Buat yang kemarin-kemarin liat story/status WhatsApp aku tau ya Kalo S mainan sepeda. Tapi sepeda S nggak Ada pedalnya karena memang jenis sepeda balance bike atau kick bike, alias sepeda tanpa pedal, jadi ya sepedanya bergerak dengan cara berjalan atau berlari gitu, bukan digowes.
Karena story kemarin (atau karena liat S main sepeda di depan cluster), banyak beberapa yang tanya,
"Wah, S udah bisa roda 2 ya?"
"Kok sepedanya nggak ada pedalnya?"
"Sepedanya beli dimana?"
"Kisaran harga berapa, itu?"
"Manfaatnya apa balance bike?"
Untuk pertanyaan yang terakhir, sebelum beli sih saya udah riset kecil-kecilan dulu. Tapi, begitu ditanya lagi, saya udah lupa manfaatnya apa aja hahaha. Jadi, mending sekalian dibuat aja blognya ya, biar menjawab semua pertanyaan-pertanyaan netyjen tersuyung.
Jadi apa sih sebenarnya Balance Bike itu?
Balance bike atau kick bike adalah sepeda dua roda, tanpa pedal. Saat ini, di Indonesia udah mulai banyak yang menggunakan, ada komunitasnya pula. Gemes sih kalo liat instagram komunitasnya, coba deh liat-liat. Nah, tapi kalau di negara-negara maju seperti di Eropa, Amerika, Jepang, Inggris, Korea, dlsb, balance bike atau kick bike sudah lama dijadikan media belajar bersepeda usia dini.
Sebenarnya, ada banyak sebutan untuk sepeda roda dua tanpa pedal ini, ia bisa disebut; balance bike, push bike, kick bike, training bike, run bike, baby bike, trainer wheels. Berbeda merk, berbeda pula bentuk, ukuran, berat dan bahannya. Ada yang terbuat dari kayu, alumunium, bahkan plastik.
Berapa sih usia yang tepat bagi anak untuk bisa mengendarai Balance Bike?
Jadi, balance bike ini memiliki berbagai ukuran, dan ukuran terkecilnya dapat dikendarai sejak anak berusia 18 bulan. Di negara maju, anak-anak ini memang biasanya diberikan balance bike sejak mereka baru bisa jalan dengan mantep, ajeg atau sekitar umur 18 bulan-24 bulan. Balance bike sendiri bisa digunakan hingga anak berusia sekitar 5 tahunan.
Saran saya, saat ingin membeli, pastikan untuk memilih ukuran, bahan dan bentuk balance bike yang sesuai dengan kebutuhan anak, ya. Soalnya ukuran balance bike itu ada yang cocoknya untuk tinggi anak 3 tahun hingga 5 tahun. Tapi ya ada juga balance bike yang cocok untuk usia anak mulai 2tahun.
Berbeda bahan/merk tentu berbeda juga beratnya. Menurut saya, berat balance bike ini cukup mempengaruhi manuver dan kepercayaan diri anak saat bermain sih. Karena balance bike bisa digunakan dengan baik jika telapak kaki anak sudah bisa menapak dengan sempurna saat menggunakan balance bike (nggak terlalu jinjit).
Usia 2 tahun biasanya mayoritas orang tua di Indonesia membelikan anaknya sepeda roda tiga, ya. Sayangnya, sepeda roda tiga itu nggak mengajarkan keseimbangan sama sekali loh. Jadi saat anak makin besar, stepnya kemudian anak diberikan sepeda roda empat (roda dua dengan roda kecil disampingnya). Lalu, mereka naik step lagi belajar sepeda roda dua. Jadi, ya belajar keseimbangannya baru di roda dua itu, cukup lama nggak sih? Dan sayang banget aja stimulasinya lebih sedikit menurut saya, sementara dengan balance bike, sejak usia 2 tahun dia sudah bisa distimulasi lebih optimal.
