merasakannya, kita bisa merasakannya sekarang saat di dunia bersama keluarga kita.
CIRI-CIRI FAMILY PROJECT
a. Fokus pada proses, bukan pada hasil
b. Sederhana
c. Menyenangkan
d. Mudah – Menantang
e. Ditentukan durasinya
KOMPONEN FAMILY PROJECT
a. Sasaran SMART : Specific, Measurable, Achiveable, Reasonable, Timebound Maksimum 3 sasaran.
b. Sarana Alat dan Bahan yang diperlukan Dana yang diperlukan ( apabila ada)
c. Sumber Daya Manusia Penanggungjawab Pelaksanan
d. Waktu Jadwal Pelaksanaan Durasi
e. Nama Projek Berikan nama khusus terhadap projek yang dikerjakan keluarga.
BAGAIMANA CARA MEMBESARKAN FAMILY PROJECT ANDA?
Diperlukan 2 hal yang penting untuk membesarkan Family Project yaitu KONSISTENSI dan KOMUNIKASI
*KONSISTENSI*
Konsistensi itu sangat bergantung pada hal-hal berikut ini:
a. Apakah family project ini membahagiakan seluruh anggota keluarga? ( Fun)
b. Apakah family project sejalan dengan values yang diperjuangkan dalam keluarga? ( values)
c. Seberapa unik family project anda dibandingkan family project yang lain? ( uniqueness)
d. Apa alasan kuat dari seluruh anggota keluarga untuk menjalankan family project ini? ( Reason)
*KOMUNIKASI*
Komunikasi menjadi hal yang utama dalam memperbesar family project kita, karena akan sangat bermanfaat untuk memantau dan membesarkan perjalanan family project dan membangun portofolio keluarga dalam menjalankan family project. Di dalam komunikasi ini diperlukan dua hal yaitu MEDIA dan KONTEN MEDIA KOMUNIKASI
FAMILY FORUM Family forum adalah forum-forum ngobrol keluarga yang dibangun untuk mengetahui hobi anak-anak, aktivitas harian mereka, tren pengetahuan dan berita yang ada saat ini, kebutuhan seluruh anggota keluarga dan masalah atau tantangan-tantangan apa saja yang dihadapi oleh seluruh anggota keluarga. Family forum ini bentuknya bisa beragam mulai dari ngeteh bersama (tea time), ngopi bersama (coffee break), ngegame bersama (play on), ngemil bersama (snack time) dll.
KONTEN KOMUNIKASI
*Lakukan APRESIASI bukan EVALUASI*
Apabila sudah menjalankan projek keluarga yang memiliki durasi lebh dari 1 bulan, maka segera buat forum apresiasi keluarga diantara jeda projek tersebut, . Apabila projek hanya berdurasi 1-3 hari, maka lakukan pada akhir projek berjalan.
*NO EVALUATION, JUST APRECIATION*
Anak-anak belum memerlukan evaluasi, yang kita lakukan hanya memberikan apresiasi saja, karena hal ini penting untuk menjaga suasana selalu menyenangkan dan membuat anak senantiasa bersemangat dalam mengerjakan projek selanjutnya. Apabila ada hal-hal yang kita rasa penting untuk diperbaiki atau diubah strateginya, maka cukup anda catat saja, simpan dengan baik bersama satu file catatan projek ini, dan buka kembali saat kita dan anakanak akan merencanakan projek berikutnya. Hal ini akan lebih membuat perencanaan kita lebih efektif, karena anak-anak akan melakukan perubahan menjelang melakukan projek, bukan diberitahu kesalahan setelah melakukan sebuah projek. Efek yang muncul akan sangat berbeda.
*BAGAIMANA CARA MENGAPRESIASI*
Perbanyaklah membuat forum keluarga saat sore ngeteh bersama, atau sepekan sekali saat akhir pekan. Di Padepokan Margosari, forum keluarga seperti ini terkenal dengan nama “MASTER MIND”. Bagaimana cara menjalankan master mind, ciptakan suasana yang santai di rumah, kemudian tanyakan 3 hal saja:
a. Ada yang punya pengalaman menarik selama menjalankan projek ini?
b. Apa yang sudah baik?
c. Minggu depan hal baik apa yang akan kita lakukan?
