Manusia itu adalah mahkluk kecil, berasal dari yang hina, namun kesombongannya setinggi langit.
Saturday, January 30, 2016
Tuesday, December 22, 2015
Perayaan Hari Raya Natal dalam Islam
Islam adalah agama yang Sempurna.
Keturunan memang yang mengantarkan saya pada Islam. Hidayah, tetaplah Alloh yang memberikannya pada orang-orang yang Ia cintai. Islam sekarang, setelah sekian lama saya ditetapkan dalam Hidayah dan dimudahkan juga dalam pencarian ilmu (Alhamdulillah), bagi saya kini menjadi agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah. Tidak kekurangan sesuatupun.
Prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan pasti. Dengan adanya Tuhan yang satu, hal itu menenangkan dan menentramkan saya, dan semua umat. Salah satu prinsip hidup dalam islam yang terpenting adalah penjagaan kita terhadap aqidah. Mengakui dan bersaksi bahwa Allah itu satu dan tidak ada Tuhan selain-Nya.
Bagaimana seorang muslim/muslimah menyikapi Hari Raya Besar umat Nasrani?
Bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar, yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juruselamat bagi mereka. Maka perayaan Natal itu bagi saya (dan bagi umat muslim, sepatutnya) memiliki konsekuensi aqidah.
Namun ada beberapa hal yang sulit mereka kaum Nasrani terima dan (bahkan) sebagian muslim, "mengapa tidak boleh hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?"
Apakah benar "selamat Natal" itu hanya sekedar ucapan? Bagi mereka begitu, lalu apakah kita sebagai muslim perlu bertoleransi dengan mengucapkan "Selamat Natal?" Apa konsekuensi Aqidah yang kita pertaruhkan ketika memberi ucapan selamat?
Bagaimana jika mengucapkan "selamat" tanpa berniat mengingkari Tuhan itu satu?
Jawabannya, bagaimana mungkin? Sementara seorang muslim iman kepada Alloh itu dengan hati, lisan dan perbuatan. Bagaimana konsekuensinya jika lisan ingkar?
Di dalamnya terdapat sebersit wujud pengingkaran keyakinan bahwa Allah itu satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya. Secara langsung ataupun tidak. Secara sengaja ataupun tidak.
"Selamat Ulang Tahun" pun hanya sekedar kata-kata, namun karena ia adalah tradisi Yahudi, Nasrani dan Paganism maka sebagai muslim kita perlu menelisihinya.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka”(HR Abu Dawud, hasan)
Maka benarlah bahwa kata-kata "hanya" atau "cuma" itu seringkali hasutan setan yang paling laris.
Bagaimana Islam memandang Nabi Isa AS?
Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa), namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan. Kisah Isa Ibnu Maryam tersebut di dalam Al-Qur'an, dan kami umat islam tidak bisa menerima bahwa Nabi Isa diaku sebagai Tuhan. Kemudian ibunya Maryam adalah wanita terbaik di dunia karena kesuciannya dan kami juga tidak bisa menganggapnya ibu dari Tuhan.
"Dan keselamatan dilimpahkan kepadaku, pada hari aku lahir, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (QS 19:33)
Islam menghormati Nabi Isa sebagaimana Islam memuliakan ibunya, juga keluarga nabi-nabi sebelumnya, Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim
Apakah mungkin umat Islam merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa), sementara Isa bin Maryam berpesan,
قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. (QS. 19:30)
Apakah Islam membenci orang selain Islam?
Tidak ada kebencian pada orang selain Islam, sesungguhnya kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam, karena rasa sayang sehingga bisa menetapi Alquran dan Alhadits secara bersama-sama.
Bila kita berperilaku baik pada saudara kita non-Muslim, sejatinya tidak mengucap Natal tak menjadi persoalan dan masalah yang serius. Karena mereka pun perlu tahu bahwa toleransi itu menghormati bukan mengikuti. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"
Pentingnya kekuatan pondasi aqidah bagi setiap anak adalah kewajiban bagi ibu dan ayahnya sebagai madrasah pertama untuk selalu belajar dan belajar memahamkan dirinya di dalam Islam. Islam sebagai agama, Islam sebagai
Tata cara berkehidupan yang benar dan keseluruhan.
Semoga Alloh senantiasa memudahkan kita menjaga aqidah masing-masing dan keluarga, agar tidak terombang-ambing dengan alasan toleransi.