Kabar baiknya, dengan stimulasi menggunakan balance bike dimulai usia 2 tahun, idealnya saat ia 4 tahun, anak sudah siap menggunakan sepeda roda dua.
Tetapi tentu, tiap anak pasti berbeda-beda perkembangannya. Hanya saja, secara logika ketika anak sudah terbiasa dan bisa mencari keseimbangan sendiri dengan bermain balance bike, ia akan jauh lebih mudah belajar sepeda dengan pedal karena sedikit banyak, sudah tahu dan mengerti cara menyeimbangkan tubuhnya.
So, sebenarnya apa aja sih manfaat Balance Bike?
Balance bike fungsinya tentu sebagai pengganti tricycle atau training wheels (roda tambahan pada sepeda roda dua; roda empat). Dengan mengoptimalkan stimulasi keseimbangan serta koordinasi tubuh yang dipelajari dari balance bike, anak diharapkan dapat langsung beralih ke sepeda roda dua yang sebenarnya dengan lancar tanpa bantuan training wheels.
Sepengalaman saya, dengan desain balance bike yang ringan dan tanpa pedal itu membuat anak lebih cepat beradaptasi dengan sepeda tersebut. Mungkin sama seperti pengalaman ibu-ibu lainnya saat pertama kali mengenalkan anak mengendarai sepeda roda tiga, anak-anak biasanya nggak ngeh kalau kaki seharusnya ditaro di pedal lalu pedal digowes. Anak-anak cenderung menggunakan kaki mereka untuk menggerakkan sepeda. Kudu dijelasin dulu, baru deh dia ngerti.
Nah, berbeda dengan balance bike, S waktu pertama kali ya langsung bisa. Karena naturally anak akan melakukan hal yang sama seperti saat dia menaiki sepeda roda tiga. Tentu tidak langsung ngebut atau seimbang, tapi dia mengerti bahwa cara memainkannya dengan duduk terlebih dahulu, pegang stang, lalu gerakkan kaki ke tanah agar bisa maju. Naluriah sekali.
Selain itu, lagi-lagi karena desain balance bike yang ringan, ringkes, simple nyatanya sangat memudahkan anak untuk menguasai gerakan belok, memutar, zig-zag hingga menanjak dan meluncur dengan seimbang. Balance bike juga sangat ramah pada permukaan jalan atau tanah yang tidak rata, mudah digunakan di permukaan yang berbatu. Untuk tricycle manfaat ini tentu tidak dirasakan, untuk training wheels (sepeda roda empat), pendapat subjektif saya sih kurang optimal, ya. Anak terlihat mudah menggowes karena jalanannya oke/mulus. Untuk bermanuver sepertibberbelok, memutar, zigzag juga tidak "selincah" menggunakan balance bike.
Jika dilihat dari bentuknya yang sangat fleksibel dan ergonomis dibandingkan tricycle, Balance bike dapat digunakan untuk menempuh jarak yang jauh. Berbeda dengan tricycle yang sangat tidak efisien untuk dikendarai anak dengan jarak yang jauh. Biasanya juga tricycle dilengkapi dengan pegangan ya, supaya kita, orangtua bisa bantuin mendorong mereka ketika mereka capek, hal ini akhirnya membuat anak bergantung pada orangtua dalam mengendarainya. Balance bike lebih menstimulasi kemandirian anak.
Anak-anak yang mengendarai balance bike dapat melatih keseimbangan motorik kasarnya dan juga keseimbangan pada otak kanan dan otak kirinya. Hal ini terjadi karena adanya sinergi dari seluruh aspek indra anak, koordinasi total antara mata, tangan, kaki, badan maupun otak untuk mengendarai sepeda tanpa pedal tersebut. Sebuah stimulasi paket lengkap untuk motorik kasar. Wow.
Cukup menarik ya?
Ohiya, saya mau nambahin gambar anak-anak yang sedang ikut aktifitas balance bike di komunitas balabiboo (balance bike bogor)
Seru yaa, lanjut baca-baca seputar balance bike di Part 2 ini yaa 😊
No comments:
Post a Comment