CONTOH FAMILY PROJECT Nama Projek :
WARNAI DUNIA WARNAMU
Gagasan : Sudah 2 tahun cat tembok rumah tidak pernah berganti, kali ini anak-anak punya ide, dengan diskusi pertanyaan berikut, mengapa cat rumah itu kok satu warna? Bagaimana jika rumah itu warna-warni? Mengapa tidak kita cat tembok rumah kita warna warni?
Pelaksanaan : Tentukan durasi waktunya, misal hari Minggu, 26 Maret 2017,
tentukan penanggungjawabnya (PIC), kasih jabatan misal “Jendral Cat Warna”. Berikan ruang sang jendral untuk mengambil keputusan terhadap segala tantangan yang muncul selama projek berjalan.
Nama Projek : SUNDAY LIBRARY
Gagasan : Anak-anak sangat senang membaca, banyak buku yang sudah terbaca, tidak dibaca lagi. Anak-anak ingin berbagi manfaat . Mengapa perpustakaan itu harus bentuk bangunan? Bagaimana jika perpustakaan itu bergerak dari satu tempat ke tempat lain? Mengapa tidak kita membuat perpustakaan keliling setiap minggu di event Car Free Day?
Pelaksanaan : Tentukan waktunya, setiap hari minggu,
tentukan PIC mingguannya, kasih jabatan misal “Library man”, berikan ruang sang library man dan tim untuk menghadapi tantangan yang muncul selama projek berjalan *AMATI, TERLIBAT, TULIS* AMATI
Tentukan aspek-aspek perkembangan anak yang ingin kita amati melalui family project, Misal saat ini kita ingin menguatkan komunikasi produktif , kemandirian dan faktor kecerdasan anak-anak, maka tentukan hal-hal sbb:
*Aspek Komunikasi Produktif*
Bagaimanakah pola komunikasi anak-anak kita selama menjalankan sebuah projek?
*Aspek Kemandirian*
Apakah sudah makin terlihat tingkat kemandirian anak-anak dalam mengerjakan projek?
*Aspek Kecerdasan*
Bagaimana cara anak meningkatkan rasa ingin tahunya? (IQ),
Bagaimana cara anak mengelola emosi selama projek berjalan ?(Emotional Intellegence/EI),
Bagaimana cara anak meningkatkan kebermanfaatan dirinya dengan projek tersebut? (Spiritual Intelligence. SI),
Bagaimana cara anak mengubah masalah menjadi peluang (Adversity Intellegence,AI)
TERLIBAT Dalam setiap projek yang dibuat libatkan diri kita, para orangtua, untuk menjadi bagian anggota tim, asyik menjalankan bersama sebagai pembelajaran. Belajarlah menjadi follower yang taat pada keputusan leader. Saat menyelenggarakan master mind, bergantilah peran menjadi fasilitator yang baik.
TULIS Tulis pengalaman kita setiap hari baik cerita gagal maupu cerita sukses dalam menjalankan projek demi projek., baik cerita bahagia maupun cerita mengharubiru. Alirkan rasa anda setiap hari. Alih-alih sebagai kenangan yang sangat indah apabila kita buka kembali beberapa tahun ke depan, konsistensi kita dalam menuliskan setiap family project yang kita lakukan ini juga akan membuahkan portofolio keluarga yang bisa bermanfaat bagi keluarga kita sendiri maupun keluarga yang lain.
Selamat memasuki Ramadhan dengan Family Project yang penuh berkah.