Keturunan memang yang mengantarkan saya pada Islam. Hidayah, tetaplah Alloh yang memberikannya pada orang-orang yang Ia cintai. Islam sekarang, setelah sekian lama saya ditetapkan dalam Hidayah dan dimudahkan juga dalam pencarian ilmu (Alhamdulillah), bagi saya kini menjadi agama logis yang bisa memuaskan akal, menenangkan hati, dan sesuai fitrah. Tidak kekurangan sesuatupun.
Prinsip tauhid di dalam Islam itu sederhana dan pasti. Dengan adanya Tuhan yang satu, hal itu menenangkan dan menentramkan saya, dan semua umat. Salah satu prinsip hidup dalam islam yang terpenting adalah penjagaan kita terhadap aqidah. Mengakui dan bersaksi bahwa Allah itu satu dan tidak ada Tuhan selain-Nya.
Bagaimana seorang muslim/muslimah menyikapi Hari Raya Besar umat Nasrani?
Bagi kaum Nasrani itu perayaan terbesar, yaitu kelahiran Yesus, Tuhan Juruselamat bagi mereka. Maka perayaan Natal itu bagi saya (dan bagi umat muslim, sepatutnya) memiliki konsekuensi aqidah.
Namun ada beberapa hal yang sulit mereka kaum Nasrani terima dan (bahkan) sebagian muslim, "mengapa tidak boleh hanya sekadar mengucap Natal atau ikut merayakan?"
Apakah benar "selamat Natal" itu hanya sekedar ucapan? Bagi mereka begitu, lalu apakah kita sebagai muslim perlu bertoleransi dengan mengucapkan "Selamat Natal?" Apa konsekuensi Aqidah yang kita pertaruhkan ketika memberi ucapan selamat?
Bagaimana jika mengucapkan "selamat" tanpa berniat mengingkari Tuhan itu satu?
Jawabannya, bagaimana mungkin? Sementara seorang muslim iman kepada Alloh itu dengan hati, lisan dan perbuatan. Bagaimana konsekuensinya jika lisan ingkar?
Di dalamnya terdapat sebersit wujud pengingkaran keyakinan bahwa Allah itu satu dan tiada yang bersekutu dengan-Nya. Secara langsung ataupun tidak. Secara sengaja ataupun tidak.
"Selamat Ulang Tahun" pun hanya sekedar kata-kata, namun karena ia adalah tradisi Yahudi, Nasrani dan Paganism maka sebagai muslim kita perlu menelisihinya.
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka”(HR Abu Dawud, hasan)
Maka benarlah bahwa kata-kata "hanya" atau "cuma" itu seringkali hasutan setan yang paling laris.
Bagaimana Islam memandang Nabi Isa AS?
Islam itu sangat menghormati Yesus (Isa), namun kami memuliakannya sebagai Nabi bukan sebagai Tuhan. Kisah Isa Ibnu Maryam tersebut di dalam Al-Qur'an, dan kami umat islam tidak bisa menerima bahwa Nabi Isa diaku sebagai Tuhan. Kemudian ibunya Maryam adalah wanita terbaik di dunia karena kesuciannya dan kami juga tidak bisa menganggapnya ibu dari Tuhan.
"Dan keselamatan dilimpahkan kepadaku, pada hari aku lahir, pada hari aku wafat dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali" (QS 19:33)
Islam menghormati Nabi Isa sebagaimana Islam memuliakan ibunya, juga keluarga nabi-nabi sebelumnya, Imran, Daud, Musa, dan Ibrahim
Apakah mungkin umat Islam merayakan atau mengucapkan yang dianggap sebagai hari lahir (natal) Tuhan Yesus (Isa), sementara Isa bin Maryam berpesan,
قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا
Berkata Isa: “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang Nabi. (QS. 19:30)
Apakah Islam membenci orang selain Islam?
Tidak ada kebencian pada orang selain Islam, sesungguhnya kita ingin mengajak mereka menuju cahaya Islam, karena rasa sayang sehingga bisa menetapi Alquran dan Alhadits secara bersama-sama.
Bila kita berperilaku baik pada saudara kita non-Muslim, sejatinya tidak mengucap Natal tak menjadi persoalan dan masalah yang serius. Karena mereka pun perlu tahu bahwa toleransi itu menghormati bukan mengikuti. "Bagimu agamamu, bagiku agamaku"
Pentingnya kekuatan pondasi aqidah bagi setiap anak adalah kewajiban bagi ibu dan ayahnya sebagai madrasah pertama untuk selalu belajar dan belajar memahamkan dirinya di dalam Islam. Islam sebagai agama, Islam sebagai
Tata cara berkehidupan yang benar dan keseluruhan.
