Thursday, December 1, 2016

Resume Seminar Ada Apa Dengan Cinta dan Sabarmu Bunda? (Part 3)



Assalamualaikuum.. maaf part 3 agak lama yaa. Harap maklum dengan kesibukkan ibu RT yang kurang jelas dan mood nulis yang syalala syubidubidu damdam (naon? wqwq)

Lihat postingan sebelumnya disini yaa: http://nadyavaizal.blogspot.co.id/2016/11/resume-seminar-ada-apa-dengan-cinta-dan_24.html?m=0


So, here it is.. enjoy~

Ibnul Qayyim menjelaskan,
”Kalau orang yang sedang dilanda asmara diperintahkan untuk memilih diantara kesukaannya pujaan mereka dengan kesukaannya Allah, pasti dia akan memilih yang pertama. Ia (orang yang dilanda asmara) pun lebih merindukan perjumpaan dengan kekasihnya, ketimbang pertemuan dengan Allah Yang Maha Kuasa. Lebih dari itu, angan-angannya untuk selalu dekat dengan sang kekasih, lebih dari keinginannya untuk dekat dengan Allah”.

And this is how love works, kurang lebih lah ya. Jadi para orang tua, mengerikan sekali ketika di hati tidak ada cinta kepada Allah dan Rosulnya. Kepada siapa lagi kita dan anak-anak kita akan melabuhkan cinta kita yang hakiki? Karena dunia hanyalah sesuatu yang fana.

Maka, bagaimanakah usaha kita sebagai orang tua untuk menanamkan benih keimanan kepada anak-anak kita? Teh Kiki memberikan tips & triknya sebagai berikut:

1. Mengajarkan Ilmu yang menumbuhkan, mengokohkan dan menyuburkan keimanan. Segala ilmu pengetahuan yang kita kenalkan kepada anak, tetap diarahkan menuju keyakinannya terhadap Islam. Bahwa Allah menciptakan segala sesuatunya dengan alasan terbaik yang Dia miliki.

2. Memberikan teladan dalam amal sebagai buah dari keimanan. Mencontohkan dalam perbuatan sehari-hari karena anak belajar dari apa yang mereka lihat untuk mereka teladani.

3. Menjaga dari segala sesuatu yang akan merusak keimanan. 

4. Menggali hikmah kejadian sehari-hari agar semakin menyuburkan keimanan. Bercerita, sharing, diskusi dalam family quality time, selain mempererat kasih sayang dan kelekatan diantara personil keluarga, juga menambah keimanan karena disetiap cerita atau diskusi selalu ada hikmah yang bisa dipelajari.

5. Memastikan keistiqomahan islam. Cek dan ricek, bagaimana anak (dan juga kita) mengenal, mengamalkan dan menyanyangi keislamannya.

Tidak lupa pula, teh Kiki juga menambahkan usaha-usaha apa saja yang dapat orang tua lakukan dalam mengenalkan Rasulullah Saw kepada anak:

1. Menjadikan sirah Rasulullah SAW dan para nabi sebagai kurikulum wajib pendidikan anak dalam keluarga
2. Mengkorelasikan kejadian yang kita alami dengan kehidupan Rasulullah SAW baik perbuatan maupun perkataan beliau
3. Menghadirkan sosok Rasulullah SAW sebagai idola bagi anak serta menghindari segala hal yang membuat anak mengidolakan yang lainnya

Jika engkau tidak memenuhi hatimu dengan cinta pada Allah dan Rosul, pasti ada cinta lain dalam hatimu

Karena generasi yang produktif tidak akan menghabiskan waktu mereka hanya untuk berkorban demi seseorang yang kelak, belum tentu akan menjadi istri atau suami mereka. Oleh sebab itu, PR kita sebagai orang tua ialah (juga) menciptakan suasana yang produktif, sebagaimana yang teh Kiki bagikan, yakni dengan cara:

1. Membantu anak mendapat informasi yang benar dan penting untuk bekal hidupnya
2. Melatih anak untuk memiliki kemampuan mengambil, menggabungkan, membandingkan, dan menggunakan informasi yang dimiliki untuk diterapkan dalam konteks baru dan keterampilan konseptual
3. Melatih anak untuk memiliki kemampuan dalam beradaptasi dengan lingkungan
4. Melatih anak agar dapat bersikap dan berfikir secara rasional serta bertindak secara efektif dalam menghadapi lingkungannya
5. Melatih anak untuk memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah
6. Melatih anak untuk memiliki kemampuan untuk menciptakan hal baru
7. Melatih anak untuk menemukan atau menciptakan masalah baru yang menjadi peletak dasar munculnya pengetahuan baru
8. Memastikan mereka selalu dalam kegiatan produktif dan terhindar dari kesia-siaan
9. Merangsang anak untuk memiliki kepedulian terhadap lingkungan sosial dan kondisi ummat
10. Bantulah mereka menemukan potensi, minat dan bakat mereka sedari dini, serta siapkan sarana dan prasarana yang menunjang pengembangannya.
11. Merangsang anak untuk memiliki visi misi hidup dan mengarahkan energi mereka untuk meraih visi misi tersebut
12. Menyediakan berbagai sarana untuk mengaktualisasikan diri mereka dalam kegiatan yang bermanfaat
13. Mengajarkan life skill dan melatih kemandirian.