Ditulis oleh Septi Peni Wulandani
Disarikan dari materi session my family my team yg dibawakan oleh bpk Dodik Mariyanto di PERAK 2017 https://padepokanmargosari.com/2017/04/02/catatan-perak-2017-1-family-project/ Contoh Family Project https://padepokanmargosari.com/2017/03/24/perak-2017-family-project/
Untuk menambah amunisi wawasan kita tentang apa itu family project bisa lihat video rekaman webinar seputar family project yang bisa diunduh lewat link berikut ini: https://www.dropbox.com/s/3u584qc5854zenw/memulai%20projek%20keluarga.exe?dl=0 Ara Kusuma Sharing tentang Family Project https://youtu.be/1y-XcqAJvEw
—————————————————————————————————————————-
GAMES FAMILY PROJECT
Udah belajar family forum sebelumnya kan? Yuk sekarang kita buat family project ala keluarga kita
❤ Tahap persiapan:
• Perbanyak family forum untuk belanja gagasan proyek apa yang akan anda lakukan
• Amati aktivitas kehidupan sehari-hari dan ikat maknanya menjadi proyek keluarga
• Tetapkan tujuan proyek ini, sesuaikan dengan rentang usia anak
• Diskusikan, sehingga tiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing
• Tetapkan waktu pelaksanaannya Tahap pelaksanaan
• Tuliskan mulai dari proses persiapan sampai saat melaksanakan proyek
• Terlibatlah aktif dari persiapan – proses pelaksanaan – apresiasi selama projek berjalan • Tuliskan pengalaman anda membuat projek selama min. 10 hari pertama game level 3 ini Pasca pelaksanaan
• Lakukan MasterMind sebagai bentuk apresiasi untuk proyek keluarga, apa yang bisa kita dan anak-anak pelajari dari proyek keluarga tersebut
• Proyek keluarga bisa dilakukan harian (satu hari satu proyek) atau bersifat single proyek (proyek selama 10 hari)
Ceritakan pengalaman teman-teman semua dalam blog/platform lainnya disertai hashtag: #Day… #Level3 #MyFamilyMyTeam #KuliahBunsayIIP Bagi anda yang mengerjakan di blog, tambahkan label: *Bunda Sayang* *Ibu Profesional* *IIP*
*AMATI, TERLIBAT, TULISKAN*
*_Ikat Ilmu dengan Tulisan_*
/Team Fasilitator Bunsay #2/
Materi #2: Melatih Kemandirian Anak
Mengapa melatih kemandirian anak itu penting?
Kemandirian anak erat kaitannya dengan rasa percaya diri. Sehingga apabila kita ingin meningkatkan rasa percaya diri anak, mulailah dari meningkatkan kemandirian dirinya.
Kemandirian erat kaitannya dengan jiwa merdeka. Karena anak yang mandiri tidak akan pernah bergantung pada orang lain. Jiwa seperti inilah yang kebanyakan dimiliki oleh para enterpreneur, sehingga untuk melatih enterpreneur sejak dini bukan dengan melatih proses jual belinya terlebih dahulu, melainkan melatih kemandiriannya.
Kemandirian membuat anak-anak lebih cepat selesai dengan dirinya, sehingga ia bisa berbuat banyak untuk orang lain.
Kapan kemandirian mulai dilatihkan ke anak-anak?
Sejak mereka sudah tidak masuk kategori bayi lagi, baik secara usia maupun secara mental. Secara usia seseorang dikatakan bayi apabila berusia 0-12 bulan, secara mental bisa jadi pola asuh kita membiarkan anak-anak untuk selalu dianggap bayi meski usianya sudah lebih dari 12 bulan.
Bayi usia 0-12 bulan kehidupannya masih sangat tergantung pada orang lain. Sehingga apabila kita madih selalu menolong anak-anak di usia 1 th ke atas, artinya anak-anak tersebut secara usia sudah tidak bayi lagi, tetapi secara mental kita mengkerdilkannya agar tetap menjadi bayi terus.
Apa saja tolok ukur kemandirian anak-anak?