Semoga Alloh senantiasa memudahkan kita menjaga aqidah masing-masing dan keluarga, agar tidak terombang-ambing dengan alasan toleransi.
Friday, November 27, 2015
Grand Design Kurikulum Homeschooling untuk Keluarga Muslim
Ibu ini sedang santer di timeline salah satu akun sosial media yang saya miliki. Dan Kepo-lah saya menuju berkunjung ke akun ibu ini, ibu ini memang menginspirasi, gumam saya dalam hati. Tibalah saya pada saat pertama kali membaca status yang ini, judulnya saja sudah mencengangkan.
(((Grand Design)))
Agak-agak ngeri-ngeri seru gitu kan ya kalo denger kata Grand Design.. biasanya yang Grand dan di design itu sih ya gajauh-jauh dari konspirasi (lol, bacaannya). Nah, sekarang grand designnya tentang sebuah keluarga. Tepatnya grand design untuk mendidik generasi ke depan, sehingga melahirkan generasi-generasi yang luar biasa mengerti tentang islam dan mencinta kepada Tuhannya, Alloh SWT.
Wow. Waktu baca judul, kemudian baca kurikulum yg dikonsep satu per satu dengan setulus cinta dan mantap oleh suami istri tersebut, bikin saya makin wow. Wow. Woooow. Subhanalloh, Alhamdulillah. Allohu Akbar. Luar biasa. Saya butuh ini. Beberapa teman saya, mungkin butuh ini. Orang lain butuh ini, saya pikir begitu.
Memiliki visi membangun generasi keturunan yang sholih, muslih, hafizh dan produktif, ini teh Kiki membawa kita untuk melihat gambaran yang jelas tentang output apa yang keluarga muslim ingin capai demi kebahagiaan dunia dan akhirotnya, bukan hanya selamat, tapi juga bahagia. Bahagia yang menyelamatkan.
Teh Kiki berhasil merumuskan sebuah kurikulum yang memudahkan kita untuk mengetahui dan bisa mempraktekannya dengan memberikan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dengan detil dan rapi. Subhanalloh. Sungguh Maha Suci Alloh yang memberikan beliau ilham yang baik dan menginpirasi kita semua.
Saya dan Teh Kiki tidak akan menjamin bahwa dengan kurikulum tersebut anak-anak akan berhasil seperti output yang diharapkan. Namun, hal ini memudahkan saya (khususnya) sebagai orang tua baru yang perlu trik, tips, tata cara, tolak ukur, kurikulum, sebuah konsep atau apapun itu sehingga bisa memudahkan kita (re: saya) menjalani peran sebagai orang tua dengan segala kewajibannya. Seperti kata Ippho Santosa, parenting itu tidak boleh tidak berhasil, karena kita tidak bisa mengulanginya lagi.
Kata orang, Live Life to the Fullest.
So, kenapa juga saya (kita), gak mencoba menjadi orang tua yang terus belajar untuk anak-anak kita, kelak? Gak menjadi orang tua yang bersungguh-sungguh mendidik dan menunaikan kewajibannya dengan baik?
Kenapa?
Kenapa ketika menjadi mahasiswa mau jadi mahasiswa yang terbaik, dengan IP terbaik atau lulusan terbaik? Kenapa waktu dikantor mau menjadi karyawan terbaik? Kenapa ketika dirumah gak ingin menjadi orang tua terbaik? Memberikan seluruh bekal keperluan anak untuk menghadapi kehidupannya kelak, dengan taat ridho ikhlas mencintai memperjuangkan juga menyerah kepada Alloh SWT?
Kenapa?
Kemudian saya bersyukur Alloh mengqodar saya membaca status tersebut. Haru dan takut rasanya membaca satu per satu tahapan yang perlu disampaikan orang tua kepada anak. Apakah saya mampu? Apakah saya sanggup? Ada ragu di hati. Namun, harus dilakukan. Harus. Saya perlu membekali mereka agar dapat bahagia di dunia dan akhirot, insyaAlloh. Sayalah madrasah pertama bagi mereka, suami sayalah kepala madrasahnya. Kami harus memiliki visi misi yang jelas untuk siswasiswi kami, anak-anak kami, generasi penerus kami yang akan membuat sebuah peradaban, kelak.