Semoga dengan usaha-usaha yang dapat kita perjuangkan ini, anak-anak kita senantiasa melampiaskan energi mereka pada hal yang positif, juga mendapatkan kepuasan batin dan kebermanfaatan yang positif baik untuk mereka maupun lingkungan sekitarnya sehingga kita mendapatkan karunia juga rahmat dari Allah SWT serta menjadi jalan terkabulkannya doa-doa positif kita. Aamiin..

Fighting! 
xx

Thursday, November 24, 2016

Resume Seminar Ada Apa Dengan Cinta dan Sabarmu Bunda? (Part 2)

Assalamualaikum!

(Sudah baca post part 1-nya? Kalo langsung baca post ini, bisa bingung, lho. yuk di cek dulu postingan sebelumnya http://nadyavaizal.blogspot.co.id/2016/11/resume-seminar-ada-apa-dengan-cinta-dan.html?m=1 :D)



"Dalam banyak kasus, pemasalahan pergaulan bebas pada anak, diawali dari merenggangnya hubungan mereka dengan orang tuanya. Kerenggangan-kerenggangan tersebut biasanya diawali dari komunikasi yang menyimpang antara orang tua dan anak. Juga konflik yang terjadi bertahun-tahun antara orang tua dan anak sehingga menguras emosi kedua belah pihak." Ujar teh Kiki, menjelaskan.

Btw, apa sih komunikasi menyimpang? Ada 12 gaya populer komunikasi menyimpang, yang in syaa Allah akan saya bahas di thread berbeda yaa, its worth to post!

Menurut teh Kiki, ketika konflik tersebut terjadi, maka muncullah kondisi-kondisi (yang kurang lebih) sebagai berikut:
a. Anak akhirnya menjauh dari orang tua.
b. Anak malas/tidak menikmati bahkan tidak mau berbagi dan bercerita dengan orang tua.
c. Anak cenderung kesal dan denying terhadap kata-kata orang tua.
d. Anak sulit menuruti perintah orang tua.

Banyak anak-anak yang dirinya, hatinya, atau baktinya menjauh dari orang tua karena orang tua lebih sering bersikap "mempersulit" keadaan atau tidak menyelesaikan masalah (yang-malah-menambah-masalah-baru dengan gaya komunikasi menyimpangnya).

Ketika keadaan diatas terjadi, maka bisa saja muncul konflik baru: 
a. Anak semakin menjauh dari nilai-nilai kebaikan
b. Anak semakin menjauh dari koridor syariat Allah

Yangmana, salah satu efeknya ialah anak-anak/remaja memilih untuk menyalurkan rasa cinta mereka dalam bentuk pergaulan bebas. Naudzu billahi min dzaliik.

Lalu teh Kiki bertanya kepada audiens, "Mengapa banyak anak-anak yang bersikap "nyentrik", lebay bahkan menyimpang?"

Inilah jawaban atas pertanyaan teh Kiki:

Salah satu kebutuhan anak adalah 3P (penerimaan, penghargaan, pujian).

- Jika mereka tidak mendapatkan hal ini (3P, penerimaan, penghargaan, pujian) dirumah, mereka akan mencari di tempat lain. 
- Jika mereka tidak merasa di terima apa adanya di dalam rumah, mereka akan berperilaku yang tidak apa adanya di lingkungan luar agar diterima dilingkungannya. 
- Jika mereka tidak pernah mendapatkan penghargaan di dalam rumah, mereka akan berperilaku yang tak biasa demi mendapatkan penghargaan di lingkungannya. 
- Jika mereka tidak pernah mendapatkan perhatian berupa pujian dalam keluarganya, mereka akan mencari perhatian demi mendapatkan pujian dilingkungannya. 
- Jika mereka (anak) tidak terpenuhi cintanya di dalam rumah, mereka akan mencari pihak lain yang bisa memuaskan rasa hausnya akan cinta. - Jika mereka tidak mendapatkan sosok yang melindungi, mengayomi dan mengasihi di dalam rumah, mereka akan mecari sosok lain yang memebuhi kebutuhannya di lingkungannya.