Usia 1-3 tahun
Di tahap ini anak-anak berlatih mengontrol dirinya sendiri. Maka sudah saatnya kita melatih anak-anak untuk bisa setahap demi setahap meenyelesaikan urusan untuk dirinya sendiri.
Contoh :
Toilet Training
Makan sendiri
Berbicara jika memerlukan sesuatu
Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak-anak di usia 1-3 th adalah sbb :
Membersamai anak-anak dalam proses latihan kemandirian, tidak membiarkannya berlatih sendiri.
Mau repot di 6 bulan pertama. Bersabar, karena biasanya 6 bulan pertama ini orangtua mengalami tantangan yang luar biasa.
Komitmen dan konsisten dengan aturan
Contoh:
Aturan berbicara :
Di rumah ini hanya yang berbicara baik-baik yang akan sukses mendapatkan apa yang diinginkannya.
Maka jangan pernah loloskan keinginan anak apabila mereka minta sesuatu dengan menangis dan teriak-teriak.
Aturan bermain:
Di rumah ini boleh bermain apa saja, dengan syarat kembalikan mainan yang sudaj tidak dipakai, baru ambil mainan yang lain.
Maka tempatkanlah mainan-mainan dalam tempat yang mudah di ambil anak, klasifikasikan sesuai kelompoknya. Kemudian ajarilah anak-anak, ambil mainan di tempat A, mainkan, kembalikan ke tempatnya, baru ambil mainan di tempat B. Latih terus menerus dan bermainlah bersama anak-anak, jadilah anak-anak yang menjalankan aturan tersebut, jangan berperan menjadi orangtua. Karena anak-anak akan lebih mudah mencontoh temannya. Andalah teman terbaik pertama untuknya.
Anak usia 3-5 th
Anak-anak di usia ini sedang menunjukkan inisiatif besar untuk melakukan kegiatan berdasarkan keinginannya
Contoh :
Anak-anak lebih suka mencontoh perilaku orang dewasa.
Ingin melakukan semua kegiatan yang dilakukan oleh orang dewasa di sekitarnya
Kunci Orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia 3-5 th adalah sbb :
Hargai keinginan anak-anak
Jangan buru-buru memberikan pertolongan
Terima ketidaksempurnaan
Hargai proses, jangan permasalahkan hasil
Berbagi peran bersama anak
Lakukan dengan proses bermain bersama anak
Contoh :
Apabila kita setrika baju besar, berikanlah baju kecil-kecil ke anak.
Apabila anda memasak, ajarkanlah ke anak-anak masakan sederhana, sehingga ia sdh bisa menyediakan sarapan untuk dirinya sendiri secara bertahap.
Berikanlah peran dalam menyelesaikan kegiatannya, misal manager toilet, jendral sampah dll. Dan jangan pernah ditarget apapun, dan jangan diberikan sebagai tugas dari orangtus.Mereka senang mengerjakan pekerjaannya saja itu sudah sesuatu yang luar biasa.
Anak-anak usia sekolah
Apabila dari usia 1 tahun kita sudah menstimulus kemandirian anak, mka saat anak-anak memasuki usia sekolah, dia akan menjadi pembelajar mandiri. Sudah muncul internal motivation dari dalam dirinya tentang apa saja yang dia perlukan untuk dipelajari dalam kehidupan ini.
Kesalahan fatal orangtua di usia ini adalah terlalu fokus di tugas-tugas sekolah anak, seperti PR sekolah,les pelajaran dll. Sehingga kemandirian anak justru kadang mengalami penurunan dibandingkan usia sebelumnya.
Kunci orangtua dalam melatih kemandirian anak di usia sekolah
Jangan mudah iba dengan beban sekolah anak-anak sehingga semua tugas kemandirian justru dikerjakan oleh orangtuanya
Ijinkan anak menentukan tujuannya sendiri
Percayakan manajemen waktu yang sudah dibuat oleh anak-anak.