Disamping semua itu, tidak ada teori yang lebih canggih dan konsep ataupun kurikulum yang mutakhir dibanding doa ibu kepada anaknya. Doa ibu melesat indah ke langit, di terima Alloh SWT. Sebegitu maqbulnya doa Ibu kepada anaknya. Sehingga setiap ibu sangat perlu mendoakan anaknya agar selalu dijaga, dilindungi dan diberikan petunjuk serta tetap dalam hidayah sehingga bisa hidup dengan bahagia di dunia maupun di akhirot. Semua dalam kuasa-Nya. Dengan metode terhebat pun, jika Alloh tidak berkehendak maka tidak. Bagaimana agar Alloh berkehendak? Jawabannya selain dari ikhtiar, ialah Doa.
So, here it is Kurikulum yang saya maksud, salah satu cara ikhtiar kita para orang tua (jika berminat) :) :
"Grand Design Kurikulum Homeschooling Keluarga Kiki Barkiah dan Aditya Irawan"
Visi:
Membangun Generasi Keturunan yang Sholih, Muslih, Hafizh dan Produktif
Misi:
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam akidah dan ideologi Islam
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam syariah
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam berakhlak yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dirinya dan orang lain
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada lingkungan dan alam sekitar
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dunia islam
- Mendidik keturunan yang mengenal potensi dirinya dan mampu memilih peran dalam peradaban.
- Mendidik keturunan yang dapat mengoptimalkan peran kekhalifahan yang di emban untuk memajukan peradaban.
Kualifikasi Anak Yang Ingin Dicapai
1. Mendidik Keturunan yang Berkomitmen Akidah dan Ideologi Islam
1.1 Anak Mengenal Allah
1.1.1 Anak memahami Tauhid Rububiyah
Allah sebagai pencipta
Allah sebagai pemberi rezeki
Allah sebagai Pemilik
OUTPUT:
Anak memiliki kepribadian yang selalu bersyukur kepada Allah
1.1.2 Anak memahami Tauhid Mulkiyah
Allah sebagai pemimpin
Allah sebagai pembuat hukum
Allah sebagai pemerintah
OUTPUT:
- Anak selalu berupaya menjalankan seluruh aktifitas yang sejalan dengan hukum Allah
1.1.3 Anak memahami Tauhid Uluhiyah
Allah yang disembah
OUTPUT:
Seluruh amal perbuatan anak-anak tidak sia-sia karena ditujukan kepada Allah
1.2 Anak Mengenal islam
1.2.1 Anak mengenal konsep "Islam The Way of Life"
OUTPUT: Siswa termotivasi untuk belajar Al-Quran sepanjang hayat
1.2.2. Anak mengenal konsep syumuliatul islam dalam sisi ruang, waktu, dan seluruh aktifitas
OUTPUT: Siswa beristiqomah dalam iman islam
1.3 Anak Mengenal konsep hari akhir dan negeri akhirat
1.3.1 Anak mengenal konsep pertanggungjawaban amal perbuatan
OUTPUT:
Anak termotivasi selalu beramal baik
1.4 Anak mengenal malaikat
1.4.1 Menyadari bahwa syaitan adalah musuh nyata baginya
OUTPUT:
Anak selalu berupaya melawan dan menjauhi syaitan serta perbuatan yang akan menjadikan dirinya sebagai teman syaitan
2. Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam syariah
2.1 Anak mengenal konsep “Rasulullah sang Teladan”
OUTPUT:
Anak menjadikan Rasulullah SAW sebagai idolanya
2.2 Anak mengenal konsep bahwa mengaplikasikan islam berarti meneladani/itiba Rasulullah
OUTPUT:
Anak belajar mengaplikasikan sunnah Rasulullah dimulai dari hal-hal sederhana dalam keseharian
3. Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam berakhlak yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
3.1 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap Allah
3.1.1 Anak Membangun kedekatan dengan Allah
OUTPUT:
- Anak mengaplikasikan doa-doa harian
- Anak senantiasa berdoa kepada Allah atas apapun yang diinginkan
- Anak terlatih melakukan Qiyamul lail minimal 3x seminggu di usia 14 tahun
- Anak tebiasa melakukan dzikir Al-matsurat minimal 1x sehari
- Anak terbiasa membaca Al-quran 1 juz per hari di usia 14 tahun
- Anak memiliki budaya menghafal Al-Quran setiap hari
3.1.2 Anak beribadah dengan Ikhlas dan ihsan
OUTPUT:
- Anak dapat melakukan ibadah mahdoh dengan baik dan benar minimal dalam ibadah wudhu, tayamum, shalat, dan shaum