Jadi, memang seperti apa mereka saat ini/nanti, sangat dipengaruhi oleh seperti apa pihak yang paling sering berinteraksi dengannya. 
Seperti apa mereka, juga sangat di pengaruhi oleh apa saja yang mereka pikirkan. 
Seperti apa pikiran mereka adalah seperti apa yang dominan mereka lihat dan mereka dengar.

Tentu saja, sesuatu yang kita cintai akan lebih dominan untuk mempengaruhi tindak tanduk kita/anak kita baik secara langsung/tidak langsung. Manusia selalu berusaha melakukan apapun yang diinginkan oleh sesuatu/seseorang yang mereka cinta, begitupun anak-anak. Maka jika kita sebagai orang tuanya ingin lebih banyak mempengaruhi anak anak kita, buatlah mereka cinta pada kita. 

Maka penuhilah mereka, anak-anak dengan Cinta Sebelum mereka haus akan Cinta.

“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang, tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun ‘alaih)

Jangan Biarkan Allah Cemburu, melihat mereka merusak fitrahnya dengan cara menyalurkan cinta dengan cara dan pihak yang salah.

Buatlah mereka cinta kepada Alquran dan Alhadits, agar ayat-ayat suci yang dominan menghiasi sendi-sendi kehidupan serta perilaku mereka. Semangatlah dalam jihad ini, yakni menanamkan cinta kepada Allah dan Rasulullah SAW dalam hati anak-anak kita melebihi rasa cintanya terhadap sesuatupun. Semoga kelak mereka tidak terperosok dalam fitnah-fitnah cinta yang buta. Mudah-mudahan dengan usaha yang mungkin tidak seberapa ini bagi Allah, anak-anak kita yang diarahkan ini bisa memiliki konsep diri dan konsep hidup yang benar, menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan akan menjaga rasa cinta mereka terhadap lawan jenis karena Allah SWT. Memilih orang yang dicinta sesuai kesukaannya Allah. Menyalurkan rasa cinta mereka dengan jalan pilihan Allah. 

Aamiin ya Robbal 'alamiin.

(Bersambung)
Jangan lupa baca post berikutnya yaaa :")

Resume Seminar Ada Apa Dengan Cinta dan Sabarmu Bunda? (Part 1)


Assalamualaikum! 
Alhamdulillaaah, launching juga nih post, setelah bertengger di draft luammaaa. *sujud syukur*

Yuk ah, langsung aja disedot ilmu hasil oleh-oleh seminar Teh Kiki Barkiah, enjoy your time!



Menghadapi perilaku anak yang aneh bin ajaib seringkali membuat orangtua memutar otaknya berkali-kali. Terkadang para orang tua juga menjadi kewalahan menghadapi perilaku anak-anak mereka yang sulit diatur dan semaunya sendiri.
Dengan perbedaan zaman dan berbagai kondisi yang sedang dihadapi saat itu, beberapa orang tua masih ada yang seringkali kehilangan akal, sehingga sampai berani menggunakan kekerasan kepada anak, baik kekerasan verbal (membentak, memarahi) maupun kekerasan fisik (memukul, mencubit) demi mendisiplinkan anak-anak mereka, terutama saat mempersiapkan Pubertas/Pra Baligh anak-anak mereka. 
Kita seringkali lupa bahwa mereka hanya titipan yang bisa diambil kapan saja oleh penciptaNya. Kita yang diamanahi, dipercaya menjaga mereka dari kekerasan fisik dan verbal, supaya mereka bisa kembali dalam keadaan sempurna fisik juga mentalnya, senang sekali khilaf mengekspresikan kemarahan kita sehingga merusak amanah tersebut.
Ada apa dengan cinta dan sabarmu, bunda? :'

Cinta adalah fitrah manusia. 

Dihias-hiasi pada (pandangan) manusia, senang (kecintaannya) pada beberapa keinginan, yaitu diantaranya: senang pada wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. itulah kesenangan hidup di dunia (tidak kekal) dan di sisi Allah
-lah sebaik-baiknya tempat kembali. (QS Âli `Imrân [3]: 14)

Fitrah Cinta itu ternyata juga termasuk cinta kita saat remaja.

Sayangnya, cinta itu seringkali menjadikanmu buta dan tuli. Namun, menurut penelitian juga, cinta itu ada titik jenuhnya. Sehingga cinta dalam kehalal-an (pernikahan) itu, yang bisa menguatkannya melewati titik titik jenuh tersebut adalah cinta yang karena Alloh bukan karena cinta yang selainNya.