Kenalkan kesepakatan, konsekuensi dan resiko
Contoh :
Perbanyak membuat permainan yang dibuatnya sendiri ( DIY = Do It Yourself)
Dibuatkan kamar sendiri, karena anak-anak yang mahir mengelola kamar tidurnya, akan menjadi pijakan awal kesuksesan ia dalam mengelola rumahnya kelak ketika dewasa.
Ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dilatihakan untuk anak-anak usia sekolah ini adalah sbb:
Menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya
Ketrampilan Literasi
Mengurus diri sendiri
Berkomunikasi
Melayani
Menghasilkan makanan
Perjalanan Mandiri
Memakai teknologi
Transaksi keuangan
Berkarya
3Hal yang diperlukan secara mutlak di orangtua dalam melatih kemandirian anak adalah :
Konsistensi
Motivasi
Teladan
Silakan tengok diri kita sendiri, apakah saat ini kita termasuk orangtua yang mandiri?
Dukungan-dukungan untuk melatih kemandirian anak
Rumah harus didesain untuk anak-anak
Membuat aturan bersama anak-anak
Konsisten dalam melakukan aturan
Kenalkan resiko pada anak
Berikan tanggung jawab sesuai usia anak
Ingat, kita tidak akan selamanya bersama anak-anak.Maka melatih kemandirian itu adalah sebuah pilihan hidup bagi keluarga kita
Salam,
/Tim Fasilitator Bunda Sayang/
Sumber bacaan:
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang, antologi, gaza media, 2014
Septi Peni, Mendidik anak mandiri, pengalaman pribadi, wawancara
Aar Sumardiono, Ketrampilan dasar dalam mendidikan anak sukses dan bahagia, rumah inspirasi
Materi #1: Komunikasi Produktif
Selisih paham sering kali muncul bukan karena isi percakapan melainkan dari cara penyampaiannya. Maka di tahap awal ini penting bagi kita untuk belajar cara berkomunikasi yang produktif, agar tidak mengganggu hal penting yang ingin kita sampaikan, baik kepada diri sendiri, kepada pasangan hidup kita dan anak-anak kita.
KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI
Tantangan terbesar dalam komunikasi adalah mengubah pola komunikasi diri kita sendiri. Karena mungkin selama ini kita tidak menyadarinya bahwa komunikasi diri kita termasuk ranah komunikasi yang tidak produktif.
Kita mulai dari pemilihan kata yang kita gunakan sehari-hari.
Kosakata kita adalah output dari struktur berpikir dan cara kita berpikir
Ketika kita selalu berpikir positif maka kata-kata yang keluar dari mulut kita juga kata-kata positif, demikian juga sebaliknya.
Kata-kata anda itu membawa energi, maka pilihlah kata-kata anda
Kata masalah gantilah dengan tantangan
Kata Susah gantilah dengan Menarik
Kata Aku tidak tahu gantilah Ayo kita cari tahu
Ketika kita berbicara “masalah” kedua ujung bibir kita turun, bahu tertunduk, maka kita akan merasa semakin berat dan tidak bisa melihat solusi.
Tapi jika kita mengubahnya dengan “TANTANGAN”, kedua ujung bibir kita tertarik, bahu tegap, maka nalar kita akan bekerja mencari solusi.
Pemilihan diksi (Kosa kata) adalah pencerminan diri kita yang sesungguhnya
Pemilihan kata akan memberikan efek yang berbeda terhadap kinerja otak. Maka kita perlu berhati-hati dalam memilih kata supaya hidup lebih berenergi dan lebih bermakna.
Jika diri kita masih sering berpikiran negatif, maka kemungkinan diksi (pilihan kata) kita juga kata-kata negatif, demikian juga sebaliknya.
KOMUNIKASI DENGAN PASANGAN
Ketika berkomunikasi dengan orang dewasa lain, maka awali dengan kesadaran bahwa “aku dan kamu” adalah 2 individu yang berbeda dan terima hal itu.