- Anak gemar melakukan sedekah
3.2 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap manusia
3.2.1 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap orang tua
OUTPUT:
- Anak memahami dan mengaplikasikan birul walidain
- Anak hormat dan patuh pada guru
3.2.2 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap muslim
OUTPUT:
- Anak memiliki budaya saling menasihati
- Anak memiliki budaya tolong-menolong dalam kebaikan
- Anak terlatih melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
3.2.3 Anak memiliki akhlak yang tepat terhadap non Muslim
OUTPUT:
- Anak bersikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama
- Anak mengenal aturan islam yang mengatur hubungan dengan muslim dengan non muslim
3.3 Anak memiliki akhlak yang tepat terhadap lawan jenis
OUTPUT:
Anak mengenal adab-adab pergaulan dengan lawan jenis yang diatur oleh islam
Anak terhindar dari fitnah yang berkaitan dengan kebebasan pergaulan lawan jenis
3.4 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap alam
3.4.1 Anak mengenal konsep khalifah di muka bumi
3.4.2 Anak mengenal beberapa pemanfaatan alam
OUTPUT:
Anak selalu berusaha menjaga alam
Anak memiliki budaya berkarya memanfaatkan alam
3.5 Anak memiliki kepribadian/karakter mulia
OUTPUT:
Anak mengenal konsep, berlatih mengaplikasikan dan senantiasa meningkatkan karakter-karakter berikut
Baik Hati\
Sederhana
Murah Hati
Adil
Ramah
Sopan
Pemaaf
Rendah Hati
Memenuhi Janji
Jujur
Rela Berkorban
Penuh Cinta
Humoris
Pemberani
Bersahaja
Tulus
Bertekad Kuat
Tidak Berlebihan
Gigih
Gemar Menolong
4. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dirinya dan orang lain
4.1 Anak mengenal konsep mencintai karena Allah membenci karena Allah
OUTPUT:
- Anak memiliki budaya saling tolong menolong dalam kabaikan dan ketaqwaan
- Anak menghindari sikap saling tolong-menolong dalam keburukan dan kemaksiatan
4.2 Anak mengenal konsep berkomunikasi efektif dan bekerjasama dalam tim
OUTPUT:
Anak memiliki akhlak komunikasi yang baik dengan orang lain
Anak terlatih bekerjasama dalam tim
5. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada lingkungan dan alam sekitar
5.1 Mengenal konsep amar ma’ruf nahi mungkar
OUTPUT:
Anak memiliki jiwa yang senantiasa melakukan perbaikan (islah) pada lingkungan sekitar
6. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dunia islam
6. 1 Anak mengenal konsep muslim itu bersaudara
OUTPUT:
- Anak merasa bagian dari ukhuwah islamiyah
- memperlakukan sesama muslim layaknya saudara
6.2 Anak mengenal isu-isu global dunia islam khususnya palestina
OUTPUT:
Anak memiliki kepedulian terhadap nasib saudara-saudara muslim di palestina yang diwujudkan dalam hal-hal sederhana seperti doa dan dana
6.3 Anak mengenal konsep khilafah islamiyah
6.4 Anak mengenal sejarah kejayaan islam di masa lalu
6.5 Anak Mengenal sejarah perjuangan islam di masa Rasulullah SAW
6.6 Anak mengenal sejarah dunia dan faktor penyebab kejayaan dan keruntuhan sebuah bangsa
OUTPUT:
Anak memiliki semangat berkarya untuk membangun islam
7. Mendidik keturunan yang mengenal potensi dirinya dan mampu memilih peran dalam peradaban
7.1 Anak Mengenal Potensi Diri dan Mengenal cara mengembangkan potensi diri
OUTPUT:
Anak memiliki budaya belajar dan berkarya sepanjang masa
7.2 Anak
Mengenal konsep jihad secara luas
OUTPUT:
Anak memiliki cita-cita berkontribusi di jalan Allah dan semangat untuk mewujudkannya
7.3 Anak mengenal sebanyak-banyaknya pilihan peran/profesi untuk berkontribusi di jalan Allah
7.3.1 Anak mengenal variasi peran di bidang pemikiran/ilmiah
7.3.2 Anak mengenal variasi peran di bidang kepemimpinan
7.3.3 Anak mengenal variasi peran di bidang keahlian/profesi
7.3.4 Anak mengenal variasi peran di bidang finansial
Output:
- Anak telah menentukan spesifikasi ilmu yang akan dipelajari untuk mengemban peran kekhalifahan yang telah dipilihnya di usia 14 tahun.