Menurut penelitian dari Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang mengejutkan. Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan saja, namun karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.

Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang. 
(sumber: www.detik.com Rabu, 09/12/2009 17:45 WIB).

Dalam penjelasan teh Kiki, menurut Sarwono (1998), keluarga merupakan lingkungan primer pada setiap individu. Sebelum anak mengenal lingkungan diluar rumahnya, ia terlebih dahulu "mengenal" keluarganya. Dari lingkungan keluarga itulah anak-anak, pertama kali menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarganya, yang mana norma dan nilai tersebut kelak, akan dijadikan bagian dari kepribadiannya secara sadar atau tidak sadar. Setelah itu, baru anak-anak akan mengenal norma-norma dan nilai-nilai di dalam masyarakat, yang tentu saja akan berpengaruh terhadap kepribadiannya.

Sehingga dalam hal ini, orang tua berperan sangat penting dalam emosi remaja, baik yang memberi efek positif maupun negatif. Maka tugas orang tua ialah, mengenalkan mereka tentang cinta sebelum mereka mencinta.

Kemudian teh Kiki juga mencontohkan tentang kenakalan remaja, seperti yang kita ketahui saat ini, fenomena kenakalan remaja (baca: kebebasan tidak bertanggung jawab) yang sedang heboh di jagat dunia maya, salah satu contohnya. Mereka melakukan hal-hal diluar batas norma dan nilai setempat, pun juga diluar batas aturan/perintah dari agama yang mereka anut dan mereka melakukannya dengan bangga, tanpa rasa malu dengan memamerkannya di sosial media. Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan saya khususnya dan oara orang tua lainnya yang menginginkan anak-anaknya tetap dijalan yang lurus. Kenakalan-kenakalan remaja tersebut, menurut teh Kiki, seringkali pada awalnya disebabkan oleh kegagalan dalam membentuk lingkungan sosial dalam keluarga.

Karena ketika anak mulai beranjak dewasa, ia memiliki kebutuhan dalam membangun hubungan terhadap teman sepermainannya. Pada masa inilah perilaku anak-anak akan mudah sekali dipengaruhi oleh teman-teman mereka. Contohnya seperti cara mereka menghabiskan waktu, cara mereka menggunakan uang saku, cara mereka menggunakan teknologi, bagaimana mereka membangun konsep diri, juga termasuk bagaimana mereka berperilaku seksual. 

Besarnya pengaruh dari luar kepada anak-anak/remaja pada masa-masa ini, maka kita sebagai orang tua supaya selalu memberikam cinta dan kasih sayang dalam porsi yang dibutuhkan anak juga selalu tetap mengarahkan jiwanya untuk mencintai Alquran dan sunah. Semakin sedikit cinta dan kasih sayang yang kita berikan kepada anak, maka semakin sedikit pengaruh yang bisa kita berikan kepada mereka. Jika pengaruh orang tua lebih sedikit maka akan ada banyak pengaruh lain yang akan mempengaruhinya. Syukur Ahamdulillah kalau pengaruhnya baik. Kalau sebaliknya? Jangan tunjuk orang lain, berkaca dulu pada diri sendiri sebagai orangtua. Karena seperti yang umum kita ketahui bahwa manusia akan menghabiskan banyak waktu yang mereka miliki dengan sesuatu yang mereka cintai. Begitu pula anak-anak kita. 

Salah satu upaya yang juga bisa kita lakukan untuk mencintai serta mengarahkan anak-anak menjadi hamba Allah yang kaaffah adalah memfasilitasi anak-anak pada kegiatan-kegiatan yang positif.

Semakin banyak aktifitas positif yang dilakukan anak semakin sedikit waktu luang tersisa, semakin sedikit pula kemungkinan menghabiskan waktu dalam kemaksiatan di jalan Allah, insya Allah. 

Namun, setiap pengasuhan selalu diselingi dengan berbagai macam kondisi. Salah satunya kemarahan/kekasaran orang tua kepada anak, tegas dalam artian negatif. Karena tegas terbagi-bagi lagi menjadi beberapa bagian, permasalahan yang juga sering terjadi ialah tegas yang tidak pada tempatnya. Mengedepankan ego, merasa selalu benar dan tidak mencoba mengerti keadaan/alasan anak. 

Lalu, dapatkah kita menangkap cinta dari kekasaran? Dapatkah kita menangkap cinta dari kedzholiman? Dapatkah kita menangkap cinta dari kemarahan yang berlebihan?

....

(Bersambung..)

Jangan lupa, baca post selanjutnya yaaa disiniii -> :") http://nadyavaizal.blogspot.co.id/2016/11/resume-seminar-ada-apa-dengan-cinta-dan_24.html?m=0