Pasangan kita dilahirkaan oleh ayah ibu yang berbeda dengan kita, tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang berbeda, belajar pada kelas yang berbeda, mengalami hal-hal yang berbeda dan banyak lagi hal lainnya.
Maka sangat boleh jadi pasangan kita memiliki Frame of Reference (FoR) dan Frame of Experience (FoE) yang berbeda dengan kita.
FoR adalah cara pandang, keyakinan, konsep dan tatanilai yang dianut seseorang. Bisa berasal dari pendidikan ortu, bukubacaan, pergaulan, indoktrinasi dll.
FoE adalah serangkaian kejadian yang dialami seseorang, yang dapat membangun emosi dan sikap mental seseorang.
FoE dan FoR mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu pesan/informasi yang datang kepadanya.
Jadi jika pasangan memiliki pendapat dan pandangan yang berbeda atas sesuatu, ya tidak apa-apa, karena FoE dan FoR nya memang berbeda.
Komunikasi dilakukan untuk MEMBAGIKAN yang kutahu kepadamu, sudut pandangku agar kau mengerti, dan demikian pula SEBALIKnya.
Komunikasi yang baik akan membentuk FoE/FoR ku dan FoE/FoR mu ==> FoE/FoR KITA
Sehingga ketika datang informasi akan dipahami secara sama antara kita dan pasangan kita, ketika kita menyampaikan sesuatu, pasangan akan menerima pesan kita itu seperti yang kita inginkan.
Komunikasi menjadi bermasalah ketika menjadi MEMAKSAKAN pendapatku kepadamu, harus kau pakai sudut pandangku dan singkirkan sudut pandangmu.
Pada diri seseorang ada komponen NALAR dan EMOSI; bila Nalar panjang – Emosi kecil; bila Nalar pendek – Emosi tinggi
Komunikasi antara 2 orang dewasa berpijak pada Nalar.
Komunikasi yang sarat dengan aspek emosi terjadi pada anak-anak atau orang yang sudah tua.
Maka bila Anda dan pasangan masih masuk kategori Dewasa –sudah bukan anak-anak dan belum tua sekali– maka selayaknya mengedepankan Nalar daripada emosi, dasarkan pada fakta/data dan untuk problem solving.
Bila Emosi anda dan pasangan sedang tinggi, jeda sejenak, redakan dulu ==> agar Nalar anda dan pasangan bisa berfungsi kembali dengan baik.
Ketika Emosi berada di puncak amarah (artinya Nalar berada di titik terendahnya) sesungguhnya TIDAK ADA komunikasi disana, tidak ada sesuatu yang dibagikan; yang ada hanya suara yang bersahut-sahutan, saling tindih berebut benar.
Ada beberapa kaidah yang dapat membantu meningkatkan efektivitas dan produktivitas komunikasi Anda dan pasangan:
1. Kaidah 2C: Clear and Clarify
Susunlah pesan yang ingin Anda sampaikan dengan kalimat yang jelas (clear) sehingga mudah dipahami pasangan. Gunakan bahasa yang baik dan nyaman bagi kedua belah pihak.
Berikan kesempatan kepada pasangan untuk bertanya, mengklarifikasi (clarify) bila ada hal-hal yang tidak dipahaminya.
2. Choose the Right Time
Pilihlah waktu dan suasana yang nyaman untuk menyampaikan pesan. Anda yang paling tahu tentang hal ini. Meski demikian tidak ada salahnya bertanya kepada pasangan waktu yang nyaman baginya berkomunikasi dengan anda, suasana yang diinginkannya, dll.
3. Kaidah 7-38-55
Albert Mehrabian menyampaikan bahwa pada komunikasi yang terkait dengan perasaan dan sikap (feeling and attitude) aspek verbal (kata-kata) itu hanya 7% memberikan dampak pada hasil komunikasi.
Komponen yang lebih besar mempengaruhi hasil komunikasi adalah intonasi suara (38%) dan bahasa tubuh (55%).