- Anak telah mulai menjalankan peran kekhalifahan yang ingin diemban di usia 21 tahun
"Grand Design Homeschooling Keluarga Kiki Barkiah dan Aditya Irawan"
(((Grand Design)))
Agak-agak ngeri-ngeri seru gitu kan ya kalo denger kata Grand Design.. biasanya yang Grand dan di design itu sih ya gajauh-jauh dari konspirasi (lol, bacaannya). Nah, sekarang grand designnya tentang sebuah keluarga. Tepatnya grand design untuk mendidik generasi ke depan, sehingga melahirkan generasi-generasi yang luar biasa mengerti tentang islam dan mencinta kepada Tuhannya, Alloh SWT.
Wow. Waktu baca judul, kemudian baca kurikulum yg dikonsep satu per satu dengan setulus cinta dan mantap oleh suami istri tersebut, bikin saya makin wow. Wow. Woooow. Subhanalloh, Alhamdulillah. Allohu Akbar. Luar biasa. Saya butuh ini. Beberapa teman saya, mungkin butuh ini. Orang lain butuh ini, saya pikir begitu.
Memiliki visi membangun generasi keturunan yang sholih, muslih, hafizh dan produktif, ini teh Kiki membawa kita untuk melihat gambaran yang jelas tentang output apa yang keluarga muslim ingin capai demi kebahagiaan dunia dan akhirotnya, bukan hanya selamat, tapi juga bahagia. Bahagia yang menyelamatkan.
Teh Kiki berhasil merumuskan sebuah kurikulum yang memudahkan kita untuk mengetahui dan bisa mempraktekannya dengan memberikan tahapan-tahapan yang perlu dilakukan dengan detil dan rapi. Subhanalloh. Sungguh Maha Suci Alloh yang memberikan beliau ilham yang baik dan menginpirasi kita semua.
Saya dan Teh Kiki tidak akan menjamin bahwa dengan kurikulum tersebut anak-anak akan berhasil seperti output yang diharapkan. Namun, hal ini memudahkan saya (khususnya) sebagai orang tua baru yang perlu trik, tips, tata cara, tolak ukur, kurikulum, sebuah konsep atau apapun itu sehingga bisa memudahkan kita (re: saya) menjalani peran sebagai orang tua dengan segala kewajibannya. Seperti kata Ippho Santosa, parenting itu tidak boleh tidak berhasil, karena kita tidak bisa mengulanginya lagi.
Kata orang, Live Life to the Fullest.
So, kenapa juga saya (kita), gak mencoba menjadi orang tua yang terus belajar untuk anak-anak kita, kelak? Gak menjadi orang tua yang bersungguh-sungguh mendidik dan menunaikan kewajibannya dengan baik?
Kenapa?
Kenapa ketika menjadi mahasiswa mau jadi mahasiswa yang terbaik, dengan IP terbaik atau lulusan terbaik? Kenapa waktu dikantor mau menjadi karyawan terbaik? Kenapa ketika dirumah gak ingin menjadi orang tua terbaik? Memberikan seluruh bekal keperluan anak untuk menghadapi kehidupannya kelak, dengan taat ridho ikhlas mencintai memperjuangkan juga menyerah kepada Alloh SWT?
Kenapa?
Kemudian saya bersyukur Alloh mengqodar saya membaca status tersebut. Haru dan takut rasanya membaca satu per satu tahapan yang perlu disampaikan orang tua kepada anak. Apakah saya mampu? Apakah saya sanggup? Ada ragu di hati. Namun, harus dilakukan. Harus. Saya perlu membekali mereka agar dapat bahagia di dunia dan akhirot, insyaAlloh. Sayalah madrasah pertama bagi mereka, suami sayalah kepala madrasahnya. Kami harus memiliki visi misi yang jelas untuk siswasiswi kami, anak-anak kami, generasi penerus kami yang akan membuat sebuah peradaban, kelak.
Disamping semua itu, tidak ada teori yang lebih canggih dan konsep ataupun kurikulum yang mutakhir dibanding doa ibu kepada anaknya. Doa ibu melesat indah ke langit, di terima Alloh SWT. Sebegitu maqbulnya doa Ibu kepada anaknya. Sehingga setiap ibu sangat perlu mendoakan anaknya agar selalu dijaga, dilindungi dan diberikan petunjuk serta tetap dalam hidayah sehingga bisa hidup dengan bahagia di dunia maupun di akhirot. Semua dalam kuasa-Nya. Dengan metode terhebat pun, jika Alloh tidak berkehendak maka tidak. Bagaimana agar Alloh berkehendak? Jawabannya selain dari ikhtiar, ialah Doa.
So, here it is Kurikulum yang saya maksud, salah satu cara ikhtiar kita para orang tua (jika berminat) :) :
"Grand Design Kurikulum Homeschooling Keluarga Kiki Barkiah dan Aditya Irawan"
Visi:
Membangun Generasi Keturunan yang Sholih, Muslih, Hafizh dan Produktif
Misi:
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam akidah dan ideologi Islam
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam syariah
- Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam berakhlak yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dirinya dan orang lain
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada lingkungan dan alam sekitar
- Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dunia islam
- Mendidik keturunan yang mengenal potensi dirinya dan mampu memilih peran dalam peradaban.
- Mendidik keturunan yang dapat mengoptimalkan peran kekhalifahan yang di emban untuk memajukan peradaban.
Kualifikasi Anak Yang Ingin Dicapai
1. Mendidik Keturunan yang Berkomitmen Akidah dan Ideologi Islam
1.1 Anak Mengenal Allah
1.1.1 Anak memahami Tauhid Rububiyah
Allah sebagai pencipta
Allah sebagai pemberi rezeki
Allah sebagai Pemilik
OUTPUT:
Anak memiliki kepribadian yang selalu bersyukur kepada Allah
1.1.2 Anak memahami Tauhid Mulkiyah
Allah sebagai pemimpin
Allah sebagai pembuat hukum
Allah sebagai pemerintah
OUTPUT:
- Anak selalu berupaya menjalankan seluruh aktifitas yang sejalan dengan hukum Allah
1.1.3 Anak memahami Tauhid Uluhiyah
Allah yang disembah
OUTPUT:
Seluruh amal perbuatan anak-anak tidak sia-sia karena ditujukan kepada Allah
1.2 Anak Mengenal islam
1.2.1 Anak mengenal konsep "Islam The Way of Life"
OUTPUT: Siswa termotivasi untuk belajar Al-Quran sepanjang hayat
1.2.2. Anak mengenal konsep syumuliatul islam dalam sisi ruang, waktu, dan seluruh aktifitas
OUTPUT: Siswa beristiqomah dalam iman islam
1.3 Anak Mengenal konsep hari akhir dan negeri akhirat
1.3.1 Anak mengenal konsep pertanggungjawaban amal perbuatan
OUTPUT:
Anak termotivasi selalu beramal baik
1.4 Anak mengenal malaikat
1.4.1 Menyadari bahwa syaitan adalah musuh nyata baginya
OUTPUT:
Anak selalu berupaya melawan dan menjauhi syaitan serta perbuatan yang akan menjadikan dirinya sebagai teman syaitan
2. Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam syariah
2.1 Anak mengenal konsep “Rasulullah sang Teladan”
OUTPUT:
Anak menjadikan Rasulullah SAW sebagai idolanya
2.2 Anak mengenal konsep bahwa mengaplikasikan islam berarti meneladani/itiba Rasulullah
OUTPUT:
Anak belajar mengaplikasikan sunnah Rasulullah dimulai dari hal-hal sederhana dalam keseharian