Anda tentu sudah paham mengenai hal ini. Bila pasangan anda mengatakan “Aku jujur. Sumpah berani mati!” namun matanya kesana-kemari tak berani menatap Anda, nada bicaranya mengambang maka pesan apa yang Anda tangkap? Kata-kata atau bahasa tubuh dan intonasi yang lebih Anda percayai?
Nah, demikian pula pasangan dalam menilai pesan yang Anda sampaikan, mereka akan menilai kesesuaian kata-kata, intonasi dan bahasa tubuh Anda.
4. Intensity of Eye Contact
Pepatah mengatakan mata adalah jendela hati
Pada saat berkomunikasi tataplah mata pasangan dengan lembut, itu akan memberikan kesan bahwa Anda terbuka, jujur, tak ada yang ditutupi. Disisi lain, dengan menatap matanya Anda juga dapat mengetahui apakah pasangan jujur, mengatakan apa adanya dan tak menutupi sesuatu apapun.
5. Kaidah: I’m responsible for my communication results
Hasil dari komunikasi adalah tanggung jawab komunikator, si pemberi pesan.
Jika si penerima pesan tidak paham atau salah memahami, jangan salahkan ia, cari cara yang lain dan gunakan bahasa yang dipahaminya.
Perhatikan senantiasa responnya dari waktu ke waktu agar Anda dapat segera mengubah strategi dan cara komunikasi bilamana diperlukan. Keterlambatan memahami respon dapat berakibat timbulnya rasa jengkel pada salah satu pihak atau bahkan keduanya.
KOMUNIKASI DENGAN ANAK
Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Bagaimana Caranya ?
a. Keep Information Short & Simple (KISS)
Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, tolong setelah mandi handuknya langsung dijemur kemudian taruh baju kotor di mesin cuci ya, sisirlah rambutmu, dan jangan lupa rapikan tempat tidurmu.
✅Kalimat Produktif :
“Nak, setelah mandi handuknya langsung dijemur ya” ( biarkan aktivitas ini selesai dilakukan anak, baru anda berikan informasi yang lain)
b. Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
Masih ingat dengan rumus 7-38-55 ? selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak, yang ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh
⛔Kalimat tidak produktif:
“Ambilkan buku itu !” ( tanpa senyum, tanpa menatap wajahnya
✅Kalimat Produktif :
“Nak, tolong ambilkan buku itu ya” (suara lembut , tersenyum, menatap wajahnya)
Hasil perintah pada poin 1 dengan 2 akan berbeda. Pada poin 1, anak akan mengambilkan buku dengan cemberut. Sedangkan poin 2, anak akan mengambilkan buku senang hati.
c. Katakan apa yang kita inginkan, bukan yang tidak kita inginkan
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nak, Ibu tidak ingin kamu ngegame terus sampai lupa sholat, lupa belajar !”
✅Kalimat produktif :
“Nak, Ibu ingin kamu sholat tepat waktu dan rajin belajar”
d. Fokus ke depan, bukan masa lalu
⛔Kalimat tidak produktif :
“Nilai matematikamu jelek sekali,Cuma dapat 6! Itu kan gara-gara kamu ngegame terus,sampai lupa waktu,lupa belajar, lupa PR. Ibu juga bilang apa. Makanya nurut sama Ibu biar nilai tidak jeblok. Kamu sih nggak mau belajar sungguh-sungguh, Ibu jengkel!”
✅Kalimat produktif :
“Ibu lihat nilai rapotmu, hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan, ada yang bisa ibu bantu? Sehingga kamu bisa mengubah strategi belajar menjadi lebih baik lagi”
e. Ganti kata ‘TIDAK BISA” menjadi “BISA”
Otak kita akan bekerja sesuai kosa kata. Jika kita mengatakan “tidak bisa” maka otak akan bekerja mengumpulkan data-data pendukung faktor ketidakbisaan tersebut. Setelah semua data faktor penyebab ketidakbisaan kita terkumpul , maka kita malas mengerjakan hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan ketidakbisaan sesungguhnya. Begitu pula dengan kata “BISA” akan membukakan jalan otak untuk mencari faktor-faktor penyebab bisa tersebut, pada akhirnya kita BISA menjalankannya.
f. Fokus pada solusi bukan pada masalah
⛔Kalimat tidak produktif :
“Kamu itu memang tidak pernah hati-hati, sudah berulangkali ibu ingatkan, kembalikan mainan pada tempatnya, tidak juga dikembalikan, sekarang hilang lagi kan, rasain sendiri!”