3. Mendidik keturunan yang berkomitmen dalam berakhlak yang sesuai dengan nilai-nilai islam.
3.1 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap Allah
3.1.1 Anak Membangun kedekatan dengan Allah
OUTPUT:
- Anak mengaplikasikan doa-doa harian
- Anak senantiasa berdoa kepada Allah atas apapun yang diinginkan
- Anak terlatih melakukan Qiyamul lail minimal 3x seminggu di usia 14 tahun
- Anak tebiasa melakukan dzikir Al-matsurat minimal 1x sehari
- Anak terbiasa membaca Al-quran 1 juz per hari di usia 14 tahun
- Anak memiliki budaya menghafal Al-Quran setiap hari
3.1.2 Anak beribadah dengan Ikhlas dan ihsan
OUTPUT:
- Anak dapat melakukan ibadah mahdoh dengan baik dan benar minimal dalam ibadah wudhu, tayamum, shalat, dan shaum
- Anak gemar melakukan sedekah
3.2 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap manusia
3.2.1 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap orang tua
OUTPUT:
- Anak memahami dan mengaplikasikan birul walidain
- Anak hormat dan patuh pada guru
3.2.2 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap muslim
OUTPUT:
- Anak memiliki budaya saling menasihati
- Anak memiliki budaya tolong-menolong dalam kebaikan
- Anak terlatih melakukan amar ma’ruf nahi mungkar
3.2.3 Anak memiliki akhlak yang tepat terhadap non Muslim
OUTPUT:
- Anak bersikap saling menghormati dan menghargai perbedaan agama
- Anak mengenal aturan islam yang mengatur hubungan dengan muslim dengan non muslim
3.3 Anak memiliki akhlak yang tepat terhadap lawan jenis
OUTPUT:
Anak mengenal adab-adab pergaulan dengan lawan jenis yang diatur oleh islam
Anak terhindar dari fitnah yang berkaitan dengan kebebasan pergaulan lawan jenis
3.4 Anak memiliki akhlak yang baik terhadap alam
3.4.1 Anak mengenal konsep khalifah di muka bumi
3.4.2 Anak mengenal beberapa pemanfaatan alam
OUTPUT:
Anak selalu berusaha menjaga alam
Anak memiliki budaya berkarya memanfaatkan alam
3.5 Anak memiliki kepribadian/karakter mulia
OUTPUT:
Anak mengenal konsep, berlatih mengaplikasikan dan senantiasa meningkatkan karakter-karakter berikut
Baik Hati\
Sederhana
Murah Hati
Adil
Ramah
Sopan
Pemaaf
Rendah Hati
Memenuhi Janji
Jujur
Rela Berkorban
Penuh Cinta
Humoris
Pemberani
Bersahaja
Tulus
Bertekad Kuat
Tidak Berlebihan
Gigih
Gemar Menolong
4. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dirinya dan orang lain
4.1 Anak mengenal konsep mencintai karena Allah membenci karena Allah
OUTPUT:
- Anak memiliki budaya saling tolong menolong dalam kabaikan dan ketaqwaan
- Anak menghindari sikap saling tolong-menolong dalam keburukan dan kemaksiatan
4.2 Anak mengenal konsep berkomunikasi efektif dan bekerjasama dalam tim
OUTPUT:
Anak memiliki akhlak komunikasi yang baik dengan orang lain
Anak terlatih bekerjasama dalam tim
5. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada lingkungan dan alam sekitar
5.1 Mengenal konsep amar ma’ruf nahi mungkar
OUTPUT:
Anak memiliki jiwa yang senantiasa melakukan perbaikan (islah) pada lingkungan sekitar
6. Mendidik keturunan yang mampu melakukan islah pada dunia islam
6. 1 Anak mengenal konsep muslim itu bersaudara
OUTPUT:
- Anak merasa bagian dari ukhuwah islamiyah
- memperlakukan sesama muslim layaknya saudara
6.2 Anak mengenal isu-isu global dunia islam khususnya palestina
OUTPUT:
Anak memiliki kepedulian terhadap nasib saudara-saudara muslim di palestina yang diwujudkan dalam hal-hal sederhana seperti doa dan dana
6.3 Anak mengenal konsep khilafah islamiyah
6.4 Anak mengenal sejarah kejayaan islam di masa lalu
6.5 Anak Mengenal sejarah perjuangan islam di masa Rasulullah SAW
6.6 Anak mengenal sejarah dunia dan faktor penyebab kejayaan dan keruntuhan sebuah bangsa
OUTPUT:
Anak memiliki semangat berkarya untuk membangun islam
7. Mendidik keturunan yang mengenal potensi dirinya dan mampu memilih peran dalam peradaban
7.1 Anak Mengenal Potensi Diri dan Mengenal cara mengembangkan potensi diri
OUTPUT:
Anak memiliki budaya belajar dan berkarya sepanjang masa
7.2 Anak
Mengenal konsep jihad secara luas
OUTPUT:
Anak memiliki cita-cita berkontribusi di jalan Allah dan semangat untuk mewujudkannya
7.3 Anak mengenal sebanyak-banyaknya pilihan peran/profesi untuk berkontribusi di jalan Allah
7.3.1 Anak mengenal variasi peran di bidang pemikiran/ilmiah
7.3.2 Anak mengenal variasi peran di bidang kepemimpinan
7.3.3 Anak mengenal variasi peran di bidang keahlian/profesi
7.3.4 Anak mengenal variasi peran di bidang finansial
Output:
- Anak telah menentukan spesifikasi ilmu yang akan dipelajari untuk mengemban peran kekhalifahan yang telah dipilihnya di usia 14 tahun.
- Anak telah mulai menjalankan peran kekhalifahan yang ingin diemban di usia 21 tahun
Subscribe to:
Posts (Atom)