✅Kalimat produktif:
“ Ibu sudah ingatkan cara mengembalikan mainan pada tempatnya, sekarang kita belajar memasukkan setiap kategori mainan dalam satu tempat. Kamu boleh ambil mainan di kotak lain, dengan syarat masukkan mainan sebelumnya pada kotaknya terlebih dahulu”.
g. Jelas dalam memberikan pujian dan kritikan
Berikanlah pujian dan kritikan dengan menyebutkan perbuatan/sikap apa saja yang perlu dipuji dan yang perlu dikritik. Bukan hanya sekedar memberikan kata pujian dan asal kritik saja. Sehingga kita mengkritik sikap/perbuatannya bukan mengkritik pribadi anak tersebut.
⛔Pujian/Kritikan tidak produktif:
“Waah anak hebat, keren banget sih”
“Aduuh, nyebelin banget sih kamu”
✅Pujian/Kritikan produktif:
“Mas, caramu menyambut tamu Bapak/Ibu tadi pagi keren banget, sangat beradab, terima kasih ya nak”
“Kak, bahasa tubuhmu saat kita berbincang-bincang dengan tamu Bapak/Ibu tadi sungguh sangat mengganggu, bisakah kamu perbaiki lagi?”
h. Gantilah nasihat menjadi refleksi pengalaman
⛔Kalimat Tidak Produktif:
“Makanya jadi anak jangan malas, malam saat mau tidur, siapkan apa yang harus kamu bawa, sehingga pagi tinggal berangkat”
✅Kalimat Produktif:
“Ibu dulu pernah merasakan tertinggal barang yang sangat penting seperti kamu saat ini, rasanya sedih dan kecewa banget, makanya ibu selalu mempersiapkan segala sesuatunya di malam hari menjelang tidur.
I. Gantilah kalimat interogasi dengan pernyataan observasi
⛔Kalimat tidak produktif :
“Belajar apa hari ini di sekolah? Main apa saja tadi di sekolah?
✅Kalimat produktif :
“ Ibu lihat matamu berbinar sekali hari ini,sepertinya bahagia sekali di sekolah, boleh berbagi kebahagiaan dengan ibu?”
j. Ganti kalimat yang Menolak/Mengalihkan perasaan dengan kalimat yang menunjukkan empati
⛔Kalimat tidak produktif :
“Masa sih cuma jalan segitu aja capek?”
✅kalimat produktif :
kakak capek ya? Apa yang paling membuatmu lelah dari perjalanan kita hari ini?
k. Ganti perintah dengan pilihan
⛔kalimat tidak produktif :
“ Mandi sekarang ya kak!”
✅Kalimat produktif :
“Kak 30 menit lagi kita akan berangkat, mau melanjutkan main 5 menit lagi, baru mandi, atau mandi sekarang, kemudian bisa melanjutkan main sampai kita semua siap berangkat
Salam Ibu Profesional,
/Tim Bunda Sayang IIP/
Sumber bacaan:
Albert Mehrabian, Silent Message : Implicit Communication of Emotions and attitudes, e book, paperback,2000
Dodik mariyanto, Padepokan Margosari : Komunikasi Pasangan, artikel, 2015
Institut Ibu Profesional, Bunda Sayang : Komunikasi Produktif, Gaza Media, 201 4
Hasil wawancara dengan Septi Peni Wulandani tentang pola komunikasi di Padepokan Margosari
πππππππππππ
Subscribe to:
Posts (Atom)